BAB 9 Yusti Mengalami Gangguan Jiwa

1.2K 61 0
                                    

Yusti sudah terpengaruh santet dari Amir. Yusti hanya mengingat dan
menyebut nama Amir. Dokter tidak menemukan penyakit serius. Dokter hanya menyarankan Ponco untuk memberi vitamin dan lebih memperhatikan putrinya. Tiga hari dirawat Yusti sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Narsih sangat yakin penyakit Yusti karena rindu kekasihnya. Narsih
menyuruh Wardi untuk menemui Amir.

“Wardi, kamu ke rumah Nonom. Bawa Amir ke sini, ya!”

"Baik, Bu!"

Wardi langsung ke rumah Nonom. Wardi adalah tukang kebun keluarga
Yusti.  Diam-diam sebenarnya Wardi mencintai Yusti. Wardi tidak berani
mengungkapkan rasa cintanya karena takut pada Ponco.  Wardi melihat
Nonom dan suaminya sedang duduk di teras.

“Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikum salam!” Jawab Nonom.

“Amir, ada Bu?” Tanya Wardi.

“Ada!” Jawab Nonom ketus.

“Saya diutus Bu Kades untuk membawa Amir ke rumahnya,” ucap Wardi.

“Mau apa? Dia yang butuh, datang saja sendiri kemari!” Ucap Nonom.

"Tapi Bu... "

"Tidak ada tapi, Pergi! Bentak Nonom.

Wardi terdiam tidak bisa membujuk Nonom. Wardi memilih kembali ke
rumah Ponco. Narsih terkejut mendengar pengakuan Wardi kalau Nonom tidak ramah.

Narsih memutuskan pergi sendiri ke rumah Nonom demi Yusti.  Nonom melihat Narsih datang ke
rumahnya langsung tersenyum penuh kemenangan.

“Bu Kades? Tumben datang ke rumah saya? Biasanya jangankan ke gubug ini, saat ketemu di jalan menolehpun tidak!” Sindir Nonom.

Narsih menghela napas panjang. Narsih tidak menyangka sikap Nonom
sangat tidak ramah. Narsih masih menahan dirinya agar tidak terpancing emosi.

“Nom... Aku mau bicara penting. Boleh aku masuk?”

“Masuklah!”

Narsih duduk di kursi kayu yang sudah lapuk. Narsih menatap sekeliling
ruangan dinding yang terbuat dari bilik bambu.

Nonom merasa tersinggung melihat mata Narsih menatap sekeliling ruangan.

“Jangan heran melihat rumah kami miskin. Suamimu itu hanya memberi janji palsu. Katanya setelah jadi kades akan mensejahterakan warganya. Buktinya semakin banyak warga yang miskin di sini!” Sindir Nonom.

“Kamu sudah dapat bantuan BLT ‘kan, Nom?” Tanya Narsih.

“Tanya saja suamimu. Aku tidak pernah mendapatkan bantuan. Justru yang mendapat bantuan itu saudara dia!” Jawab Nonom.

“Nanti aku bicarakan dengan suami, aku usahakan kamu akan mendapatkan bantuan dari pemerintah.” Janji Narsih.

“Ada keperluan apa kemari?” Tanya Nonom.

“Yusti, Nom... Dia hamil. Kalau bisa segera mungkin anakmu menikahi Yusti.” Jawab Narsih.

Amir dari balik pintu mendengar percakapan ibunya dengan Narsih terkejut mendengar
Yusti hamil. Amir tidak menyangka secepat itu Yusti hamil.

“Aku belum siap untuk menikahkan Amir. Aku belum punya biaya untuk
pernikahan Amir.” Ucap Nonom.

“Jangan khawatir, semua biaya pernikahan Yusti ditanggung kami,” tegas Narsih.

“Baiklah, tentukan saja tanggalnya. Amir siap kapan saja,” kata Nonom
sambil tersenyum penuh kemenangan.

Narsih pamit dari rumah Nonom. Narsih pulang ke rumah mendapati Yusti
sedang menangis sambil teriak. Narsih langsung memeluk putrinya.
Narsih tidak menyangka kalau putrinya akan mengalami gangguan jiwa.

Yusti terus memanggil nama Amir. Narsih tidak mau Yusti semakin parah. Narsih dan Ponco akhirnya berencana mempercepat pernikahan putrinya.

Dalam pesta perkawinan Yusti dan Amir digelar secara mewah. Yusti
hanya terdiam disamping Amir.

***

Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang