9.

6 0 0
                                    


Selama 3 minggu masa liburan sekolah, Aluna tidak benar-benar liburan. Sebagian besar waktunya ia habiskan di rumah, atau sesekali pergi keluar saat ia dilanda bosan. Tidak bertemu dengan teman-temannya karena Aluna tahu bahwa mereka sudah memiliki rencana liburan bersama keluarga masing-masing. Sedangkan rencana liburan yang sudah Andini dan Aluna siapkan rupanya harus tertunda, dikarenakan Andini yang sedang mengandung. Usia kandungannya mulai memasuki minggu ke 6, dan Evan terlalu khawatir dengan kesehatan Andini.

Ini adalah hari libur terakhir Aluna. Sehabis mandi siang, Aluna hanya tiduran di kamarnya hingga sore. Evan dan Andini sedang ada urusan di luar. Aluna benar-benar sendirian dirumah. Hingga tiba-tiba sebuah notif dari grup-yang hanya berisi Aluna, Lulu, Anya, Willy, Panji, Wahyu dan Alvin-langsung membuat bibir Aluna tertarik.

Beban
Panji : Besok udah sekolah aja sih
Panji : Kayanya baru kemaren pulang dari laut
Lulu : Gua kangen nasi kuning di kantin
Anya : Kangen kok sama makanan
Panji : Sumpah gua males banget cukur sendirian

• PANJI GUA IKUT.
• Gua bete dirumah sendirian

Panji : Otw Lun

Aluna langsung terseyum dan berseru senang begitu melihat balasan Panji. "Yes. Jalan-jalan".
Ia langsung berlari ke depan meja rias, menyisir rambutnya kemudian menggelungnya ke atas. Setelahnya ia berlari menuju lemarinya, dan mengambil jeans panjang berwarna hitam. Ia menatap baju-baju yang di gantung, kemudian matanya berbinar saat melihat hoodie milik Alvin berada di antara bajunya. "Pinjem lagi ya, Aping. Hoho", ujar Aluna bermonolog.

10 menit kemudian, Panji datang dengan motor maticnya. Aluna yang sudah siap langsung memakai helm lilac miliknya dan duduk di belakang Panji. "Akhirnya gua keluar rumah juga. Sumpah gua bete banget di rumah", celoteh Aluna saat motor Panji mulai membelah kemacetan.

Panji hanya tertawa melihat Aluna dari kaca spionnya. "Bukannya keluar. Kan ada motor nganggur, udah punya helm juga".

Mendengar ucapan Panji, Aluna langsung memukul pelan bahu laki-laki itu. "Ngeledek aja sih. Gua kan gak bisa naik motor".

Panji hanya tertawa, "Waktu itu mau diajarin gak mau", serunya mengejek Aluna.
Sedangkan yang diejek hanya menghela nafas dan memasukkan tangannya ke kantong hoodie miliknya. Ralat, milik Alvin. "Sama Mas Evan gak boleh kalo belum punya SIM".

"Ah, cemen", ujar Pandu begitu motornya memasuki parkiran barbershop. Pandu memarkirkan motornya tepat di bawah pohon. Ia menatap Aluna yang sedang melepas helmnya. "Gua gak punya SIM, gak pernah ketemu polisi", serunya bangga.

Bola mata Aluna refleks memutar, "Belum jodoh dan belum apes aja", setelahnya Aluna tertawa melihat Panji yang kaget akan ucapannya.

"Hih, mulut lo Aluna".

Masih dengan tawa di bibirnya, Aluna mengikuti Panji yang mulai memasuki barbershop. Aluna tersenyum ramah membalas sapaan gadis yang berdiri dibelakang meja kasir. Ia memilih duduk saat Panji terlihat berbincang dengan laki-laki yang Aluna yakin adalah seorang tukang cukur. Aluna tidak tahu apa nama kerennya, yang Aluna tahu laki-laki itu adalah tukang cukur.

Sambil menunggu Panji yang sedang dicukur rambutnya, mata Aluna berkeliling memperhatikan sekitar. Hingga tatapan matanya berhenti di lemari dingin berisi berbagai macam minuman dingin.
Ragu untuk melangkah, Aluna memilih untuk mengirim pesan teks kepada Panji.

Panji

•Panji, minumannya boleh diminum gak?

Setelah mendengar bunyi notifikasi dari ponse Panji, Aluna menatap Panji lewat pantulan cermin. Sesaat setelah Panji membaca pesan Aluna, ia terkekeh dan balik menatap Aluna dari cermin. "Ambil aja disana, mau minum yang mana. Boleh diminum kan, Mas?", tanya Panji dengan iseng kepada tukang cukurnya. Aluna yang melihat itu hanya membulatkan matanya merutuki Panji yang membuat dirinya malu. "Panji, ih. Kan bisa diketik aja gak usah ngomong. Gua nya malu".

Wajah Aluna mungkin sudah semerah tomat saat mendengar tawa kecil dari gadis kasir dan tukang cukur Panji yang saat ini tengah menatapnya lewat pantulan cermin. "Eh, makasih ya Mbak. Padahal saya bisa ambil sendiri", ujar Aluna saat gadis kasir tadi mengambilkan sekaleng minuman dingin untukknya.

Agar tidak kembali terjadi kejadian memalukan, Aluna memilih untuk diam dan menikmati sekaleng susu coklat dingin miliknya. Sesekali memperhatikan Panji yang terlihat sangat menikmati saat kepalanya dipijat oleh tukang cukur.
Aluna mengambil gambar Panji dari belakang dan hendak mengunggahnya di Instastory. Aluna menandai Panji dalam story miliknya. Namun saat hendak menyertakan lokasi, jemari Aluna berhenti mengetik. Ia langsung bangkit dan berlari keluar barbershop untuk melihat nama barbershop yang saat ini ia dan Panji kunjungi.

Setelah membacanya dan mengetik dengan sesuai, Aluna kembali masuk dengan pandangan masih tertuju pada ponselnya. "Ngapain, Lun?", tanya Panji saat dirinya sudah kembali duduk.

Aluna mengangkat pandangannya dari ponsel untuk menatap Panji, "Ngeliat nama barbershopnya", hanya sesaat karena setelahnya Aluna kembali menatap ponselnya. Hingga tiba-tiba suara tukang cukur membuat Aluna menaikkan pandangannya perlahan.

"Kenapa harus ke depan?. Disini juga ada", ujar tukang cukur tersebut menunjuk dinding yang berisi tulisan yang ternyata adalah nama barbershop itu sendiri. Tulisan yang cukup besar, namun tidak terlihat oleh Aluna. Lagi-lagi Aluna merasa sangat malu hingga rasanya ingin menghilang detik itu juga.

Panji langsung tertawa keras begitu melihat Aluna yang saat ini tersenyum malu dengan wajah yang sudah semerah tomat. "Lun, sekolahnya masih besok. Kenapa blanknya sekarang?".

Rasanya Aluna benar-benar ingin menimpuk Panji dengan kaleng di hadapannya saat ini. Namun suara tukang cukur itu kembali terdengar hingga membuat Aluna mengurungkan niatnya.
"Oh, satu sekolah?".

Aluna mengerjap sesaat kemudian mengangguk, "Iya, satu kelas juga".

Tukang cukur tersebut hanya menganggukkan kepalanya dua kali sebelum akhirnya menatap Aluna dari pantulan cermin. "Oh iya, jangan lupa mention kita di Instastory kamu ya".

"Lah iya lupa. Tadi lagi buat Instastory".
Detik itu juga Aluna menepuk dahinya, dan buru-buru menyelesaikan editannya pada foto tadi guna memperindah Instastory miliknya. Tak lupa menyebut akun barbershop ini, akhirnya Instastory Aluna siap untuk diunggah.

Selang 10 menit, Panji sudah siap dengan rambut barunya. Setelah membayar semuanya termasuk minuman Aluna, keduanya pergi meninggalkan barbershop tersebut.

"Lun, makan dulu yok", ajak Panji dengan suara sedikit keras.

Aluna menyembulkan kepalanya di bahu Panji, "Gua pengen nasi goreng tapi. Makan nasi goreng ya".

Panji yang mendengar itu langsung mengangguk, "Sekarang jam berapa?".

Aluna langsung membuka tas dan mengeluarkan ponselnya untuk melihat jam. "Setengah 7".

"Oke", sahut Panji.

Baru saja Aluna hendak memasukkan ponselnya kembali, tiba-tiba ada sebuah notif dari Instagram.

Baskara Pranata mulai mengikuti anda.

____________________________

Haloo, semoga suka sama ceritaku yang ini yaa
Have a nice day🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang