6.

13 0 0
                                    


Rumah Aluna seolah berubah menjadi basecamp, tempat teman-temannya berkumpul. Andini dan Evan sangat senang dengan itu. Mereka senang karena Aluna memiliki banyak teman. Rumah yang tadinya hanya dihuni oleh Evan, Andini dan Aluna kini berubah menjadi teman berkumpulnya anak-anak berseragam putih abu.

Rasanya hampir semua teman kelas Aluna mengetahui alamat rumahnya. Aluna bahkan seringkali diantarkan pulang oleh teman sekelasnya.
Aluna sangat senang kalau teman-temannya merasa betah untuk bermain di rumahnya.

Pada dasarnya Aluna itu teman yang baik. Masalah apapun, pasti akan Aluna tolong kalau dia bisa. Tania, teman sekolahnya bahkan pernah bilang kepada Aluna. "Lo tuh baik banget. Kalo sampe ada orang yang memperlakukan lo sama kaya di sekolah lo dulu, gua maju paling depan. Biar gua gebuk kepalanya".

Teman-teman di kelas Aluna sudah tau cerita tentang sekolah lamanya. Hal itu lah yang membuat Aluna sangat disayangi oleh teman-temannya. Sekali lagi, Aluna merasa sangat bersyukur bisa berada di sekolah yang sekarang ini. Tempat dimana ia bisa merasa hangat diantara manusia-manusia baik sepertinya teman-temannya.

Bahkan tanpa terasa, Aluna sudah memasuki hari terakhir ujian semester. Sudah 8 bulan Aluna menjadi bagian dari kelas X IPS2.

"Sumpah, akhirnya ujian selesai juga", seru Lulu begitu keluar dari ruang ujian.

Aluna hanya tersenyum melihat kelegaan yang terpampang jelas di wajah teman-temannya.
"Ke kantin yuk. Laper nih", ujar Aluna yang diangguki teman-temannya.

Begitu sampai di kantin, sudah ada beberapa temannya yang lebih dulu tiba disana, termasuk Willy dan Alvin.

"Ngapain?", tanya Aluna yang langsung duduk saat Alvin menggeser duduknya.

"Ini, anak-anak banyak yang mau ke laut sekalian ngabisin uang kas. Udah selesai ujian juga kan", jelas Willy.

Aluna yang mendengar itu langsung bertepuk tangan, "Ih, ayo kita ke laut. Gua udah lama banget gak pernah ke laut. Jadiin ya", seru Aluna dengan raut wajah senang.

"Jadiin. Jangan pance tapi", ujar Lulu dengan nada mengancam.

Disa selaku bendahara hanya terkekeh, "Tenang aja. Uang kas banyak kok".

Saat yang lain tengah berdiskusi, tiba-tiba Panji dan Wahyu datang dengan wajah masam. "Pada lupa apa ya kalo gua sama Wahyu diruangan sebelah?. Main tinggal gitu aja", seru Panji.

Sedangkan yang lain melihat itu hanya tertawa, apalagi begitu Lulu meninju bahu Panji. "Drama lo".

Ditengah riuh tawa teman-temannya, tiba-tiba saja Alvin menatap Aluna dari samping, yang tentu saja Aluna menyadari itu. "Kenapa, Ping?".

Alvin dibuat tersenyum saat mendengar panggilan Aluna untukknya. Awalnya Alvin merasa sedikit aneh dengan panggilan yang dibuat Aluna. Hingga akhirnya "Aping" menjadi nama panggilannya di kelas.

"Gak makan?", tanya Alvin pelan.

Aluna mengedip beberapa saat, kemudian menepuk pelan dahinya. "Oh iya, lupa. Nanti aja deh bareng yang lain. Kan masih pada ngobrol juga".

Alvin menghela nafas, kemudian bangun dari duduknya. Ia menatap teman-temannya satu-persatu. "Pada makan dulu, yok", ucap Alvin sambil berjalan ke salah satu stand makanan.

Aluna yang melihat itu langsung tertawa dan berlari kecil mengejar Alvin, "Aping, ih. Orang masih ngobrol. Gak sabaran banget".

**

Aluna mengumpulkan teman-temannya dirumah seperti biasa karena Evan dan Andini akan pulang sedikit malam.
Mereka semua berkumpul untuk membahas daftar belanja yang harus mereka beli untuk acara jalan-jalan dengan uang kas yang tadi sudah diserahkan oleh Disa, bendahara kelas.

Dunia AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang