Amir masih khawatir Wardi akan melapor pada Ponco. Amir mulai melakukan aksi untuk mencampuri bubuk ke dalam makanan Ponco dan Narsih. Saat Yusti dan Narsih sedang memasak, Amir pura-pura membantunya.
"Yusti, nanti ibu mau arisan. Kamu jangan lupa ingatkan bapak untuk minum obat, ya?" Pesan Narsih.
"Bapak sakit, Bu?" Sela Amir.
"Iya, bapak punya penyakit jantung dan darah tinggi. Tidak boleh lelah, kaget dan banyak pikiran, makanan juga harus dijaga." Jawab Narsih.
Otak Amir mulai nakal dan mencari cara untuk membuat Ponco semakin parah. Halangan terbesar Amir untuk menguasai harta adalah Ponco. Amir melihat Yusti membawa obat langsung menghampirinya.
"Sayang, aku saja yang memberikan obat untuk bapak, ya? Supaya bapak makin sayang pada kita." Bisik Amir.
Yusti hanya mengangguk sambil tersenyum. Yusti memberikan obat pada Amir. Yusti kembali ke kamarnya karena merasa lelah.
"Pak? Ini obatnya... " Amir meletakkan obat diatas meja.
Amir tidak tahu ada sosok yang sedang mengawasinya. Amir masih berdiri mengawasi Ponco.
"Makasih, Mir! Oh ya? Bapak tidak melihat Wardi, kemana ya? Kenapa dia tidak pamit kalau mau pergi?" Tanya Ponco.
"Sebenarnya... Sebenarnya... Saya malu ingin mengatakan pada Bapak. Saya takut Bapak akan marah," jawab Amir.
"Ada apa? Katakan saja." Bujuk Ponco.
"Wardi, Pak... Apakah Bapak tidak tahu kalau Wardi sebenarnya mencintai Yusti?" Jawab Amir berbohong.
"Apa? Dari mana kamu tahu?" Ponco semakin penasaran.
"Pak, sebenarnya... Anak yang dikandung Yusti bukan anakku. Yusti diperkosa Wardi sampai hamil," jawab Amir.
"Apa... Aaaarrgggg!" Ponco meringis kesakitan sambil meremas dadanya.
"Bapak kenapa? Bapak sakit?" Amir pura-pura panik.
Ponco akhirnya pingsan. Amir berteriak minta tolong. "Tolong... Tolong... "
Tetangga dan Yusti langsung mendekati Amir. Yusti histeris melihat ayahnya tergeletak di lantai. Ponco langsung dibawa ke rumah sakit.
Narsih mendengar Ponco pingsan sangat panik. Narsih langsung menuju rumah sakit. Yusti masih menangis di pelukan Amir.
"Sayang... Ayahmu pingsan karena Wardi. Dia mencuri uang ayahmu. Nanti kalau ibumu bertanya jawab yang sama, ya?" Pinta Amir.
Yusti hanya mengangguk. Yusti tidak bisa berpikir jernih. Narsih sampai di rumah sakit langsung memeluk Yusti. "Kenapa bapak pingsan Yusti? Kenapa?" Isak Narsih.
"Bapak marah pada Wardi karena mencuri uangnya," jawab Yusti sambil menangis.
"Apa? Wardi senekad itu?" Bantah Narsih.
"Tapi itu benar, Bu." Sela Amir.
Dokter keluar dari ruang Inap Gawat Darurat. Dokter terlihat murung ketika melihat keluarga pasien menangis. "Kami sudah berusaha, tapi Allah berkehendak lain. Harap bersabar."
Narsih dan Yusti histeris. Narsih tidak menyangka suaminya akan secepat itu meninggalkannya. Narsih akhirnya pingsan. Perawat membopong tubuh Narsih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)
Mistério / SuspenseUntuk mengobati kalian yang selalu menanti cerita Mamah, kali ini akan menceritakan kisah Santet Tali Gaib. Cerita ini masih saya simpan di notes dua tahun lalu dan baru sempat saya posting di sini. Anggap saja ini cerita fiktif. Cerita karangan Mam...