07. Penguntit

1.2K 146 5
                                    

Minggu, 6 September 2020, (12.34).

••-[Happiness]-••

“Maaf.”

Chan mengeratkan genggamannya pada tangan lemah Woojin, lelaki manis itu masih setia terpejam, membuat Chan semakin khawatir tak dapat melihat netra indah itu lagi.

“Maaf, Woojin.”

Chan menempelkan buku-buku jari Woojin pada keningnya. Memejamkan mata dengan segala harapan yang entah terwujud atau tidak.

“Kumohon ... bangun, Woojin.”

“Aku kangen ....”

Tanpa sadar, kedua bahu Chan kembali gemetar. Kenyataan itu, semua yang dikatakan Dokter Ahn masih terngiang jelas di kepalanya, seolah menghantui tiada henti, nyaris membuat kepalanya pecah.

“Jangan pergi ... aku mohon jangan pergi, Woojin.”

Chan mengulum bibir, menahan getaran yang ia rasakan. Bahkan untuk mengendalikan diri sendiri, ia tak mampu.

Chan menarik nafas panjang, kemudian mengangkat kepalanya, menegakkan badannya kembali untuk menatap Woojin.

“Kenapa? Harusnya kamu gak rahasiakan masalahmu dari aku, walaupun kamu udah jujur, tapi sekali lagi ... kenapa gak sejak dulu? Kenapa aku harus tau dari Dokter Ahn, bukan dari kamu sendiri.” Meski tahu tak mungkin ada jawaban dari Woojin, Chan tetap bicara, meluapkan seluruh isi hatinya.

“Sejak kapan, Woojin? Kenapa kamu membuat aku seakan gak berguna jadi leader? Kamu berjuang sendirian, dan aku dengan bodohnya gak nangkep apa yang terjadi sama kamu. Kepekaanku sebagai pemimpin ... seolah kurang.”

“Bangun. Ayo berjuang sama-sama, kamu gak sendiri.”

“Kamu harus bertahan, demi kita semua, dan demi Stay.”

••-[Happiness]-••

“Minho hyung, aku ikut ke rumah sakit, ya? Mau jenguk Woojin hyung.

Pagi itu, Minho yang sudah siap berangkat ke rumah sakit ditahan oleh Seungmin yang juga sudah rapih, sepertinya anak lelaki itu sengaja mandi lebih cepat agar bisa ikut dengan Minho.

“Gak usah, Seung. Kamu sama yang lain ke agensi, latihan lagi koreografi yang kemarin.”

“Gak mau! Mau ikut hyung aja.”

Minho diam setelah Seungmin merengek seperti bayi, menggemaskan, membuat siapapun akan luluh dibuatnya.

“Seung—”

“Biarin aja kek, kenapa sih ngelarang-larang segala?” Changbin melewati mereka menuju sofa tengah sambil menyela sinis.

Minho mendengus sebal, namun pada akhirnya pun ia pasrah. “Ya udah, ayo.”

Persetujuan Minho membuat Seungmin memekik kecil, saking senangnya mungkin.

“Changbin, jangan lupa jam 9 ke agensi, latihan diperbanyak.”

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬 - 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐊𝐢𝐝𝐬 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang