17. Lingkaran Masa Lalu:Aiza & Rendra

22 3 0
                                    

Chapter 17
Lingkaran Masa lalu :
Aiza & Rendra

***

[Part Flashback]

Seorang anak perempuan tertawa bahagia saat dirinya merasa mampu menggapai awan yang menggantung indah di atas langit biru yang cerah.

“Ayo Kak lebih kencang lagi dorongnya!” Anak kecil itu masih saja menjulurkan sebelah tanganya ke atas, dia nampak bahagia, merasakan tubuhnya seakan terbang.

“Berpegangan Ai atau kamu akan terjatuh nantinya!” tegur seorang anak laki-laki yang terlihat lebih dewasa. Dia tidak habis pikir, mengapa selalu saja dia meneruti keinginan anak perempuan yang usianya terpaut 6 tahun denganya?

“Tapi Aiza sedikit lagi bisa memengan awan itu Kak.” Anak perempuan bernama Aiza itu tidak mau mengalah dan masih ingin lebih tinggi lagi.

“Berpegangan atau aku tidak akan mendorong ayunan ini lagi.” Ancam anak laki-laki itu.

Mendengar ancaman, Aiza seketika memegang kedua tali pada ayunan itu, dia tidak mau berhenti, dia masih ingin bermain, ingin terbang.

“Kak Rendra jahat, Ai kan hanya ingin menyentuh awan.” Protes Aiza yang masih berada diayunan, anak laki-laki bernama Rendra itu hanya terkekeh mendengar sahabat kecilnya merajuk seperti itu.

“Sekeras apapun kak Rendra mendorong ayunan ini, kamu tetap tidak bisa menyentuh awan itu Ai.”  Mendengar penjelasan Rendra membuat Aiza semakin merajuk, dia ingin menyentuh awan, pasti akan terasa lembut dan empuk seperti kasur jika dia bisa berbaring di awan itu.

“Ai pasti bisa, Kak Rendra saja yang tidak mau membantu Ai.”

Rendra semakin tersenyum puas, selalu menyenangkan membuat Aiza merajuk seperti itu. “Dasar anak kecil keras kepala,“ batin Rendra.

Aiza yang masih berusaha  menyentuh awan, mencoba meraihnya lagi, kali ini bukan hanya sebelah tangan tapi kedua tanganya. Saat Rendra mendorong ayunan itu lebih keras, seketika tubuh Aiza terhempas karena tidak berpegangan. Aiza pun terkejut dan berteriak. Pasti akan sakit jika dia terjatuh ke tanah.

Bugh!

Suara benda jatuh. Aiza menutup matanya, tapi dia tidak merasakan sakit, aneh pikirnya. Saat dia membuka mata kontan terkejut bahwa yang ada di bawahnya sekarang adalah Rendra. Iya, Rendra menangkap tubuh Aiza  yang terhempas ke tanah.

“Kak Rendra bangun, kok Kakak merem sih?” Aiza panik saat melihat mata Rendra tertutup rapat, Aiza mencoba membangunkan Rendra, menggoncangkan tubuhnya dan menepuk pipinya. Namun nihil,  Rendra masih saja menutup mata.

Mendapati Rendra tidak kunjung membuka mata, Aiza berinisiatif untuk memanggil ayahnya dan paman Adam. Namun saat dia akan melangkah pergi ada yang memegang tanganya.

“Aku baik-baik saja, Ai.” Rendra membuka mata dan mencoba duduk.

Melihat Rendra yang sudah membuka mata Aiza langsung memeluk Renda sambil menangis.

“Ai pikir Kak Rendra tidak akan bangun.“

Rendra terkekeh dia berhasil mengerjai Aiza. Rendra berusaha melepas pelukan sahabat nakalnya itu dan tersenyum.

“Siapa suruh kamu tidak menuruti perkataanku.”

Aiza menunduk merasa bersalah atas perlakuanya.

“Maaf, Ai janji akan menuruti perkataan Kak Rendra, tapi jangan sampai Kak rendra menutup mata seperti tadi, Ai tidak mau Kak Rendra kenapa-napa. Nanti siapa yang main sama Ai?”

“Maaf diterima, tapi kamu harus janji tidak akan melakukan hal itu lagi, tadi sangat berbahaya Ai, kamu bisa terluka.” Rendra menyentuh kepala Aiza,mengusapnya lembut.

“Kan ada Kak Rendra yang nyelamatin, Ai,” ujar Aiza dengan polos membuat Rendra tersenyum.

“Ai, kak Rendra kan tidak selamanya ada di samping Ai.” Kini mata Rendra menatap lekat Aiza, berusaha menjelaskan apa yang akan dia sampaikan adalah hal serius.

“Memangnya Kak Rendra mau ke mana? Ai tidak mau bermain dengan yang lain, Ai maunya bersama Kak Rendra. Kak Rendra mau tinggalin Ai?” Aiza membuang muka, dia tidak suka perkataan dari Rendra tadi, seolah sahabatnya itu akan menjauh darinya, Aiza sangat tidak suka.

“Ai dengar, dimana pun kak Rendra berada, kak Rendra akan selalu bersama Ai. Jadi temen Ai, tapi saat kak Rendra tidak bisa di samping Ai, kak Rendra mohon  jangan ceroboh. Kamu memangnya tidak sayang sama kak Rendra?” Aiza hanya menggeleng, masih tidak mau menatap wajah Rendra.

“Ai janji tidak akan ceroboh, tapi Kak Rendra juga  harus janji selalu di samping Ai. Jagain Ai, Kak Rendra harus  jadi temen Ai, selamanya.” 

Rendra tercekat mendengarnya, ada perasaan bahagia saat dia begitu dibutuhkan oleh Aiza, namun ada perasaan takut. Bagaimana jika dia tidak bisa menepati janjinya. Rendra tersentak saat merasakan tangannya dipegang oleh Aiza dan membuat jari kelingking mereka saling bertautan.

“Tapi ....” Rendra ingin mengelak namun dia tak kuasa dihadapkan dengan mata penuh kepercayaan itu.

“Janji?” Aiza mengangkat jari kelingking, mereka tersenyum penuh harap bahwa sahabatnya itu akan selalu bersamanya.

“Baiklah, janji.” Rendra tersenyum, hatinya dia tekadkan bahwa apa pun yang terjadi kebahagian gadis kecil dihadapannya adalah salah satu tujuan hidupnya.

***

Mau ngasih tau ini flashback yasna sama ....

Vote comment jangan lupa

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang