09. Bunuh aku

1.5K 140 5
                                    

Maaf banget buat yang gak nyaman sama keberadaan 'dia' di sini. Tapi aku gak bisa ngilangin dia gitu aja kan :v

Jadi aku harap siapapun yang baca bisa ikutin alurnya:*

Happy reading!

Sabtu, 12 September 2020, (18.59).

••-[Happiness]-••

Jeongin masih duduk di sisi ranjang Woojin, setia menunggu cowok yang terbaring itu membuka kelopak matanya yang rapat.

Jeongin tak mengerti apa yang terjadi, mulai dari; Woojin sakit apa, kenapa dia dirawat berhari-hari, kenapa Chan berteriak menyerukan namanya, dan kenapa dia tiba-tiba pingsan. Semua terasa mengambang tanpa jawaban pasti, Jeongin seperti menanyakan hal yang buntu.

Memandangi wajah sang Kakak lamat-lamat, ia menyadari wajah itu lebih pucat dari semenjak dirinya dan Minho datang menjenguk.

Ia menghela nafas, kemudian mendecak samar, kenapa Chan keluar lama sekali? Kemana pria itu? Jeongin tidak bisa terus menerus membiarkan Woojin dalam keadaan pingsan, ia pikir Woojin harus dibawa ke rumah sakit.

Lelaki bermarga Yang itu kemudian bangkit dari duduknya, berjalan ke arah pintu kamar berniat mencari Bangchan.

Namun, langkahnya terhenti, saat mendadak pandangannya kabur dan berbayang, semuanya menjadi ganda, kepalanya seolah berputar, memberi sensasi pusing yang sangat terasa. Jeongin menunduk, memejamkan mata sembari memijat keningnya, berharap pusingnya berangsur hilang.

Namun, tidak terjadi, karena setelah itu kepalanya diserang rasa sakit, nyeri melanda habis-habisan seakan menusuk tak ampun.

Jeongin jatuh terduduk, ia menjambak rambutnya erat hingga beberapa helainya rontok. Kemudian satu bulir air mata keluar dari sudut matanya saking sakitnya apa yang ia rasakan sekarang.

Jeongin berusaha sekeras mungkin untuk menetralkan nafasnya yang tersendat, kemudian setelah berhasil, ia mencoba membuka mata meski rasa sakit masih tak berkurang barang sedikit.

Jeongin masih diam di tempat, terduduk di lantai yang dingin, mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya, kakinya lemas hingga berdiripun tak sanggup.

Tes

Jeongin melirik lantai, dan ia melebarkan mata terkejut melihat apa yang ada di sana.

Darah ....

Cairan merah kental itu mengotori lantai, Jeongin kalut setengah mati, tangannya bergerak menyentuh bawah hidung, dan ternyata tebakannya benar.

Dia mimisan.

Jeongin tak tahu apa yang terjadi padanya, pandangannya memang sering buram dan kabur diiringi pusing, kadangpun disusul oleh rasa sakit yang menjadi-jadi.

Tapi untuk yang satu ini, Jeongin baru mengalaminya sekarang. Dia memang sudah memeriksa kesehatannya, tapi tidak benar-benar memeriksa, lebih ke konsultasi saja. Dia mengeluhkan apa saja yang sering terjadi padanya, lalu setelah itu meminta resep obat dari Dokter.

Dokter yang terlihat curiga dengan gejala pusing berlebihan itu memberi saran untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, tapi Jeongin menolak mentah-mentah, merasa yakin dirinya baik-baik saja dan dapat disembuhi oleh konsumsi obat juga vitamin.

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬 - 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐲 𝐊𝐢𝐝𝐬 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang