Recommended song
{ Sesuatu di Jogja –
Adhitya Sofyan }" Kamu serius? "
Tanya Juna dengan tatapan yang serius pada adik perempuannya itu. Anka hembuskan lagi napas beratnya.
" Mas,aku serius.. "
Arjuna mengangguk sembari mengelus pundak adiknya. Ia paham betul betapa lelahnya adiknya itu saat ia menjadi aktor juga selebriti terkenal di dunia. Juna sangat mendukung Anka ketika Anka pulang dan memutuskan untuk melanjutkan musik dan bukunya.
Gadis berusia 19 tahun itu pun memeluk Juna dengan hangat. Ia kembali meminum kopi pahit buatan juna yang di beri sedikit garam -- aneh tapi sangat disukai Anka.
" Sudah ke makam bunda? "
Jovanka letakkan lagi gelas kopinya saat mendengar pertanyaan dari mas-nya. Ia menggeleng pelan. Ingatannya soal bunda atau yang sering ia panggil Bundadari itu kembali semua dengan sempurna.
" Besok siang ke makam bunda,ya "
Jovanka mengangguk.
Bun.. jova kangen bunda.. kangen banget Bun..
-—
Gadis kecil berambut tebal sebahu itu berlari menuju seorang wanita anggun nan cantik yang berdiri di teras rumah memakai daster batik. Ia peluk wanita itu dengan senyuman.
Dengan tatapan polosnya, jovanka bertanya pada bunda
" Bun.. mama papa kapan pulang? "
Bunda tersenyum sambil mengelus puncak kepala jovanka dengan lembut.
" mama sama papa kan lagi
kerja,untuk jova sama mas arjun..
nanti pasti mereka pulang,terus ajak
jova main deh "Jovanka tersenyum manis pada bunda. Keduanya duduk di kursi meja makan. Menyantap makan malam yang bunda buatkan.
Arjuna yang tiba-tiba datang dengan satu bocah laki-laki seusianya. Duduk di meja makan dan ikut makan malam. Jovanka yang saat itu berusia 4 tahun hanya bisa bingung melihat bocah asing yang wajahnya mirip bunda itu.
" Itu siapa mas? "
" Sekala bumi nakasa juanva,
anak laki-lakinya bunda "Jelas bunda. Jovanka letakkan sendok dan garpunya. Ia tiba-tiba menangis dengan kencang dan nafasnya yang tak teratur. Membuat bunda,Arjuna,dan sekala kaget.
" Kenapa sayang??! "
Tanya bunda sambil menggendong jovanka yang masih saja menangis. hidung dan sekitaran mata jovanka memerah akibat tangisnya.
" Anaknya bunda tuh cuma jova..
Jova ngga mau bunda punya anak
selain jova.. jangan tinggalin jova.. "Ucap jovanka sambil terus menangis di gendongan bunda.
-—
" Ka! "
Lamunan jovanka hancur akibat panggilan dari Dion. Sudah ada sembilan lelaki di hadapannya. Terakhir Anka bertemu dengan sahabat mas-nya itu sudah 6 tahun lalu saat mereka berlibur ke New York.
Anka ambil tas ranselnya. Pamit,mencium tangan abangnya lalu pergi.
" Aku pulang.. udah malem "
Ucapnya dingin. Tangan Anka di tarik lagi oleh Arjuna.
" Biar di anter Bagas "
" Ngga,aku bisa sendiri "
" Udah malem.. cewe ngga baik
pulang sendirian "
-bagasAnka terdiam. Memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi jika ia sendirian pulang ke rumah. Di tambah,baru hari itu ia sampai di Jogja,dan kemungkinan besar juga untuknya lupa jalan pintas untuk pulang.
Tatapannya tertuju pada lelaki paling heboh dan hiperaktif di grup abangnya itu. Dion sudah menggeleng terlebih dulu karena tau bahwa jovanka akan memilihnya. Bukan apa-apa,Dion juga takut kalau di suruh menemani jovanka malam-malam begini.
" Aku udah besar.. jangan lupa ya,
aku ini atlet taekwondo.. udah ah bye.."Anka langsung pergi meninggalkan mereka meskipun sebenarnya ia menjadi sedikit takut. Ketika ia keluar dari rooftop, Tak sengaja dirinya berpapasan dan bertatapan dengan lelaki tinggi nan tampan dengan mata yang besar dan rahang yang Tajam.
Jovanka yang mengacuhkan lelaki itu,dan lelaki bernama sekala itu justru malah mengikuti jovanka sampai bawah, memastikan bahwa itu benar-benar jovanka..
Ia tersenyum, jovanka telah kembali ke Jogja.
Bun.. dia pulang..
🌅🌅
" Terus dia juga bilang ke gue
kalau dia mau lanjutin buku ke 3 nya.. "Jelas Juna untuk terakhir kalinya. Kini kesembilan pria itu paham,mengapa jovanka tiba-tiba pulang ke kota istimewa itu.
Sekala pegang kalung berliontin bulat itu. Membukanya dan melihat foto dirinya saat kecil dan sosok gadis berpipi merah tembem seperti tomat di bagian kanan. Senyum manis terlihat tipis di wajah tampan sekala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang senja {lee taeyong}
Hayran Kurguini tentang sebuah takdir, dan perlakuan semesta pada beberapa manusia yang memiliki hati yang tulus. soal rahasia-rahasia semesta yang tidak tertebak.