Saat Wardi dan Panjul sedang tertawa ria, mata mereka melihat Rohima berjalan tergopoh-gopoh menuju jalan larangan. Wardi sangat heran melihat ibunya keluar dari rumah. Biasanya Rohima sangat malu keluar dari rumah karena kondisi badannya yang penuh luka.
"Ibu? Ibu mau kemana, ya?" Gumam Wardi.
"Sebaiknya kita ikuti saja ibumu," bisik Panjul.
"Benar sekali, tidak biasanya ibu keluar dari rumah tanpa sepengetahuan aku," balas Wardi.
Wardi berjalan pelan mengikuti Rohima. Wardi sangat mengenal jalan yang dilalui Rohima menuju rumah Ki Rontok. Wardi semakin penasaran ingin mengetahui apa yang akan diperbuat ibunya. "Apakah ibu ingin berobat pada Ki Rontok? Bukankah ibu sangat membenci Ki Rontok?" Wardi berpikir keras tujuan ibunya ke rumah Ki Rontok.
Wardi masih mengawasi Rohima dari balik pohon besar. Wardi melihat Rohima disambut Ki Rontok. Wardi semakin penasaran apa yang akan dibicarakan Ki Rontok dengan ibunya.
"Kamu di sini saja! Aku saja yang mengintip mereka," ujar Panjul.
"Tidak! Aku ingin mendengar percakapan mereka," tolak Wardi.
Wardi mengendap-endap untuk bisa menguping pembicaraan Ki Rontok dengan ibunya. Wardi berdiri dibelakang jendela ruang tamu.
"Ada apa kemari? Bagaimana keadaan anakmu? Apakah dia sudah menikah?" Tanya Ki Rontok.
"Wardi belum menikah. Aku kemari ingin minta bantuan." Jawab Rohima.
"Tumben sekali kamu minta bantuanku? Kalau saja dulu kamu menuruti keinginanku, kamu tidak akan sakit separah ini," lugas Ki Rontok.
"Aku tahu sakitku ini karena perbuatanmu! Aku hanya minta kamu sembuhkan Wardi. Karena bagaimanapun dia anakmu!" Tegas Rohima.
"Hahahahaha, dulu kamu mengelak saat aku bilang Wardi adalah anakku. Sekarang kamu minta bantuanku?" Ejek Ki Rontok.
Dari balik jendela Wardi sangat terkejut mendengar pengakuan ibunya. Wardi ingin sekali menghampiri Ki Rontok tapi dicegah Panjul. Wajah Wardi sangat merah menahan marah. "Jadi selama ini ibu sudah berbohong! Ibu mengatakan ayahku sudah mati!" Gerutu Wardi dalam hati.
Rohima ingin sekali menampar Ki Rontok, tapi apa daya tubuhnya sangat lemah. Rohima berusaha melunak di depan Ki Rontok.
"Kalau bukan untuk anakku, tidak mungkin aku datang kemari. Cuma kamu yang bisa menyembuhkan Wardi," keluh Rohima.
"Ada apa dengan Wardi? Kenapa dia?" Tanya Ki Rontok.
"Wardi dikeroyok menantunya Ponco. Kalau tidak ada Narsih istrinya Ponco, pasti Wardi sudah tewas. Aku melihat Wardi jadi aneh sejak kejadian itu. Wardi bicara sendiri, kadang tertawa kadang marah. Wardi sudah gila!" Jawab Rohima.
Dahi Ki Rontok mengkerut. Ki Rontok tidak percaya orang yang mengeroyok Wardi adalah Amir. Ki Rontok sudah menerima banyak uang sejak Amir menikah dengan Yusti.
"Wardi gila? Aku tidak percaya dia bisa gila! Mungkin kamu salah lihat," ujar Ki Rontok.
"Wardi, pernah bilang kalau dia menyukai Yusti anak kades itu. Tapi Wardi sangat takut mengungkapkan perasaannya pada Yusti. Wardi takut karena ayahnya sangat galak. Sejak Yusti menikah, Wardi jadi banyak melamun," keluh Rohima.
"Kenapa kamu tidak bilang dari awal? Aku bisa membuat anak kades itu menikah dengan Wardi." Ucap Ki Rontok.
"Semua sudah terlanjur, Yusti sudah jadi milik orang," ucap Rohima.
Ki Rontok mulai berpikir nakal. Mendengar Ponco sudah wafat, Ki Rontok ingin memiliki Narsih. "Cantik juga istri Ponco, aku akan membuat dia jadi istri kelimaku," gumam Ki Rontok sambil tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Santet Tali Gaib (Panjul Part 6)
Mystery / ThrillerUntuk mengobati kalian yang selalu menanti cerita Mamah, kali ini akan menceritakan kisah Santet Tali Gaib. Cerita ini masih saya simpan di notes dua tahun lalu dan baru sempat saya posting di sini. Anggap saja ini cerita fiktif. Cerita karangan Mam...