tangis

5 1 0
                                    



recommendation song
{resah jadi luka -
daun jatuh}




Mata dua pria itu sudah membengkak. Air mata sudah kering. Sekala terduduk memeluk lututnya di depan pintu ruang operasi itu. Di sebelahnya Arjuna dan para sahabatnya. Arjuna yang terus mengelus pundak sekala agar sedikit tenang, meskipun sama saja,hatinya pun juga hancur.

Beberapa titik di tangan sekala masih terdapat darah kering dari jovanka. Ia enggan menghapusnya,biarkan saja seperti itu sampai ia tau kondisi jovanka.

Sudah lebih dari empat jam jovanka di tangani di dalam ruang operasi,namun dokter ataupun suster belum memberi tau keadaan jovanka.

Ia lihat raganya terbaring lemah di ranjang operasi. Di pasangi banyak alat medis dan ia lihat jelas wajah dokter yang sudah pasrah dengan keadaannya. Ruh jovanka bangkit,ia bangun,untuk tetap menjadi jovanka tapi tanpa raga dan tanpa terlihat.

Jovanka lewati pintu ruang operasinya. Melihat jelas sepuluh pria di depannya. Satu pria yang masih saja menangis tak henti,matanya sudah membengkak.

" Yah... jangan nangis.. "

Ucap jovanka di depan sekala dan Arjuna. Ia usap air mata Arjuna,tapi sayangnya Arjuna pun tidak bisa merasakan apa-apa.

Pintu ruang operasi terbuka. Jovanka di bawa keluar,dan langsung di letakkan di ruang rawat inap khususnya.

" Jovanka mengalami pendarahan otak,beberapa syaraf rusak,tapi perlahan syarafnya akan membaik. Beberapa tulang punggungnya juga kakinya patah dan retak. Paling parah adalah,ia mengalami koma yang
waktunya tidak sebentar "

Hati dua pria itu yang sudah hancur kini di hantam batu besar nan panas juga. Benar-benar lenyap sudah semuanya. Dokter pun keluar dari ruangan itu.

Sekala tertidur duduk sambil terus menggenggam tangan jovanka.

" kamu tuh harusnya pulang aja,
aku ngga apa-apa kok... "

Ucap ruh jovanka yang duduk di ranjangnya sambil mengelus-elus rambut sekala. Ia lihat Arjuna,sekala,dan Valen yang menunggunya. Sudah malam,jovanka putuskan untuk keluar dari rumah sakit. Ntah untuk apa,yang penting ia keluar,mencari udara segar.

Ia duduk di sebuah bangku hitam taman rumah sakit itu. Ia letakkan kepalanya, memejamkan matanya lalu memikirkan dan mengingat lagi tentang penglihatannya tadi saat di ruang operasi.

~~

" Nduk... "

Suara lembut nan khas yang sangat familiar di kuping jovanka itu terdengar jelas. Jovanka berdiri dan langsung berlari memeluk wanita tua berdaster batik coklat itu.

Mereka duduk berdua di sebuah bangku kayu lawas. Jovanka meletakkan kepalanya di paha bundadari. Sembari bunda yang mengelus rambut jovanka.

" Bun.. kasian kala sama mas juna,
nangisin aku terus "

Bunda tersenyum.

" kamu perlu istirahat sejenak,
sayang "

" Tapi gimana kalau nanti
sekala pergi ninggalin aku? "

" Ini ujian untuk dia,
dia laki-laki... bunda ingin lihat,
seberapa setia dia sama kamu dan
sama bunda. Dan kalau
hatinya buat kamu,mau sebanyak
dan seberat apapun ujiannya,dia akan
tetap sama kamu dan nunggu kamu "

Jovanka mengangguk paham. Sedang bunda masih terus mengelus lembut rambut putrinya itu.

" Pulang sana nduk "

Jovanka langsung membuka matanya. Ia ubah posisinya menjadi duduk,menatap bunda,seolah mempertanyakan perkataan bunda barusan.

" Kamu belum bisa disini,kamu
harus masih di sebelah sekala..
lengkapi dia,jaga dia,ini saatnya kamu
untuk menjaga hatinya dan dirinya juga "

" Bulan-bulan akan berlalu,dan kamu
harus bisa kembali seperti semula..
waktu terus berjalan,temukan seseorang
yang bisa lihat kamu,dan membantu kamu
untuk cari sebuah foto lawas kamu dan
sekala.. senja dan kayu lawas.. "

🌅🌅

Jovanka tiba-tiba membuka matanya. Merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Ternyata benar,itu Arjuna.

Arjuna senderkan kepalanya ke bangku itu. Melihat ke arah langit yang penuh bintang dan satu bulan sabit disana. Senyumnya mengembang.

" Dek.. lagi banyak bintang nih..
bulannya juga lagi sabit.. kesukaan kamu "

Arjuna terdiam kembali. Matanya masih terus menatap langit. Sedangkan adiknya di sebelahnya hanya bisa tersenyum dan memeluk lengan Juna.

Arjuna hembuskan napas beratnya,seolah begitu lelah.

" Jangan tidur lama-lama...
mas janji,kalau kamu bangun cepat,
mas buatin kamu rasa kopi baru.. "

" Serius?! okay kalau gitu aku
mau bangun cepet "

" Mas ngga mau kehilangan
kami dek.. mas ngga mau jiwa mas
hilang separuhnya.. udah cukup mas
kehilangan tiga mutiara mas,jangan lagi "

" dulu.. mas selalu mikirin
hal ini,hal yang paling mas takutin...
mas takut kehilangan kamu dek..
Waktu kamu di new York,mas selalu
hubungi kamu, meskipun mas tau
kamu sibuk,tapi seenggaknya mas udah
denger suara kamu meskipun cuma sedetik.
cinta seorang kakak,ngga akan terkalahkan
oleh apapun itu,dek. Mas janji,
kalau kamu bangun nanti,mas bakal
bahagiain kamu terus,mas sayang
sama kamu..."

" Apa kamu inget,dulu waktu kamu
umur 4 tahun,lagi belajar sepeda,kamu
jatuh di depan rumah.. disitu rasanya mas
mau teriak,mas gagal jagain kamu,mas
bahkan hukum diri mas sendiri... Itu
aja kamu cuma luka,ini kamu bahkan
tidur lama banget dek.. mas hancur,dek"

Arjuna meneteskan air matanya. Begitupun adiknya,ia tidak tega melihat kakaknya menangis karena keadaan dirinya.

Jika Arjuna merasakan hancur,maka itu juga akan terasa pada hati jovanka. keduanya,dan bahkan semua manusia ngga tau hari esok akan ada apa dan akan seperti apa. mungkin jovanka bisa kembali,membaik,atau bahkan memburuk dan tak kembali.

 mungkin jovanka bisa kembali,membaik,atau bahkan memburuk dan tak kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sang senja {lee taeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang