2.

19 0 0
                                    


Aluna benar-benar mengikuti perintah Evan untuk pindah sekolah. Tidak perlu berpamitan dengan orang-orang di sekolah lamanya, karena itu hanya akan membuang energi Aluna sia-sia.

Aluna dengan santai mengikuti Bu Mimi seorang guru -yang akan menjadi wali kelasnya- yang menunjukkan letak kelas barunya. Sesekali Aluna melihat seklilingnya yang tampak asing, namun cukup menyenangkan untuk dipandang. Hingga tanpa sadar ia sudah berdiri di depan pintu kelas yang bertuliskan X IPS2

Aluna berjalan perlahan memasuki kelas saat dipersilahkan masuk oleh Bu Mimi. Perlahan ia mengangkat pandangannya, lalu dengan senyum manis Aluna memperkenalkan dirinya. "Selamat Pagi, nama saya Aluna Wijaya. Saya pindahan dari SMA Junjungan". Ini pertama kalinya Aluna berkenalan di depan kelas, sebagai murid pindahan.

"Aluna senyumnya manis banget"
"Aluna cantik banget"
"Aluna suaranya alus banget"
"Aluna kenal Jio gak?. Mantan gua anak Junjungan juga". Sungguh, respon yang diberikan oleh teman-teman barunya sangat di luar dugaan Aluna. Ia kira, teman-teman barunya tidak akan menanggapi perkenalan dirinya. Mendengar itu, Aluna hanya tersenyum menanggapinya, terutama seruan terakhir yang berasal dari perempuan manis yang duduk sendirian di dekat jendela kelas.
Bu Mimi pun ikut tertawa mendengarnya. "Baik Aluna, kamu boleh duduk di samping Lulu. Untuk Willy, kamu ke meja piket ya. Ada tugas dari Bu Susan, karena beliau berhalangan untuk hadir. Dan untuk Alvin, tolong kondisikan teman-temannya selagi ketua kelas keluar. Ya sudah, selamat pagi semuanya", ujar Bu Mimi berlalu dari kelas.

Aluna berjalan mendekati meja, dimana perempuan bernama Lulu duduk. Perempuan yang melontarkan pertanyaan konyol saat Aluna tengah memperkenalkan diri tadi. Perempuan bernama Lulu itu menatap Aluna dengan cengiran lucu, kemudian menggeser duduknya ke pojok. "Gua di pojok ya". Melihat itu, Aluna hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Mau kenalan lagi gak?", tanya Aluna. Sedangkan Lulu hanya tertawa kemudian menjulurkan tangannya, "Kenalin, Lulu Pratiwi. Perempuan paling cantik yang sekarang jadi temen sebangku lo. Wajib berbangga diri lo duduk sama gua".

"Heboh lo", seru seorang laki-laki dari belakang Aluna yang menimpuk Lulu dengan sebuah kertas. "Ih Panji. Rese banget sih lo", seru Lulu yang menatap laki-laki itu dengan kesal. Sedangkan laki-laki itu hanya terkekeh, lalu sesaat kemudian menatap Aluna. "Kenalin, gua Panji. Temen sebangkunya wakil ketua kelas". Aluna yang mendengar itu lagi-lagi dibuat tertawa. "Oh, lo wakil ketua kelas ya?", tanya Aluna kepada laki-laki yang duduk di sebelah Panji. Laki-laki itu menatap Aluna dengan mata hitamnya seraya mengangguk sesaat, "Gua Alvin".

***

Aluna duduk di pinggir lapangan, memperhatikan teman-temannya yang saat ini sedang pemanasan. Berhubung Aluna baru saja pindah ke sekolah ini, Aluna masih belum dapat seragam olahraga dan batik. Namun tiba-tiba Aluna dipanggil oleh Pak Badri, guru olahraganya untuk membantunya mengambil nilai teman-temannya. "Kamu bantu saya nyatet nilai mereka. Nanti, kamu saya kasih tugas susulan". Akhrinya Aluna pun menuruti perintah gurunya. Ia mencatat nilai yang disebutkan oleh Pak Badri saat temannya berhasil mencetak poin saat memasuki bola basket ke dalam ring.

Masih tersisa 15 menit sebelum pelajaran olahraga selesai, Pak Badri memberikan waktu untuk muridnya beristirahat. Aluna memilih untuk tetap duduk di pinggir lapangan, hingga tiba-tiba Lulu datang menghampirinya. "Kantin, yok. Gua laper". Tanpa berpikir dua kali, Aluna langsung mengiyakan ajakan Lulu. Setelah sekian lama, Aluna kembali merasa kehadirannya dianggap oleh seseorang selain keluarganya.

Karena kelas Aluna lebih dulu istirahat, keadaan kantin masih sepi dan hanya terisi oleh murid dari kelasnya. Aluna memesan bakso sesuai rekomendasi dari Panji, sedangkan Lulu dan Alvin memesan nasi kuning.

Saat tengah asyik makan, tiba-tiba seorang gadis yang Aluna tahu sebagai teman sekelasnya datang mengahampiri, membuat Aluna menaikan pandangannya. "Tadi Bu Mimi bilang ke gua, katanya lo disuruh ke koperasi buat ambil seragam", jelasnya sambil meminum es teh yang dibawanya. Aluna yang mendengar itu hanya tersenyum, tak lupa mengucapkan terima kasih.

Setelah makan Aluna bergegas menuju koperasi dan ditemani oleh Alvin. Karena sudah memasuki jam istirahat, koridor yang dilewati Aluna mulai ramai murid berlalu-lalang, membuat Aluna yang berjalan di belakang pun reflek memegang ujung kaos olahraga Alvin, hingga Alvin menoleh. Aluna yang ditatap hanya balik menatap Alvin dengan memelas, "Jangan cepet-cepet jalannya". Alvin hanya menghela nafas, dan kembali berjalan dengan lebih pelan. Namun tanpa Aluna ketahui, sebuah senyum kecil terbit di bibir Alvin.

____________

Haloo, semoga suka sama ceritaku yang ini yaa
Have a nice day🌻

Dunia AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang