Bab pertama

15 2 0
                                    


Recommended song
{ Puisi – Jikustik }


" Hampir jantungku copot
gara-gara tadi lihat alergi kamu
kambuh "

Jovanka tertawa mendengar perkataan sekala.
Sedang sekala fokus terus melihat jovanka,betapa indahnya jovanka saat hangat.

" Kamu indah.. pantesan bunda
dulu sering benget bangga-banggain
kamu,ceritain kamu Mulu ke aku "

" Ihh sekala,jangan gitu aku jijik "

Ucap jovanka dengan wajah cemberutnya. Membuat sekala terkekeh karena ia lupa bahwa jovanka sangat anti dengan pujian dan keromantisan.

Ia letakkan kepalanya ke paha jovanka. Ia pejamkan matanya,lalu bercerita pada semesta.

Semesta.... Terimakasih banyak... Dia sudah tau aku.. dan dia sudah berada sangat dekat denganku.. aku mencintainya,sangat. Akan ku buktikan padamu dan pada bunda,bahwa bocah nakal ini bisa menjaga dan mencintai dengan tulus sosok gadis polos nan dingin ini.

-—

" Bumi.. dengerin,bunda mau
ngomong "

Segera ia benahi posisi tidurnya menjadi setengah duduk. Tumben sekali bunda malam-malam begini ingin berbicara padanya. Pukul 3 malam,sedangkan besok pagi ia harus berangkat ke sekolah.

" Bumi sudah besar.. bumi tau
jova kan? "

Sekala mengangguk. Bunda ambil kedua tangan anak lelakinya itu,ia genggam keduanya dengan mata yang berkaca-kaca.
Bun.. ada apa?

" Sesok koe kudhu dadi cah
Lanang Sik iso njogo de'e. koe
Urip kui nggo dadi jodone,dadio
lanangan sing kuat sing tegar nggo
de'e. Neh no dunyo mu nggo de'e. Yo le.."

Sekala terdiam. Ia lihat bundanya yang berbicara sambil meneteskan air matanya. Sebegitu cintanya bunda pada anak gadisnya itu, meskipun ia tak mengandungnya. Sekala mengangguk.

Kalimat-kalimat bunda malam itu terus melekat di hati dan pikiran sekala. Tadinya ia menunggu dan meminta semesta untuk memberikan dirinya pada jovanka hanya karena bunda. Namun seiring berjalannya waktu,ia tidak hanya melakukan untuk bunda,tapi untuk hatinya yang telah jatuh hati pada jovanka.

Ntah apa yang semesta lakukan. Hatinya tiba-tiba mencatat rapi nama jovanka di tempat spesial di hatinya. Kamarnya penuh dengan foto masa kecil jovanka dan dirinya. Tiap malam selalu tersenyum di depan foto jovanka lalu mengucapkan selamat tidur, berharap jovanka di kenyataan mampu merasakannya.

-–

Sekala gandeng tangan jovanka sampai di rooftop sembilan lelaki disana yang tadinya mengobrol asik,seketika terdiam menatap dua insan yang baru saja datang dengan keadaan bergandengan itu. Jovanka lepas gandengannya. Ia duduk di bantal besar berwarna merah samping sofa abangnya.

" Udah resmi? "
-esa

Sekala menggeleng sambil duduk di sebelah Bagas. Sedangkan jovanka yang melanjutkan menulis di laptopnya.

" Jangan sampe ke duluan orang,kal "
-arjuna

Mata sekala melihat ke arah jovanka. Dalam hatinya bersumpah untuk tidak berpaling ke yang lain,dan mengingat kalimat-kalimat bundanya dulu.

Jovanka ceritakan hari itu dan senja sore tadi yang menjadi saksi pertemuannya dengan manusia berharga dan penting yang sudah sangat lama ia cari dan tunggu. --seperti manisnya tiap-tiap sudut jogja,senyumnya seakan menghipnotis hati dan mataku untuk terus mengingatnya..

Sang senja {lee taeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang