Tina memasuki ruang kelasnya yang baru dengan tenang. Keadaan ruang itu hening, dengan segera Tina masuk tanpa mengetuk pintu.
Setelah dua kali melangkah, Tina baru menyadari bahwa sudah ada seorang guru yang sedang duduk. Dalam hati Tina merutuki kebiasannya yang selalu tidak mengetuk pintu sebelum masuk. Dengan segera, Tina masuk dan menyalami guru barunya.
"Kenapa kamu telat?" tanya gurunya judes.
"Maaf, Bu. Saya anak baru di sini, saya kira belum masuk jam pelajaran." kata Tina berusaha sesopan mungkin.
Guru itu mengangguk, "Oh kamu anak baru itu. Sekarang perkenalkan dirimu."
Tina dengan segera menghadap ke depan dan memperhatikan wajah-wajah calon teman sekelasnya.
"Hai. Perkenalkan nama saya Tina." ucapnya santai.
Semua mata masih menatapnya, membuatnya agak risih. Untuk mengalihkan perhatiannya, Tina segera menatap gurunya.
"Sudah?" tanya gurunya sedikit tidak percaya.
Tina mengangguk.
"Baiklah, sekarang kamu duduk di bangku yang kosong di belakang."
Tina mengangguk lagi. Lalu berjalan ke belakang dan mendapati satu bangku kosong. Tanpa basa-basi Tina duduk di situ.
Pembelajaran kembali berjalan seperti semula. Semua murid menyimak dengan serius dan keadaan masih hening seperti beberapa menit yang lalu.
Pssst...
Pssst...Tina mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara aneh itu. Dia celingukan mencari dan mendapati ternyata itu adalah ulah seorang siswi berambut pirang yang duduk di depannya. Tina hanya mengabaikannya.
Pssst
PssstGadis di depannya berulah lagi. Kali ini sampai memundur mundurkan kursinya, menyebabkan sedikit kegaduhan. Untungnya dia duduk di kursi belakang.
Tina menatap dia dengan alis terangkat. Lalu gadis pirang itu meletakkan kertas sobekan. Dengan malas Tina membuka kertas itu.
Kamu duduk bareng aku mau, nggak? Hari ini Harriet nggak berangkat, dia lagi sakit.
Tina mengernyitkan dahi heran. Kenapa si pirang ini mau mengajaknya duduk bersama? Lalu siapa Harriet? Apa urusannya dengannya jika Harriet sakit? Pertanyaan-pertanyaan itu seketika melintas di kepalanya.
Gadis pirang itu kembali menghadap ke arah Tina. Ayo duduk bareng aku. Kalimat itulah yang berhasil Tina tangkap ketika gadis pirang itu berkomat kamit mengucapkan sesuatu.
"Ini bocah kenapa, sih?" kata Tina dalam hati.
Karena merasa tak digubris, gadis pirang itu kembali menatap ke depan. Lalu tak lama berdiri dengan memboyong tasnya. Dia bergerak dengan hati-hati supaya gurunya tidak memergokinya.
Tina yang melihat kelakuan bocah aneh itu hanya mengernyitkan dahinya bingung.
Gadis pirang itupun sampai di sebelah tempat duduk Tina yang kosong. Lalu duduk di sampingnya.
"Hai, aku Sonya." kata Sonya ramah sambil mengulurkan tangannya.
Tina mengulurkan tangannya ragu-ragu. "Tina," kata Tina singkat.
"Aku duduk di sini nggak papa, kan? Soalnya aku nggak suka duduk sendirian. Harriet lagi sakit hari ini. Jadinya nggak berangkat deh dia." kata Sonya dengan volume serendah mungkin agar tidak di dengar gurunya.
Tina yang memang orangnya cuek hanya mengabaikan Sonya. Tetapi Sonya tampaknya masih belum puas mengganggunya dan masih saja mengoceh.
"Oh iya, hari ini aku mau njenguk Harriet. Kamu ikut, ya? Aku nggak ada temennya ke rumah Harriet, hari ini kakak aku nggak bawa motor."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Maze Runner
Fiksi PenggemarCerita ketika para glader mengalami kisah kasih kehidupan SMA. 🏃🏼♂️🏃🏼♂️🏃🏼♂️