8

265 49 13
                                    

Pagi menyongsong.

Yukiara terbangun dengan perasaan tak karuan.

"Aku pikir ini semua mimpi. Aku takut terlena dan lupa siapa diriku". Pikir yuki murung.

murung
Tereak...

Terdengar pintu kamar itu di buka.
"Selamat pagi yukiara". Sapa sang ratu dengan penampilan cantiknya.

Yukiara hanya tersenyum. Ia masih bingung kenapa wanita cantik itu sanagtbramaj padanya.

"Cepatlah mandi. Aku sudah janji akan membawamu ke suatu tempat bukan". Ucap sang ratu.

"Baik". Ucap yukiara lalu pergi mandi.

Selesai mandi, sama seperti semalam, ratu memberi yukiara gaun lagi gaun bersih nan cantik.

Sembari membantu yukiara mengenakan gaun itu, sang ratu memperhatikan bekas luka yukiara.

"Yukiara, apa ini sakit?." tanya sang ratu.

"Em....sedikit. Hanya tidak sesakit dulu". Ucap yukiara.

"Boleh aku lihat tanganmu?". Pinta wanita paruh baya tersebut.

Yukiara pun menampakka telapak tangannya.

Luka yang di telapak tangan tampak sudah kering. Namun yang di tangan kiri, luka itu masih menganga. Tentu saja, itu adalah luka baru yang di dapatkannya.

"Ouh...malang nian nasibmu". Keluh sang ratu.

"Hehe...tidak. Itu adalah tanda pengabdian kita pada kerajaan." ucap gadis itu santai.

"Pengabdian?".

"Iya...kata ratu Syarif, jika aku ingin menjadi rakyat yang baik, aku harus mengabdi kepada kerajaan. Karena aku masih muda dan tak bisa apa-apa, aku cukup memberikan darahku sebagai gantinya".

Yukiara mengatakan semua itu tanpa beban.

"Ternyata ada ratu yang berhati iblis. Apa mereka mencuci otak yukiara?". Pikir sang ratu sambil terus memandang gadis polos itu.

"Hmm... Sudahlah...hari sudah siang. Mari pergi". Ajak sang ratu.

Dengan senang hati, yukiara mau mengikuti sang ratu.

Mereka di antar beriringan dengan kereta kencana kerajaan. Dan tanpa pengetahuan yukiara, di dalam kereta sudah menunggu raja Stefan dan putri natasya.

"Kalian ikut juga?". Tanya yukiara.

"Dasar tidak sopan". Bisik putri natasya sambil membuang muka.

"Ya...mereka juga perlu ikut." ucap sang ratu setelah berada di dalam kereta.

Selama perjalanan, yukiara dan ratu asyik mengobrol ria. Yukiara belum menyadari bahwa apa yang ia alami saat ini adalah nyata. Bahkan ia menganggap raja Stefan, putri natasya, dan sang ratu adalah rakyat biasa yang ada di dalam mimpinya.

"Gadis ini ceria sekali, padahal tubuhnya masih penuh luka. Kalau ia putri natasya, pasti sudah merengkik kesakitan". Pikir raja Stefan sambil diam-diam.memperhatikan gadis yang duduk berhadapan dengannya.

Beberapa menit kemudian pandang yukiara dan raja Stefan bertemu, raja Stefan tidak membuang pandangannya. Pantang baginya mengelakkan pandangan seseorang. Baginya itu adalah sebuah kekalahan.

Yukiara masih memandang mata itu. Ia tersenyum manis lalu mengulurkan tangan namanya yang luka.

"Terimakasih". Ucapnya ceria.

"Untuk?".

"Karena telah jadi salah satu tokoh dalam mimpi ini". Ucap yukiara.

"Mimpi?". Tanya ratu sambil mengerutkan kening.

DON'T TOUCH MY GUARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang