Yusti menahan rindu yang teramat dalam. Yusti mencari cara agar bisa bertemu dengan Amir. Yusti menghubungi Risma sahabatnya.
"Ris, bisa ke rumahku gak?" Bisik Yusti di telepon.
"Kebetulan aku ingin bicara denganmu. Tadi ayahmu datang ke rumahku. Ayahmu meminta aku supaya bisa menasehatimu untuk tidak berhubungan dengan pemuda miskin. Kamu sudah punya pacar? Kok aku gak tahu?" Jelas Risma.
"Ceritanya panjang. Aku dan Amir baru satu bulan pacaran. Ayah melarangku keluar dari rumah." Ucap Yusti.
"Apa benar orang yang kamu cintai itu mencuri motor?" Tanya Risma.
"Itu tidak benar! Aku yang meminjamkan dia motor untuk keperluan mencari pekerjaan." Jawab Yusti.
"Yus, maaf aku tidak bisa ke rumahmu. Aku takut ayahmu curiga jika aku datang ke rumahmu." Keluh Risma.
"Aku kangen Amir... Aku ingin tahu keadaannya." Lirih Yusti.
Yusti mengakhiri percakapannya dengan Risma. Yusti sudah tidak tahan membendung kerinduannya pada Amir. Yusti mengawasi orang tuanya sedang duduk di ruang tengah. "Kalau ayah sudah tidur, aku akan menemui Amir," gumam Yusti.
Ponco dan istrinya masuk ke dalam kamar. Yusti masih menunggu beberapa saat untuk bisa keluar dari jendela kamarnya. Yusti berhasil melompat dan lari menuju rumah Amir.
Sampai di rumah Amir, Yusti melihat pintu rumah Amir di gembok. "Kemana dia? Kok malam begini tidak di rumah?" Gumam Yusti.
Yusti tidak tahu kalau Amir dan kedua orangtuanya ada di rumah Ki Rontok. Yusti memilih menunggu Amir di teras rumah Amir.
Amir sudah mulai kesal menunggu panggilan dari Ki Rontok. Pasien Ki Rontok sangat banyak. Begitu namanya dipanggil, wajah Amir terlihat muram dan lemas.
"Cari jodoh orang kaya?" Tanya Ki Rontok.
Amir terbelalak mendengar ucapan Ki Rontok. Amir tidak menyangka niat kedatangannya sudah diketahui Ki Rontok.
"Iya, Ki... Ini anak saya, dia ke sini untuk minta jampi-jampi dari Aki supaya ayah gadis itu menyetujui hubungan mereka." Sela Nonom.
"Sebutkan nama gadis itu dan nama ayahnya." Ucap Ki Rontok sambil menyiapkan buku kosong dan bolpoin.
"Namanya Yusti Wulandari, ayahnya Ponco Sidamurat," jawab Nonom.
"Apa? Ponco?" Tanya Ki Rontok.
"Iya, Ponco kepala desa di kampungku. Aki kenal?" Jawab Nonom.
"Dia manusia ingkar. Sebelum jadi kades dia minta supaya bisa menang. Setelah menang jangankan datang kemari. Menitip uang saja tidak!" Gerutu Ki Rontok.
"Dia memang sombong!" Sela Amir.
"Tenang saja, akan saya bantu kamu menguasai harta kades itu. Tapi kamu jangan coba-coba ingkar seperti kades itu," ucap Ki Rontok.
Ki Rontok membaca mantra sambil menyalakan dupa. Ki Rontok mengelilingi Amir sambil membaca mantra.
"Ponco punya pegangan khodam. Kamu tidak mudah menaklukkan dia. Kamu harus taklukkan kekasihmu dulu." Ucap Ki Rontok.
"Aku harus bagaimana Ki? Tanya Amir.
"Kamu ambil rambut kekasihmu, kamu tiduri dia. Kalau dia masih perawan darahnya kamu oleskan pada rambut kekasihmu yang sudah digunting. Bungkus dengan kain kafan bawa ke sini untuk diikat buhul. Kalau anaknya sudah kamu kuasai maka kamu akan mudah menguasai orangtuanya." Jelas Ki Rontok.
"Baik, Ki! Secepatnya akan aku lakukan," ucap Amir.
Amir dan orangtuanya pamit pulang. Amir berpikir keras apakah bisa meniduri Yusti dan mengambil rambutnya. Sampai di rumah Amir terkejut melihat Yusti sedang tidur sambil duduk.
"Tuh kan? Ki Rontok memang hebat! Belum apa-apa Yusti sudah ada di rumah kita," bisik Nonom.
Amir mendekati Yusti dan membangunkannya. "Yusti... Yusti... Bangun, bangun... "
"Aamiiir, maaf aku ketiduran," ucap Yusti.
"Tidak apa-apa, ayo masuk," ajak Amir.
Yusti ikut masuk ke dalam rumah. Nonom ingat petuah Ki Rontok berusaha merayu Yusti untuk menginap di rumahnya.
"Yusti, ini sudah malam... Kamu menginap di sini saja ya? Nanti sebelum fajar kamu bisa pulang," bujuk Nonom.
"Iya, kamu di sini saja dulu. Sudah malam, aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu kalau pulang tengah malam begini," rayu Amir.
Yusti hanya mengangguk. Nonom memberi kode pada Amir agar melaksanakan perintah Ki Rontok.
Amir mengantarkan Yusti ke kamarnya. Yusti merasa kasihan melihat keadaan Amir. Yusti duduk di pinggir ranjang.
"Kalau aku tidur di sini, kamu tidur di mana?" Tanya Yusti.
"Aku bisa tidur di kursi kok. Yusti... Tadi aku bertemu dengan orang pintar. Kata orang itu supaya hubungan kita langgeng, kamu harus memotong rambutmu untuk membuang sial."
"Benarkah? Aku tidak mau berpisah denganmu," ucap Yusti.
"Aku potong sedikit boleh? Supaya kita tidak akan pernah berpisah." Pinta Amir.
"Silahkan, potong saja!" Balas Yusti.
Amir langsung mengambil gunting dan memotong rambut Yusti. Amir sudah menyediakan kain kafan yang dibawa dari Ki Rontok.
"Berbaringlah... Kamu pasti lelah menungguku tadi." Ucap Amir.
Yusti menatap wajah kekasihnya. Yusti merasakan kedamaian di dekat Amir. Yusti mengira Amir adalah pria yang baik dan penuh perhatian.
Amir mulai menggenggam tangan Yusti. Amir mencium tangan Yusti. Jantung Yusti langsung berdegup kencang. "Aku kangen sekali Yusti, aku sangat mencintaimu," lirih Amir.
Yusti tidak mampu menjawab rayuan Amir. Tubuh Yusti bergetar hebat. Puluhan setan sedang beraksi mempengaruhi pikiran dan nafsu Yusti.
Amir mulai berani mencium kening Yusti. "Kamu tidak marah 'kan kalau aku cium keningmu?" Bisik Amir.
Yusti hanya mengangguk. Nafas Yusti sudah memburu. Yusti merasakan perasaan yang aneh saat Amir terlalu dekat dengan tubuhnya.
Amir mulai mencium pipi Yusti dan menjalar ke bibir mungil Yusti. Jantung Yusti semakin berpacu dengan cepat. Melihat Yusti tidak menolak, Amir mulai berani menjamah tubuh Yusti yang lainnya.
"Mungkin dengan cara seperti ini kita tidak akan berpisah. Kita saling memiliki dan setia," bisik Amir.
Yusti hanya mengikuti irama nafsunya yang sudah bergelora. Yusti tidak mampu membalas ucapan Amir. Dipikiran Yusti hanya ada rindu dan asmara yang sedang bergejolak.
Amir berhasil menembus dan menodai kehormatan kekasihnya. Bukan hanya kepuasan yang didapatkan Amir. Selesai bermain asmara, Amir melihat darah sudah bercecer di sprei. Amir buru-buru menyapu sisa darah yang masih segar dengan rambut Yusti.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)
Mystery / ThrillerUntuk mengobati kalian yang selalu menanti cerita Mamah, kali ini akan menceritakan kisah Santet Tali Gaib. Cerita ini masih saya simpan di notes dua tahun lalu dan baru sempat saya posting di sini. Anggap saja ini cerita fiktif. Cerita karangan Mam...