13. Cinta Pertama Rasya

31 7 0
                                    

13. Cinta pertama Rasya.

***

"Ayolah Lai, apa kamu sedang menyombongkan diri karena tahun ini kamu akan menikah hah?" tanya Rasya dengan nada yang kesal. Kemudian Rasya berdecak.

Zhulaika hanya mengangkat bahu.

"Dan kamu benar, aku memang masih punya perasaan pada Salma. Jantungku masih berdetak kencang saat bersamanya. Dan hatiku masih sakit saat dia masih saja terobsesi dengan Farhan." Ada raut kesedihan di wajah Rasya.

Rasya melirik lantai, lima detik kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Tapi bukan berarti aku tidak muak dan khawatir dengan sikap Salma! Aku tahu dengan uang dan kekuasaan yang Salma miliki, dia bisa melakukan apapun! Apalagi akulah yang mengenalkan Salma kepada Farhan." Kali ini raut penyesalan dan rasa bersalah yang Rasya tunjukkan.

Rasya benar. Dengan uang dan kekuasaan yang Salma miliki, terlebih sikap Salma yang terobsesi untuk memiliki Farhan, apapun bisa Salma lakukan. Walaupun kekayaan keluarga Salma tida sebanding dengan kakuasaan keluarga Farhan. Terpilihnya Salma untuk bisa dijodohkan dengan Farhan artinya keluarga Salma tidak bisa diremehkan.

Zhulaika tahu, ada sesuatu di balik alasan perjodohan Salma dan Farhan. Dan Zhulaika akan mencari tahu itu. Supaya saudaranya tidak mengalami kesulitan dalam sisa hidupnya.

"Rasya, kapan kamu  pertama kali bertemu Salma?" tanya Zhulaika dengan raut yang serius dan itu disadari Rasya.

"Sebenarnya kami satu SMA," jawab Rasya dengan nada kikuk, karena tiba-tiba Zhulaika bertanya.

Zhulaika menatap Rasya tajam, mengisyaratkan Rasya untuk melanjutkan cerita.

"Kenapa kamu bertanya?" tanya Rasya.

"Well, kita lihat apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kisah percintaan yang menyedihkan ini." Zhulaika tahu, Rasya sangat terbebani dengan perasaannya saat ini.

"Salma adalah murid pindahan dari luar negeri." Rasya menghela napas sejenak.
"Tetapi, saat itu yang kutahu dia selalu sendirian. Aku tidak pernah melihatnya berinteraksi dengan siapapun. Aku selalu melihatnya melamun. Dan saat itu aku tidak peduli." Rasya tersenyum tipis saat mengingat kejadian masa lalu.

"Hingga akhirnya kami dipertemukan tanpa sengaja. Ayah mengajakku ke sebuah acara pertemuan para pembisnis. Acara ini memang sengaja diadakan setiap bulannya. Di sana banyak pembisnis dari semua kalangan. Termasuk ayah dari Farhan,  Aryan Rendra. Kebetulan pertemuan itu diadakan di rumah Salma. Dan untuk petama kalinya aku tahu bahwa Anugrah Salma Aditama  adalah anak dari Surya Aditama. Pak Aditama memperkenalkan Salma sebagai anaknya dan bilang jika Salma selama ini tinggal dengan neneknya di Canada, dan dia belum terbiasa dengan lingkungan baru di Indonesia. Tentu saja semua orang terkejut atas kehadiran Salma sebagai anak dari keluarga Aditama yang semua orang tahu pak Aditama tidak pernah memiliki seorang anak dari pernikahan-pernikahannya dulu, namun siapa yang peduli kenyataannya Salma sudah menyandang naman Aditama dibelakang namanya."

Zhulaika masih setia mendengarkan penuturan Rasya, dengan begitu Rasya kembali bercerita.

"Ayah yang tahu bahwa kami satu SMA, menyuruhku untuk berteman dengan Salma. Saat itu juga aku tahu bahwa alasan ayah mengajakku ke sana adalah untuk bisa mendapat investor, agar rumah sakit yang sedang ayah bangun bisa terwujud. Dan akhirnya kamu berteman dengan Salma."

"Dan pak Aditama menjadi investor ayahmu?" tebak Zhulaika.

"Tidak! Pak Aditama memang menjadi investor utama rumah sakit kami, tetapi aku belum menjadi teman Salma."

Kening Zhulaika berkerut, mencoba untuk berpikir, apa maksud perkataan Rasya?

Rasya tersenyum sambil melihat Zhulaika.

"Sangat sulit mendapat kepercayaan dari Salma. Aku berkali-kali mencoba untuk menawarkan pertemanan, tapi berkali-kali juga dia bersikap acuh. Namun aku tidak menyerah! Selain karena Salma adalah anak dari pak Aditama, aku tahu dia kesepian. Dua tahun! Butuh waktu dua tahun akhirnya Salma berteman denganku. Kami menjadi dekat, selalu menghabiskan waktu bersama di mana ada Salma di situ pasti ada Rasya. Dan semakin dekat saat kami masuk ke universitas yang sama walau fakultas kami berbeda. Salma berubah! Dia punya banyak  teman dan lebih ceria dan aku juga bahagia melihat itu."

"Kenapa Salma butuh waktu selama itu?" batin Zhulaika.

"Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memperkenalkan Salma pada teman satu kelasku. Aku memperkenalkan Salma pada Farhan, dan kami bertiga menjadi sahabat. Tak butuh waktu lama antara Farhan dan Salma menjadi dekat, tentunya tak selama aku dengan Salma, tak sedikitpun aku curiga atas perasaan Salma terhadap Farhan, yang aku tahu Salma bahagia. Waktu berjalan dengan cepat hingga tiba waktunya kami wisuda. Malam itu, satu minggu setelah kelulusan. Aku mendatangi pertemuan pembisnis lagi atas permintaan Salma, dan kali ini di rumah Aryan Rendra. Aku tak pernah menyangka, hanya karena satu malam persahabatan kami berubah! Meski aku tahu  bahwa ternyata Muhammad Farhan Rendra adalah anak dari Aryan Rendra, aku cukup terkejut Farhan mau menghadiri pertemuan itu. Tapi bukan itu yang bagian terpentingnya."

Tiba-tiba Zhulaika menyela, "Bagian terpenting?"

"Iya. Malam itu ternyata pengumuman bahwa Salma dan Farhan akan dijodohkan. Salma terlihat bahagia, tetapi Farhan sangat kecewa. Kerena perjodohan itu juga aku menyadari satu hal," jelas Rasya.

"Bahwa kamu mencintai Salma?" tebak Zulaikha.

Rasya hanya tersenyum miris, kemudian mengangguk.

"Dan sialnya itu adalah cinta pertama. Bukankah ini sangat konyol Lai? Aku mencintai Salma, Salma mencintai Farhan, tetapi Farhan tidak membalas cinta Salma. Kami terjebak oleh perasaan tak terbalas. Lalu siapa yang akan bahagia?" Rasya tersenyum mengejek keadaan yang dia alami. Sedangkan  Zhulaika mencoba menyerap semua informasi yang Rasya ceritakan, mencoba mencari suatu alasan di balik perjodohan Salma dan Farhan.

"Tapi aku adalah seorang dokter berusia 26 tahun. Jadi sebagai seorang laki-laki dewasa aku bisa mengatasi patah hati ini. Lagipula aku tak kalah tampan dari Farhan, terlebih aku adalah pewaris dari rumah sakit ini. Siapa yang tidak tahu keluarga dokter Pradana," kata Rasya menyobongkan dirinya sambil menampakkan senyum, seolah dia baik-baik saja.

"Iya, kamu mengatasinya dengan tingkah konyolmu itu," ucap Zulaikha.

"Baiklah, aku harus segera pergi. Bercerita masa lalu cukup menguras emosi. Dan akan kuberikan makan siang ini kepada Farhan." Rasya mengambil makanan bagian Farhan yang ada di sofa.

Sebelum pergi Rasya menatap Zulaikha.

"Menurutmu aku harus bertahan atau memilih melupakkan?" Rasya bertanya pada Zhulaika dengan wajah yang sendu.

***

Kasian deh Rasya...

Vote komennya ya makasih

Kamis, 27 Agustus 2020

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang