Yusti sadar tidak mudah memiliki pasangan karena fisik dia yang gemuk dan berkulit hitam. Yusti lebih memilih kesibukan dengan membuka usaha kios klontong.
Pulang dari kios Yusti biasa mampir ke sawah milik orangtuanya dan duduk dipinggir jalan. Yusti sering meratapi nasibnya sendiri sambil menatap langit.
Amir pemuda miskin baru saja patah hati karena kekasihnya menikah dengan pemuda kaya. Dendam Amir pada kekasihnya bertekad ingin menjadi kaya secara instan.
Orang tua Amir merasa kasihan melihat anaknya frustasi dan banyak melamun. Nonom ibunya Amir membujuknya agar mau berkenalan dengan Yusti.
"Mir, kalau kamu begini terus tidak akan bisa kaya untuk balas dendam. Coba kamu dekati Yusti anak kepala desa itu. Dia belum menikah lho?" Bujuk Nonom.
"Yusti? Yang benar saja, Bu? Dia jelek Bu! Aku gak nafsu sama dia," sela Amir.
"Jangan lihat jeleknya, Mir! Tapi lihat hartanya... Kalau kamu sudah kaya, kamu bisa mendapatkan gadis yang kamu mau," ucap Nonom.
Amir berpikir keras tentang ucapan ibunya. Dendam Amir sudah membara untuk membalas keluarga mantan kekasihnya. Amir keluar dari rumah untuk melepaskan penat.
Amir melihat Yusti sendirian langsung ingat ucapan ibunya. Amir diam-diam memperhatikan Yusti dan mendekatinya.
"Sendirian saja? Tidak baik lho gadis manis duduk sendirian," ucap Amir.
Yusti terkejut mendengar suara Amir. Wajah Yusti tersipu malu dipuji Amir.
"Sebentar lagi juga pulang kok!" Balas Yusti tersipu malu.
"Saya antar ya? Bahaya pulang sendirian. Kalau diganggu pemuda nakal bagaimana?" Rayu Amir.
"Tidak usah! Di sini aman kok." Sanggah Yusti.
"Jangan bilang aman! Gadis semanis dan secantik kamu pasti banyak yang menggoda," ucap Amir.
Yusti kembali dibuat kikuk mendengar pujian Amir. Yusti tidak menyadari kalau Amir sedang melancarkan aksinya untuk mendapatkan Yusti demi harta.
Melihat Yusti salah tingkah, Amir yakin aksi rayuannya berhasil. Amir terus menatap Yusti duduk di atas motor matic keluaran baru. "Kalau aku jadi suaminya, motor itu pasti jadi milikku!" Gumam Amir dalam hati.
"Permisi Mas, saya mau pulang dulu," ucap Yusti memecahkan lamunan Amir.
"Iiiyaa, hati-hati di jalan. Aku awasi dari sini ya?" Balas Amir.
Yusti berlalu dari hadapan Amir membawa hati yang berbunga - bunga. Yusti tidak pernah merasakan dipuji pria, apalagi Amir lebih muda dari Yusti.
Amir menatap jauh punggung Yusti dan hilang dari pandangannya. Amir duduk di pinggir sawah sambil meratapi nasibnya. "Seandainya Yusti gadis jelek itu suka denganku, belum tentu orang tuanya setuju! Aku tahu betul sifat kepala desa itu yang keras kepala dan tidak mau kalah!" Maki Amir dalam hati.
Saat Amir masih duduk di pinggir sawah, Amir melihat mantan kekasihnya lewat mengendarai motor bersama suaminya. Amir melihat mantan kekasihnya begitu mesra dan tertawa lepas membuat dadanya terasa sakit.
"Awas aja kau! Kalian tidak akan lama bahagia di atas kesedihanku!" Hujad Amir dalam hati sambil meremas rumput.
Amir memutuskan pulang ke rumah. Orang tua Amir sudah menunggunya di ruang tamu.
"Dari mana saja? Ayo kita ke rumah Ki Rontok," ajak Nonom.
"Ki Rontok? Siapa dia Bu?" Tanya Amir.
"Nanti juga kamu akan tahu. Sebelum kamu gagal melamar anak orang kaya, sebaiknya kita ke rumah Ki Rontok dulu." Jawab Nonom.
"Tidak! Aku tidak mau ke sana, aku capek!" Tolak Amir.
Nonom sangat kesal melihat tingkah anaknya. Nonom tidak bisa berbuat banyak untuk merayu anaknya. Nonom sangat tahu anaknya sangat keras kepala.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)
Mystery / ThrillerUntuk mengobati kalian yang selalu menanti cerita Mamah, kali ini akan menceritakan kisah Santet Tali Gaib. Cerita ini masih saya simpan di notes dua tahun lalu dan baru sempat saya posting di sini. Anggap saja ini cerita fiktif. Cerita karangan Mam...