Recommended song
{ Malaikat juga tahu –
Dewi lestari }Ia kenakan jaket jeans berwarna hijau army, kaos hitam polos dan celana hitam jogger kesukaannya. Dengan rambut di kepang satu. Ia ambil tas ransel berisi laptop dan buku-bukunya. Rencananya,setelah dari makam bunda,ia akan berkeliling jogja, menemukan tempat nyaman untuk lanjut menulis buku ke tiganya itu.
Ia pakai sepatu hitam bercorak hijau itu,lalu turun dari kamarnya. Mulutnya tak berhenti mengunyah permen karet sedari tadi. Menyeletukkannya di dalam mulut juga sesekali membuat gelembung. Salah satu hal yang menjadi kesukaan jovanka dan selalu ia lakukan tiap hari. Bahkan kuping orang-orang di sekitarnya sudah jangan muak dengan suara celetukan dari permen karet yang jovanka mainkan.
" Budhe,aku ke rumah bunda
njih.. "Pamitnya pada budhe narmi, pembantu rumah jovanka dan Arjuna sejak dulu. Ia cium tangan budhe, memeluknya lalu pergi.
" Ehh sek to nduk..
ning ngarep ono sek nggoleki
koe lho kae,bocahe ngguanteng banget "Ucap budhe dengan logat jawanya yang kental dan ekspresi wajah yang meyakinkan jovanka bahwa pria di depan begitu tampan. Jovanka berbalik arah pada budhe. Halah paling juga koncone mas juna. Batin jovanka.
Ia pun segera pergi ke depan untuk memastikan siapa orang yang dimaksud budhe. Mata jovanka melihat jelas sosok lelaki yang menyenderkan setengah tubuh bawahnya ke motornya.
" Mas juna udah di cafe dari tadi pagi "
Ucapnya dingin dan ketus. Pria itu malah tersenyum dan mendekati jovanka.
" Aku ngga cari Arjuna "
" Cari budhe? "
Lelaki itu terkekeh mendengar pertanyaan polos jovanka. Dingin dan ketusnya itu tidak cocok di sandingkan dengan kepolosannya.
" Cari kamu.. "
Bukannya senang. Jovanka justru geli dan malah tertawa mendengar kata yang keluar dari mulut pria itu. Tidak ada banjir dan hujan,lalu tiba-tiba siang itu ada yang mengajak gadis dingin macam freezer itu keluar? --duh gusti..
Jovanka berhenti tertawa. Tatapan dan wajahnya menjadi sangat tajam dan serius menatap pria bernama lengkap sekala bumi nakasa juanva itu.
" gue sibuk,lagi pula gue mau
pergi,lain kali aja,atau kalau bisa
ngga usah. "Ucapnya dengan dingin dan langsung membalikkan badannya.
" Sekali aja,kalau kamu nanti ngga suka..
aku ngga akan ajak kamu jalan lagi.. "Jovanka berhenti. Ia berpikir keras karena Kalimat yang keluar dari mulut kala. Jovanka memutar bola matanya lalu membalikkan tubuhnya pada sekala lagi.
" di terima dulu,kalau ngga suka,
ya udah di buang,kalau suka,ya di
sayang.. " untung aja gue inget kata-kata bunda itu. Semesta Semesta..." Yaudah gue ikut "
Sekala tersenyum gembira nan bahagia mendengar persetujuan jovanka. Ia berikan helm bogo classic berwarna silver yang sesuai dengan corak motor kawasaki w175 miliknya.
Kota Jogja siang itu terasa dingin meskipun matahari cahayanya sangat mengganggu pengelihatan mata jovanka. Tangan jovanka yang enggan berpegangan pada pinggang kala,yang justru malah memegang ranselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang senja {lee taeyong}
Fanfictionini tentang sebuah takdir, dan perlakuan semesta pada beberapa manusia yang memiliki hati yang tulus. soal rahasia-rahasia semesta yang tidak tertebak.