Dengan rasa yang remuk redam, Amir terus berjalan menuju rumahnnya. Warga melihat Amir bebas karena terbukti tidak bersalah memilih menghindar dari Amir.
"Manusia tidak punya hati! Andai saja aku kaya, aku akan menuntut semua orang yang menghujamiku dengan pukulan!" Gerutu Amir.
Amir tidak menyadari ada sosok mahluk gaib sedang mengawasi dan mengikutinya. Panjul sengaja mengikuti Amir sampai ke rumah.
"Kenapa yang memukul tidak mendapat hukuman?" Pikir Panjul.
Panjul lebih dulu masuk ke dalam rumah Amir. Nonom dan Bakri terkejut melihat Amir datang dengan wajah banyak luka.
"Kamu kenapa Amir?" Tanya Nonom dan Bakri bersamaan.
"Aku dituduh mencuri motor Yusti. Aku dipukul warga gara-gara Ponco meneriaki aku maling!" Jawab Amir.
"Kurang ajar sekali, Ponco! Waktu dia belum jadi kepala desa memohon-mohon agar memilih dia. Setelah terpilih jadi sombong dan angkuh!" Gerutu Bakri ayahnya Amir.
Nonom langsung mengobati luka Amir. Nonom terisak melihat anak semata wayangnya menjadi bulan-bulanan warga.
"Kenapa kamu tidak melaporkan saja orang yang memukulmu?" Tanya Nonom.
"Orang miskin seperti kita bisa apa Bu? Kita pasti kalah!" Jawab Amir.
Panjul melihat keluarga Amir merasa iba. Panjul masih duduk di atas meja. "Aku bisa membantumu melawan mereka, tapi pesan Bunda Ranggi aku tidak boleh mencampuri urusan manusia!" Gumam Panjul.
Amir meringis kesakitan wajahnya di kompres air hangat. Amir terus terbayang wajah orang-orang yang menghinanya.
"Bu, sepertinya hubunganku dengan Yusti sudah berakhir. Ayahnya mengancam aku untuk tidak mendekati Yusti," keluh Amir.
"Ibu bilang juga apa? Sebelum kamu pacaran dengan anak orang kaya, sebaiknya kita menemui Ki Rontok dulu." Ucap Nonom.
"Ki Rontok itu siapa Bu?" Tanya Amir.
"Ki Rontok itu dukun sakti. Kamu masih ingat tantemu 'kan? Dia mengajak Ibu pergi minta bantuan Ki Rontok agar bisa menikah dengan pria kaya yang sudah beristri. Kamu lihat sekarang, tantemu berhasil membuat suaminya menceraikan istri pertamanya dan bisa menguasai hartanya." Jawab Nonom.
"Ya, aku ingat! Tapi Tante jadi semakin sombong setelah menjadi orang kaya." Ucap Amir.
"Ya, begitulah manusia! Kalau lagi susah datang pada kita, giliran sudah senang lupa sama kita," keluh Nonom.
Panjul mendengar cerita Nonom jadi tegang. "Wah manusia serakah! Sudah miskin mengajak pada perbuatan dosa!" Gerutu Panjul.
Panjul memilih pergi dari rumah Amir. Panjul tidak suka melihat manusia bersekutu dengan jin meskipun Panjul seorang jin. Panjul memilih terbang mencari teman-temannya.
Di tengah jalan Panjul berhenti dan berpikir keras. "Amir akan melakukan apa ya? Ah nanti saja aku kembali lagi kalau urusanku selesai." Gumam Panjul.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)
Misterio / SuspensoUntuk mengobati kalian yang selalu menanti cerita Mamah, kali ini akan menceritakan kisah Santet Tali Gaib. Cerita ini masih saya simpan di notes dua tahun lalu dan baru sempat saya posting di sini. Anggap saja ini cerita fiktif. Cerita karangan Mam...