11. Awal Persahabatan

38 9 0
                                    

Chapter 11
Awal Persahabatan

***

Pagi ini Yasna sudah disibukkan dengan tugas-tugas kuliahnya. Maklum, dua minggu lagi akan UAS. Jadi, seperti biasa tugas-tugas akan selalu berlomba untuk minta diselesaikan. Dan di sinilah Yasna, berjalan menuruni tangga menuju lantai satu untuk menemui bundanya dan meminta izin untuk pergi belajar kelompok bersama Fina dan Reyhan.

Saat Yasna sudah sampai ruang keluaga. Yasna mendapati bundanya sedang membaca buku. Marwah tersentak saat merasa ada yang memeluk lehernya dari belakang.

"Pagi Bundaku," ucap Yasna dengan memeluk Marwah.

"Pagi Sayang. Kebiasaan selalu buat bunda terkejut," jawab Marwah sambil memegang tangan anaknya.

Yasna terkekeh. Akan selalu menyenangkan mengejutkan Bundanya. Yasna melepaskan pelukannya dan duduk disamping Marwah.

"Bunda, Yasna mau izin kerja kelompok, boleh?" ucap Yasna dengan nada manja, membuat Marwah tersenyum.

"Boleh. Jam berapa pulangnya?" tanya Marwah

"Inysa Allah sesudah ashar," jawab Yasna.

"Baiklah. Hati-hati,".ucap Marwah sambil mengusap kepala Yasna.

"Siap bunda!" kata Yasna sembil menirukan hormat seperti para TNI.

"Yasna pergi dulu Bunda. Dari tadi Fina telepon terus. Assalamu'alaikum," pamit Yasna, tak lupa mencium punggung tangan Marwah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Marwah.

Yasna melangkah menuju pintu keluar rumahnya, namun, dikagetkan dengan suara bel yang berbunyi. Yasna membukakan pintu dan tersenyum melihat siapa yang datang.

"Assalamu'alaikum cantik." Salam Annisa pada Yasna.

"Wa'alaikumsalam. Tante Nisa?” Yasna memeluk Annisa yang ternyata datang bertamu ke rumahnya.

"Bundamu ada?" tanya Annisa dan melepaskan pelukan meraka.

"Ada kok Tante. Masuk aja ke dalam. Bunda di ruang keluarga," kata Yasna sambil membukakan pintu lebih lebar untuk Annisa.

"Siapa Yasna?" tanya Marwah saat menyusul Yasna ke pintu masuk. Dan terkejut mendapati Annisa yang ternyata datang bertamu.

"Pagi Marwah" Annisa menyapa Marwah.

***

"Gimana Fin?" tanya Reyhan kepada Fina.

"Katanya dia lagi di jalan," jawab Fina dan dibalas anggukan oleh Reyhan.

Fina dan Reyhan duduk dibangku taman kampus. Jarak mereka cukup jauh karena saling duduk diujung bangku. Hening diantara mereka. Reyhan dan Fina sedang menunggu kedatangan Yasna untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok mereka. Meski mereka hari ini tidak ada jadwal kuliah, tapi tetap disibukkan oleh tugas-tugas yang diberikan dosen.

"Lo ada masalah, Fin?" Sontak Fina terkejut dan mengalihkan padangan pada Reyhan.

Fina tersenyum tipis dan menggeleng pelan lalu melihat lurus ke depan. Hening kembali diantara mereka. Reyhan tahu ada yang dipikirkan sahabatnya itu. Belakangan ini mood Fina selalu berubah dan lebih pendiam. Meski Fina tidak secerewet Yasna, tapi Reyhan tahu sahabatnya itu tidak suka keheningan apalagi jika ini menyangkut tentang tugas, Fina akan sangat sibuk memastikkan tugasnya harus selesai dengan cepat dan tepat.

"Ingat pertama kali bertemu?" Fina kembali menoleh karena pertanyaan Reyhan.

"Saat itu  gue enggak sengaja nabrak lo dan akhirnya lo jatuh, dan ... sialnya lo dimarahin sama sahabat gue  didepan banyak orang," jelas Fina
Fina membuat Reyhan  tertawa mengingat masa lalu saat pertama kali mereka bertemu. Kejadian yang lucu dan memalukan karena harus mendengar Yasna marah-marah kepada Reyhan di depan semua orang saat mereka melakukan pendaftaran ulang masuk universitas.

"Tapi rasa malu gue saat itu tidak akan ada apa-apanya buat lo yang udah duluan berteman sama Yasna." Terdengar seperti  ejekan bagi Fina, membuat Fina mendengus.

Yasna memang selalu bersikap berlebihan. Selama mereka bersahabat, Fina selalu dibuat tercengang dengan sikap over protective dari Yasna. Tapi entah kenapa itu malah yang membuat Fina nyaman bersahabat dengan Yasna.

"Dan gue iri." Senyum Fina hilang, digantikan dengan kerutan kening didahinya.

"Apa yang membuat Reyhan iri?" tanya Fina dalam hati.

Reyhan melihat sekilas Fina sedang manatap lurus kolam ikan yang tidak terawat.

"Gue iri dengan persahabatan kalian," ungkap Reyhan kembali.

"Masa SMA gue enggak  seindah masa  SMA kalian." Fina melihat wajah sendu Reyhan.

"Banyak hal yang gue lewatin. Banyak waktu yang enggak bisa gua balikin. Susah buat gue berteman atau mencari teman. Saat gue mencoba berteman, mereka hanya melihat seorang Reyhan kutu buku yang beruntungnya adalah anak dari seorang dokter. Dan itu membuat gua terluka saat gue memutuskan untuk tidak berteman dengan siapapun, maka, julukan baru dibuat mereka. Reyhan anak orang kaya yang sombong dan sok pintar, pada akhirnya gue tetap sendirian."

Fina terkejut mendengar cerita Reyhan. Bagaiamana bisa seorang Reyhan bisa merasa kesepian?

"Kalian berdua beruntung, Fin. Persahabatan kalian tulus. Yasna sangat sayang sama lo, dia bahkan tidak bisa tenang saat marahan sama lo, dan gue tahu lo juga peduli sama Yasna. Gua ingat hari terakhir kita OSPEK. Lo rela ngasih buku catatan lo buat Yasna kerena dia lupa bawa buku catatanya yang sehausnya dikumpulin saat itu." Reyhan terkekeh melihat ekspresi terkejutnya Fina.

"Jangan terkejut gitu Fin. Gue emang selalu ngawasin kalian berdua. Sejujurnya gue tertarik dengan persahabatan kalian. Gue ingin merasakan seperti lo yang selalu dijagain dan dipedulikan Yasna. Dan gue juga ingin merasakan seperti Yasna, dimana ada seseorang yang rela berkorban untuk gue." Jujur, Reyhan bahkan tidak peduli kalau Fina akan memandangnya sebagai laki-laki yang berhati 'Hello Kitty'. Reyhan tahu dia tidak harus mengatakannya.

"Dan bagusnya adalah gue akhirnya bisa berteman sama kalian." Reyhan tersenyum lebar. Dimata Fina itu adalah senyum paling manis yang pernah dilihatnya.

"Jadi, kalau ada masalah diantara kalian dan menyebabkan persahabatan kalian renggang. Maka gue adalah orang pertama yang akan sedih Fin." Ada sedikit ketakutan yang dilihat Fina dalam mata Reyhan. Ketakutan akan kehilangan? Mungkin Fina hanya bisa menebak.

"Fina!" Mendengar seseorang yang teriak memanggil namanya, Fina langsung mengalihkan pandangan mencari seseorang itu. Dan inilah orang yang sedari tadi di tunggu.

"Maaf." Yasna bicara dengan napas yang tersengal-sengal saat mendekati bangku taman dimana Fina dan Reyhan duduk.

"Telat," kata Fina datar.

"Macet Fin, lagian telat sepuluh menit doang," kata Yasna memberi alasan.

"Tetap telat, kan?” terang fina sambil mengangkat alisnya.

"Jangan marah dong Fin, baru kemarin kita baikan. Masa sekarang marahan." Yasna membujuk Fina sambil menggelayut manja tangan Fina.

Reyhan hanya tersenyum dan menggeleng-geleng melihat interaksi kedua sahabatnya.

"Gue traktir bakso mang Udin," tawar Yasna pada Fina. Namun Fina hanya diam.

"Oke, dua mangkok bakso mang Udin, di tambah es alpukat kesukaan lo."

Fina langsung tersenyum lalu merangkul pundak Yasna dan berkata, " Setuju."

Mereka bertiga tertawa dan akhirnya memutuskan untuk segera mengerjakan tugas-tugas yang sedari tadi menunggu.

Yasna menarik Fina dan berjalan bersama sambil bercerita. Sedangkan Reyhan mengikuti mereka berdua dari belakang seperti seorang bodyguard bagi kedua sahabatnya itu. Fina menoleh kebelakang dan tersenyum melihat Reyhan.

"Kalau menjaga persahabatanku dengan Yasna bisa membuatmu bahagia, maka akan kujaga selamanya."

***

Tertulis UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang