Walaupun cabaran sering menghampiri. Salah paham silih berganti, namun persahabatan kami takkan pernah terhenti.
Jay paham apa yang akan kuputuskan. Ia tidak salah, ia hanya mengutarakan perasaan yang selama ini dipendam.
Sementara seorang jingga tidak. Iya, aku. Seorang pengecut.
Aku tidak bisa mengutarakan perasaan ke pemuda bernama Sansekerta itu. Keberanianku hanyalah menulis kertas kuno berisi tulisan membosankan yang aku kirim untuknya. Semesta, pasti kau sedang menertawakan ku kan?
Jujur saja.
Apakah dia sedang memikirkan siapakah yang mengirim surat itu?
Tidak mungkin Jingga. Tidak.
Selalu saja malamku dipenuhi oleh pikiran overthinking, sampai-sampai tidak bisa mengistirahatkan ragaku karena memikirkan dua orang. Siapa lagi kalo bukan pemuda yang tadi pagi mengutarakan perasaan nya dan juga pemuda yang membuatku mencintainya diam-diam. Siapa?
Sansekerta dan Jayachandra lah jawabannya. Sungguh, ini seperti Lokawigma.
Aku turun dari ranjang, lalu berjalan menuju meja tempatku bersua. Netraku melihat buku bewarna hitam yang tergeletak sempurna dibawah cahaya tamaram lampu. Buku ini berisi aksaraku dengan tinta bewarna hitam. Namun isinya penuh dengan makna di setiap diksi yang meracik irama, tersirat rindu yang tak bernada.
J E E S S H U F F L Y
Proudly Present
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK PULANG
Fiksi RemajaWaktu baru terlampaui sangat sebentar, tetapi semangat memiliki mu akan tetap sulit untuk pudar. Karena sang semesta sadar, kamu lah saru satunya bintang dari berjuta bintang yang terlihat sangat berpijar. ©All Right Reserved. Jeessuffly, 2020