Peluk

12 2 0
                                    


Recommend song
{ Tentang cinta -
Raisa }


Dua hari setelah kejadian yang membuat hati jovanka terus resah dan perasaannya amburadul. Ia masih stuck di bab pertamanya,sang tokoh utama belum benar-benar masuk,malah kini menghilang.

Senja sudah tak nampak dua hari ini. Langit selalu mendung,hujan juga selalu turun. Mereka tau,ada dua manusia yang sedang tidak baik-baik saja. Biasanya jovanka suka kalau mendung,gelap, matahari terhalang mendung. Ia tidak perlu repot-repot menutup gordennya agar gelap,karena langit sudah gelap.

Tapi kali ini,tidak ada rasa senang sekali. Hujan terlalu berlebihan sampai-sampai membawa petir yang keras. Angin juga sedikit tidak normal. Jovanka suka gelap,tapi kali ini tidak,ini terlalu menyeramkan untuknya. Bagai badai di tengah laut.

Hujann jangan bawa petirmu.. rumah
lagi sepi,aku sendirian ini tuh..

Mohon jovanka dalam hatinya. Ia rasa dirinya sedang tidak baik-baik. Turun ke dapur untuk meminum obat rutinnya. Di luar hujan sangat deras, syukurlah petir hanya kecil.

4 obat sudah ia minum,ini terakhir. Tiba-tiba petir sangat kencang menyambar halaman rumahnya. Gelas dan obat di tangan jovanka jatuh,jantung jovanka berdegup jauh lebih cepat.

Ia bereskan pecahan gelasnya. Tak sengaja tangannya mengenai pecahan gelas itu,lukanya tidak parah,hanya sedikit darah. Petir datang lagi dengan sangat kencang, berkali-kali. Pikiran jovanka kacau,sangat kacau. Ceklek

Seluruh lampu rumah padam.

" Mas Juna!!! "

Teriak jovanka. Ia coba untuk tenang!tapi mustahil,air matanya sudah deras. Tiba-tiba sebuah tangan memeluknya,ia balas sangat erat. Jovanka sampai di kasur kamarnya,yang pastinya dengan seseorang misterius itu,yang ia kira Arjuna.

Tak sedetikpun ia lepas genggaman tangannya itu. menyandarkan kepalanya ke dada bidang orang misterius itu.

" Jovanka takut... Kali ini aku
ngga suka gelap,itu terlalu serem "

Lampu menyala,semuanya jelas. Mata jovanka melihat jelas bahwa itu sekala,bukan Arjuna. Lepaskan buru-buru pelukan dan genggamannya tadi,lalu duduk.

" Sorry.. tadi gue kira mas Juna "

Belum ada sepuluh detik,lampu padam kembali,petir menyambar lagi. Jovanka jatuh ke pelukan sekala lagi.

" Udah ngga usah kemana-mana..
aku ada.. "

Ucap kala dengan sangat lembut. Aku ngga mau lepasin ini,ini buat aku!titik. -–ucap jovanka dalam hati.

" Maaf ya untuk lima hari lalu..
maaf aku udah ngelarang kamu untuk
lakuin hal yang buat kamu bahagia.. "

" Tanpa kamu hidup aku
berat,sial terus.. kemarin aja
kamera pemberian bunda rusak.. "

" Mangkanya dijaga yang bener "

" Udah maafin aku? "

" Udah.. "

Kala tersenyum,ia eratkan pelukannya pada jovanka. Kegelapan menjadi saksi bisu, baikannya dua insan yang sebenarnya saling tidak bisa apa-apa jika saling marah.

Hujan semakin lebat,petir sudah berhenti,tapi lampu masih setia padam. Seakan ketiganya tau kalau dua insan itu sedang ada di titik nyaman mereka berdua.

Pelukan jovanka yang kala rasakan, layaknya bunda yang tiap malam dulu selalu memeluknya sampai dirinya tertidur pulas.

Bun.. dia ternyata masih takut sama petir.. masih suka menangis karena petir.. Bun.. dia sudah memaafkan kala.. kala ngga akan pergi ninggalin dia Bun..

Sang senja {lee taeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang