20. Rindu Ayah

29 6 0
                                    

Chapter 20
Rindu Ayah

***

Yasna memandang langit malam. Senyum tipis terukir dari bibirnya saat angin membelai kulit. Terasa dingin, tapi nyaman. Itu yang Yasna rasakan malam ini, namun begitu ia enggan beranjak dari balkon kamarnnya.
Yasna semakin tersenyum saat merasakan ada sesuatu yang menyelimuti badannya, hangat. Dia berbalik menatap hangat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia.

“Merindukannya asayang?" Marwah membelai wajah putrinya. Yasna memegang tangan Marwah, mengusapnya lembut.

“Selalu Bunda, Yasna akan selalu merindukan Ayah.”  Marwah tersenyum hangat, tak bisa dipungkiri dia juga merindukan suaminya, belahan jiwanya di dunia.

“Ayah juga pasti merindukkan putri kecilnya yang sekarang sudah dewasa.”

Yasna terdiam akan sangat menyenangkan jika ayah melihat sendiri bagaimana dirinya tumbuh.

Apakah ayah akan senang jika aku menikah? Tapi mengapa harus dokter Farhan, ya?” batin Yasna.

“Ini, bacalah!”

Dahi Yasna mengerut saat menerima amplop coklat yang diberikan Marwah.

“Apa ini Bunda?” tanya Yasna.

“CV ta’aruf dokter Farhan.” Marwah terseyum kecil melihat perubahan wajah Yasna yang terlihat sangat tidak senang.  “Waktu berjalan begitu cepat Yasna, namun masa lalu masih menjadi misteri,”  batin Marwah.

“Bunda tahu kamu masih ragu, tapi bunda senang dengan keputusan kamu untuk memberikan kesempatan pada hubungan ini.” Tatapan ini yang tidak bisa Yasna tolak, tatapan seorang ibu yang begitu merasa lega dan percaya bahwa pilihan yang Yasna buat adalah yang terbaik. Yasna tak mau harapan itu musnah dalam mata sang bunda.

“Baiklah, kita lihat bagaimana CV dari dokter dingin itu.” Mata Yasna menatap tak percaya apa yang sedang dipegangnya sekarang. Bagaimana tidak, CV yang seharusnya hanya satu atau dua lembar tapi dokter itu membuat hampir tujuh lembar.

“Mungkin Farhan ingin kamu lebih mengenal dia.”

Yasna mendengus, haruskah sampai tujuh lembar? Marwah hanya mengangkat bahunya sambil terkekeh.

Marwah menatap langit malam, “Aku merindukanmu, Mas.”

Yasna melihat lembar pertama, membaca nama lengkap dokter dingin itu “Muhammad Farhan Rendra. Jadi R itu maksudnya Rendra? Tunggu, nama itu seakan tidak asing, di mana aku pernah mendengarnya? Kepala Yasna berdenyut, mengapa tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Yasna menutup mata, tetapi sekelebat bayangan samar itu datang lagi, ini kali kedua Yasna meraskan lagi setelah makan malam kemarin.

CV yang dipegang yasna terjatuh, membuat Marwah menoleh pada Yasna. Hampir saja Yasna terjatuh jika Marwah tidak menangkapnya. Marwah membawa Yasna ke dalam mendukkan Yasna di tepi  ranjang.

“Kamu kenapa, Yasna?" tanya Marwah khawatir. Marwah yang melihat Yasna kesakitan memberikan minum yang ada di meja dekat tempat tidur.

“Kepala Aiza pusing Bunda.” Marwah tersentak hampir saja dia menjatuhkan minum yang akan diberikan kepada Yasna.

“Tadi kamu biacara apa?" tanya Marwah saat Yasna selesai minum.

“Puusing bunda.” Yasna mengaduh memegang kepalanya, Marwah hanya menghela napas panjang. Mencoba menetralkan detak jantungnya.

“Istirahatlah!” titah Marwah yang diangguki oleh Yasna. Setelah membantu Yasna, Marwah keluar dari kamar Yasna. Tak lupa mengecup kening putri kesayangannya.

Di balik pintu kamar yang sudah Marwah tertutup, ia menatap ragu ponsel yang sudah ia keluarkan dalam saku baju gamisnya, tetapi detik berikutnya Marwah mendial nomer seseorang.

“Wakaikumussalam, apa rencana kita selanjutnya?”

***

Yasna menatap malas pria berjas putih yang sedang berjalan  di depannya. Sungguh, jika bukan di rumah sakit ingin rasanya ia berteriak, karena sekali lagi ia harus berurusan dengan seorang dokter dingin sok misterius yang gilanya dia adalah pria yang dipercaya oleh bunda sebagai calon suaminya.

Umpatan hati Yasna terhenti saat mereka berdua tiba disebuah taman rumah sakit. Yasna menatap heran dokter Farhan yang sekarang berbalik  menghadap Yasna. Sebenarnya apa yang akan dibicarakan oleh Farhan cukup membuat Yasna was-was, pasalnya dia sama sekali tidak berminat untuk membicarakan soal hubungan ta’aruf mereka.

“Kamu sudah membaca CV saya ?” tanya Farhan.

Yasna mendengus melihat wajah datar Farhan. Membuat Yasna semakin enggan membahas masalah ini.

“Sudah.” Yasna menjawab tak kalah datar.

“Sepertinya kamu sudah siap untuk pertemuan ta’aruf kita selanjutnya?” Perkataan  Farhan berhasil membuat Yasna melotot, Yasna tak percaya secepat itu pertemuan ta’aruf selanjutnya. Sebenarnya ada apa dengan semua orang, tak bisakah Yasna diberikan waktu untuk menenangkan dirinya?

“Dari ekpresi wajahmu sepertinya kamu belum diberikan informasi oleh om Adam?” tebak Farhan.

“Bel---“ bicara Yasna terpotong saat suara ponsel yang ada digenggamannya berdering.

Pesan dari Annisa, Yasna membuka pesan tersebut dan menghela napas pelan. Meenatap kembali Farhan dihadapannya.

“Kebetulan sekali,” ucap Farhan, tak perlu Yasna beritahu Farhan bisa menebak bahwa Yasna sudah mendapatkan informasi pertemuan selanjutnya.

Farhan menatap Yasna ada raut sedikit kasihan pada gadis dihadapannya. Vagaimana pun hubungan ini pasti akan sangat sulit untuk Yasna. Terlebih hati gadis di hadapannya sudah terpaut oleh orang lain. Membuat Farhan yakin bahwa Yasna masih sangat ragu dengan keputusannya. Namun Farhan juga tidak bisa menyerah sekarang, tidak sebelum keinginannya terwujud.

“Tenanglah, kamu masih punya kesempatan untuk menolak ta’aruf ini, itupun jika kamu memakai otak cantikmu.” Yasna memandang Farhan dengan tatapan yang bingung, tak bisakah dokter dihadapannya tidak membuat Yasna jengkel? Cukup dengan situasi ini yang membuat Yasna tak berdaya. Dan sekarang dengan sesuka hati pria di hadapannya ini membuat suasana hati Yasna semakin gelap.

“Apa rencanamu sebenarnya dokter Farhan?” Kali ini alis Farhan yang mengkerut mencoba mencerna arah pertanyaan gadis yang memakai baju gamis coklat di hadapannya.

“ Aku tak bisa memahami dirimu dokter. Jika kamu tahu bahwa aku menyukai pria lain, lalu mengapa kamu tidak menolak ta’aruf ini, malah menyemangatiku untuk memikirkan cara agar bisa menolak ta’aruf ini?”

“Biar kita luruskan ini nona Yasna Umaiza. Pertama seperti halnya dirimu yang menerima ta’aruf ini karena tidak ingin mengecewakan bundamu, maka aku juga menerimanya sebagai pembuktian terhadap ayahku. Kedua, di sini yang memilki alasan untuk menolak hubungan ini adalah dirimu, kamu yang menyukai pria lain, lalu mengapa harus aku yang mangatakannya? Jika dirimu tak bisa mengakui perasaanmu lalu siapa aku yang berhak ikut campur? Ketiga, aku bukan tipe pemaksa dan diusiaku ini bukan lagi masa untuk terlibat kisah segitiga yang merepotkan. Motto hidupku adalah membuat segala sesuatu sesederhana mungkin, jadi jika kamu yakin tentang hubungan ini kita lanjutkan, tapi jika tidak, tak pernah ada kata permohonan dicintai dariku untukmu.”

Sudah diputuskan  Farhan adalah orang yang masuk daftar orang paling ingin Yasna hancurkan mulut pedasnya suatu hari nanti. Yasna kalah telak. Sekarang Yasna paham mengapa Marwah dan Adam memillih Farhan. Untuk membuat sang rubah takluk maka dibutuhkan kancil yang cerdik. Wow selamat bunda sepertinya bunda menemukan  kancil yang cerdik itu.

“Siapa yang sedang berbicara padamu, Farhan?”

***

Siapa tuh yang tiba-tiba nanya?

Beri komentar teebaikmu, vote nya juga ya >_<

Sabtu, 3 Oktober 2020

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang