18

68 10 3
                                    

Makan malam di kediaman rumah Bapak Januar Hadinata akhir akhir ini menjadi lebih bewarna karena Anaknya pulang. Rasanya Buna hampir setiap hari masak seolah olah akan ada festival dengan kata lain banyak banget macemnya, sampe Ayah dan Arsen bingung gimana mau makan yang mana dulu.

Ditengah tengah keheningan makan malam tersebut, "Ade udah beli tiket buat balik ke Jogja?" Tanya Buna mengingat waktu liburan sebentar lagi habis.

"Udah Buna."

"Naik apa? Kok Buna gak tau kamu udah beli tiket."

"Dibeliin Rafa."

"Oh," Buna mengangguk paham pantas saja dirinya tidak tahu menahu tentang ini. "Soetta apa Halim de?" Tanya Buna kembali.

"Pasar Senen Bun."

"Hah?? Kamu naik kereta??? Ekeskutifkan tapi de." Ucap Buna tidak percaya, bagaimana bisa Rafael malah membelikan tiket untuk anaknya menggunakan kereta. "De naik kereta tuh lama loh, padahal ini harga eksekutif juga engga jauh beda ah kalo sama pesawat." Lanjut Buna menjelaskan.

"Ade naik yang ekonomi Bun."

"Ya ampun Ade, yang bener aja kamu ini????!!! Kursinya engga enak de, kalo kamu sakit lagi gimana??? Jauh dari Buna lagi. Ini Buna harus telfon Rafael langsung deh biar aja engga apa tiket kereta Ade hangus." Ucap Buna panik sampai berdiri untuk mencari keberadaan handphonenya untuk menelfon teman Arsen tersebut. "Ayah tolong cariin Ade tiket yah." Ucapnya kembali sambil tetap mencari handphonenya.

"Buna nanti disana ada Ara." Ucap Arsenio menenangkan Buna nya. Arsen paham Buna akan lebih mudah luluh kalau udah bawa bawa nama Ara dalam segala kondisi yang menyangkut dirinya dan bawa bawa nama Rafael cuman untuk saat ini akan lebih ampuh untuk bawa nama Ara.

Buna yang sedang mencari keberadaan handphonenya menghentikan aktifitas tersebut. "Beneran?" yang dijawab anggukan oleh Arsen. Buna pun sedikit lebih tenang, tapi Buna tetap harus memberikan mandat kepada Rafael.

Rafael


Nak Rafa, ini kamu harus buat Arsen sama Ara sebangku yah

Siap sudah Bun

Good👍

Makasih Nak Rafa.

Setidaknya mungkin dengan cara ini Arsen dan Ara mau tidak mau berbaikan, engga mungkinkan selama perjalanan hampir sepuluh jam itu diisi dengan keheningan. Yah engga mungkin. Buna percaya feelingnya pasti benar.

***

"Ade udah diberesin barang barangnya?" Tanya Buna saat menghampiri kamar Arsenio. "Hmm.." Ucap Arsenio tanpa mengalihkan tatapannya dari Handphone.

Buna yang hanya diberikan jawaban demikian merasa tidak puas, Buna akhirnya melakukan pengecekan sendiri. Arsenio kurang dapat dipercaya Buna dalam hal membereskan barangnya, kalau nggak Buna cek lagi, Arsenio pasti cuman asal asalan masukin barang dan selalu nanti ada yang kurang.

"Ade jaketnya kok belum dimasukin? Kamu tuh bakal naik yang malem loh. Nanti sakit lagi loh kayak kemarin" ujar Buna sambil memasukan jaket Arsen ke dalam backpack nya.

"Hmm" jawab Arsen males - malesan menanggapi Buna. Setelah mengecek dan menambahkan barang - barang yang akan dibawa oleh Arsen saat pulang nanti, Buna menghampiri anak semata wayangnya yang sedang tidur - tiduran bermain handphone di kasurnya.

"Ade.. Buna tau ade masih belum baikan banget sama Ara, tapi nanti kalau ada kesempatan yang bagus, ade ngomong berdua sama Ara yah... karena Buna tau permasalahan kalian itu adalah di komunikasi dan ego masing - masing" ujar Buna sambil mengelus rambut Arsen.

"Dari awal Buna kenal Ara, Buna paham Ara bukan tipikal anak yang bisa mengungkapkan isi hatinya dan dia terlalu ngga enakan, terus Ara ketemu sama ade yang boleh dibilang masih sering mementingkan diri sendiri" tambah Buna lagi. "Kalau ternyata perasaan Ara ngga sesuai ekspektasi ade, ade juga jangan memaksa dia yah. Biar dia cari kebahagiannya, dan ade juga cari kebahagian ade sendiri. Udah ah Buna jadi mau nangis hiks" Buna pun berdiri sambil mencari - cari tissue di kamar Arsen.

Arsen masih terpaku dengan saran dari Buna. "Yaudah, Ade tidur yah... kamu puas - puasin tidur di kasur empuk besok malem tidurnya duduk tegak loh" canda Buna sambil memeluk Arsen dan menciumnya. Ketika Buna hendak mematikan lampu kamarnya, Arsen pun memanggil Buna "Buna, belum cium Ade di setiap sudut. tadi masih kurang" kata Arsen malu - malu. Buna pun segera menghampiri Arsen dan melakukan ritual mereka berdua yaitu saling mencium wajah masing - masing di setiap sudut wajah.


-tbc-


Haiiiiiiiii, aku masukin lagu disini bukan karena lagu itu sesuai banget sama cerita ini cuman aku emang lagi suka banget sih hehe, aku nemu lagu itu dari playlistnya hyunjin. Siapa tau kalian juga mau dengerin 

Heize - you, clouds, rain

See you dipart selanjutnya xixixiiiiiii XD

Begin Again - 2HyunjinWhere stories live. Discover now