Ombak Baru (3)

25 7 2
                                    

Setelah kejadian itu, Nixie menjadi sering di-bully anak sebayanya, dia merasa kesal dan terkadang dia menggunakan kekuatannya untuk membalas anak-anak yang mengganggunya. Nixie dikucilkan dari masyarakat karena hal itu.

Walau sering tidak diperbolehkan orang tuanya keluar, tapi dia selalu diam-diam keluar, dia keluar untuk mencuri buku, lalu mengembalikannya lagi ke para pedagang, karena sebenarnya Nixie suka sekali membaca.

Namun keluarga Nixie mulai berjalan tidak harmonis, keluarganya juga makin miskin, karena sang ayah dipecat dari pekerjaan dengan alasan dia adalah orang tua dari seekor 'monster'.

Suatu hari, Robert, ayah dari Nixie memiliki ide, yaitu untuk menjual Nixie. Awalnya dia berpikir untuk menjual Nixie pada para bangsawan, tapi Nixie masih anak-anak pasti tidak ada yang mau, selain itu dia juga tidak punya koneksi.

Akhirnya dia berpikir untuk menjual ke pedagang budak saja. Robert ingin memberitahu hal itu kepada istrinya, Emina.

Di malam berikutnya, setelah ayah Nixie berpikir untuk memberitahu hal itu.

"Robby sayang..." Emina memanggil Robert dengan panggilan kesayangannya.

"Apa sayang?" -Robert

"Makin hari kita makin saja miskin, dan juga banyak sekali orang-orang yang membicarakan kita." -Emina

"Sayang, sebenarnya aku memiliki ide untuk memperbaiki kemiskinan kita serta kehidupan normal kita." -Robert.

"Hmm, apa itu sayang?" -Emina

"Bagaimana kalau kita jual Nixie pada pedagang budak saja, kita bisa dapat banyak uang dengan menjualnya."

"Sa...sayang..." -Emina

"Kenapa, sayang?" Robert sedikit khawatir istrinya menolak idenya itu.

"Benar-benar... Ide yang bagus, sayang! Dengan ini kita bisa kembali ke masyarakat hmm tapi... bagaimana caranya agar tidak dicurigai?" -Emina

"Bagaimana kalau kita bilang Nixie meninggal karena hanyut di sungai, sayang?" -Robert.

"Hmm, itu masih mencurigakan. Ah! Aku tahu bagaimana kalau kita berakting Nixie hilang karena mencari bahan makanan di hutan terdekat dan dia dimakan monster legenda yang ada di hutan itu." -Emina

"Bagus juga itu, sayang. Kalau begitu aku akan memberitahu pedagang itu besok, selamat tidur sayang."

"Selamat tidur juga." Setelah pembicaraan itu mereka tidur.

Esoknya, Robert menghubungi pedagang budak. Pedagang itu bilang 'barang' akan diambil 1 minggu lagi.

Setelah 1 minggu berlalu, datanglah seorang pria ke rumah mereka, dia mengenalkan diri kepada Nixie sebagai seorang pengajar sihir dari akademi sihir, dia menyebut dirinya, Laruva Defalso.

Orang tua Nixie sudah diberitahu bahwa yang akan datang adalah orang berpakaian rapih.

"Halo, tuan, nyonya."

"Oh! Silakan masuk, pak." Sambut Robert.

Saat masuk Laruva langsung menyapa dengan senyum.

"Oh! jadi dia putri yang terkenal disini."

"Ayah, apakah dia benar-benar temen ayah? Dia sangat bau!" Nixie mencium bau yang tidak enak dari orang yang baru datang itu.

"Hahaha, ternyata anak anda sangat lucu tuan, nyonya."

"I-iya." Orang tua Nixie menjawab dengan sedikit takut.

"Kalau begitu, bisakah kamu memegang ini sampai bersinar." Laruva memberi bola yang ada ditangannya ke Nixie. Bola itu adalah penemuan yang bisa mengukur jumlah mana (kapasitas sihir) pada manusia.

Mana adalah energi kehidupan yang bisa dipakai banyak hal, salah satunya sihir. Jika seorang budak memiliki jumlah mana yang besar dapat dijual dengan mahal.

"Ternyata mana kamu cukup besar ya."

"Wah, kalau begitu, pak?" Kata orang tua Nixie.

"Hm, oh baiklah, bayarannya ya."

*SYUUUUUT*

"Pak, k-kenapa?!" Orang tua Nixie kaget bahwa si utusan pedagang budak melempar belati beracun yang langsung menancap dada mereka.

Seketika Nixie langsung bersiap menyerang dan melindungi dirinya dengan perisai air.

"Ooh! Masih kecil sudah bisa menggunakan sihir pelindung tingkat menengah, tapi.. LAWANMU ADALAH AKU!" Belati dari Laruva berusaha memecahkan pelindung itu.

"Aah! Kalau begitu -Hands Of Water- !!!" Tangan-tangan muncul dari pelindung air Nixie dan berusaha mendorong Laruva.

Namun kecepatan Laruva sangat cepat dan mudah sekali menghindari serangan Nixie. Dan itu membuat Nixie frustasi.

"Aku tak yakin kamu adalah penyihir, tuan Defalso!" Kata Nixie dengan muka yang yakin.

"Buahahaha, kamu memang sedikit pintar. Aku adalah pembunuh bayaran di bawah naungan organisasi '10 Langkah'. Aku tidak diperintahkan untuk membunuhmu, aku hanya akan membuatmu menjadi putus asa hingga kamu tidak peduli lagi tentang hidupmu."

"Kau kira... Kau punya kemampuan, Hah!!!" Seketika tangan-tangan air menjadi lebih banyak dan kuat sehingga dapat mengincar Laruva dengan lebih mudah.

"Ternyata aku meremehkanmu, bocah." Kata Laruva

"Akan aku coba yang satu ini, -Water Prison- !" Kemudian terbentuklah penjara yang berbentuk bola disekeliling Laruva dan mengunci pergerakannya.

"Hah... ah... ah..." Nixie berkeringat dan istirahat sebentar.

"Gimana bocah? Apakah sudah capek, segitu saja kemampuanmu?" Laruva sedikit menggoda Nixie.

"B-belum, hah... Aku tau diluar sudah ada beberapa orang yang berjaga. Karena kalian takut aku dapat kabur. Sekarang adalah kesempatanku istirahat dulu untuk menghadapi mereka yang diluar nanti." 

"Aku tarik kembali ucapanku bahwa kau sedikit pintar bocah. Tapi apa kau kira aku selemah ini. Kalau begitu aku akan perlihatkan kekuatan dari Wakil Ketua salah satu cabang '10 langkah', Laruva Dhemito Falso."

Kemudian, cahaya misterius terlihat di tubuh Laruva. Nixie tidak mengetahui apa itu.

"A-apa itu?" -Nixie

"Oh ini? Ini adalah bakatku, -Aura Of Man- , Aku bisa memilih penguatan khusus pada tubuhku tanpa efek samping apapun, dan mengeluarkan cahaya dengan bermacam warna sesuai dengan kekuatan yang aku pilih. Ups, sepertinya aku terlalu banyak bicara."

"Sekarang akan aku hancurkan penjara kecil ini dulu, Hiyak! -Wind Slashes- " Dalam 5 tebasan penjara itu langsung menghilang.

"Ke.. kenapa kau bisa menghancurkannya?!?"

"Hahahahaha, tentu saja bisa karena kau masih kecil jadi kau tidak bisa mengendalikan sihir/skill mu dengan mudah. Lebih tepatnya dari lahir kau sudah lemah dan pengecut." Laruva  tertawa dengan lidah keluar dan beberapa tetes air liur pun keluar dari mulutnya.

Setelah beberapa saat, Nixie sangat frustasi dan kakinya lemas sehingga jatuh ke tanah. Dia mengingat kembali kejadian dulu yang dialaminya di sungai. Dia merasa sangat lemah saat itu.

Nixie dapat belajar menggunakan kekuatannya karena berkat dari dewi air yang dapat membuat Nixie berbicara dengan roh-roh air, dan para roh mengajarinya. Tapi itu belum bisa membuat Nixie kuat.

"Fiuh... Nah lebih baik kamu terjebak dalam mimpimu saja, bocah!" Laruva meniupkan bubuk tidur pada Nixie.

Kemudian Laruva memanggil anak buahnya yang ada diluar.

"Anak ini cukup merepotkan. Masuklah! Bakar dua mayat ini dan rumahnya dengan sihir api agar terlihat seperti kecelakaan."

"Kami akan laksanakan tugas, Pak!" Kata beberapa laki-laki yang terlihat kekar.

"Hmm pak wakil, kurasa anak ini bisa dihargai 1000-2000 keping emas." Kata seseorang yang memakai baju rapih seperti pedagang kaya.

"Ya kita akan mendapat banyak keuntungan dari mejualnya, haha. Dan juga siapkan kurungan anti sihir, anak ini bisa saja berontak." Kata Laruva.

"Baiklah." 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rex et BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang