5. Brenda

41 7 0
                                    

🏃🏼‍♂️🏃🏼‍♂️🏃🏼‍♂️

Thomas mengeluarkan motornya dari garasi rumahnya dengan santai. Hari ini dia berangkat sendirian tanpa Tina karena Tina katanya berangkat bersama teman barunya. Gerbang sekolah akan ditutup pukul tujuh. Sehingga dia mempunyai waktu sekitar setengah jam untuk sampai di sekolah barunya. Jarak rumah dengan sekolahnya juga bisa dibilang tidak terlalu jauh.

Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Thomas langsung menancap gas motornya dan berangkat ke sekolah. Di tengah perjalanan, bensinnya ternyata mau habis. Mau tak mau Thomas harus berhenti di pom bensin.

Selagi menunggu antrian, Thomas mengamati keadaan sekitar. Lalu pandangannya jatuh pada seorang siswi SMA yang berjalan sendirian.

Thomas hanya dapat melihat punggung siswi itu. Siswi itu berambut pendek. Dan berjalan seorang diri. Membuat Thomas heran karena wilayah di sini memang sepi kendaraan.

Orang di depan Thomas yang mengisi bensin sudah selesai, Thomas memajukan motornya. Sambil menunggu diisikan bensin, Thomas kembali menatap ke arah siswi tadi.

Kini siswi itu sudah tak sendiri, tampak dua orang laki-laki berjaket jeans robek-robek yang Thomas yakini adalah seorang preman. Preman yang satu berbadan pendek gendut, sedangkan yang satunya tinggi kurus. Preman itu terus mengikuti siswi itu. Sesekali menyentuhnya, membuat siswi itu tak nyaman dan mempercepat langkahnya.

Thomas yang tahu keadaan itu tidaklah bagus, langsung menaiki motornya setelah membayar ongkosnya. Dengan kecepatan melebihi biasanya, dengan segera Thomas sampai di belakang siswi tadi dan dua preman. Setelah memarkirkan motornya, Thomas segera berjalan hendak menghampiri dua preman tadi.

Baru selangkah Thomas berjalan, preman tadi sudah menarik tas yang dibawa siswi tadi. Tapi nampaknya siswi itu cukup kuat untuk merebut kembali tasnya. Adegan rebut rebutanpun dimulai.

Thomas tahu dia harus bertindak cepat. "Hey! Jangan ganggu cewek itu. Kalo mau sini cari lawan yang sepadan sepadan!" teriak Thomas

Dua preman itu menoleh, lalu terkekeh mengejek Thomas. "Bocah ingusan aja belagu lo." kata si preman yang berbadan besar.

Thomas segera maju ketika satu preman yang berbadan cungkring langsung menyergapnya dan mengunci pergerakan tangannya, menyebabkan Thomas tak mampu bergerak kecuali hanya menggeliat. Tak sampai disitu, teman premannya yang lebih gendut itu langsung menghampiri Thomas. Tanpa aba aba, pipi Thomas langsung memerah akibat tonjokan yang diberikan preman tadi.

Sambil merintih kesakitan, Thomas terus berusaha melepaskan diri dari preman yang menyekapnya dari belakang. Namun usahanya tampaknya sia-sia. Dia hanya bisa menggeliat dan preman yang di depannya mulai memberikan bogemnya lagi.

Thomas hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya untuk meredam rasa sakit. Namun tiba-tiba pukulan itu terhenti dan tergantikan oleh suara benturan yang cukup keras. Thomas membuka matanya dan preman yang tadi memukulinya sudah tersungkur di dekat tong sampah. Nampak siswi yang tadi kini sedang memasang kuda-kuda.

"Sini lo. Segitu aja udah jatoh, dasar preman lemah." seru siswi itu.

Preman itu berdiri lagi, siap memukul sisiwi itu. Namun dengan gerakan yang sangat cepat, siswi itu mengelak dan balik memukulnya. Menyebabkan preman itu tersungkur untuk kedua kalinya.

Si cungkring yang sedang menyekap Thomas kini melepaskan Thomas dan menuju ke arah siswi itu. Preman itu bernasib sama dengan preman yang sebelumnya, siswi itu mengelak pukulan preman itu balik menendangnya. Kedua preman itu kini buru-buru berdiri dan langsung lari kocar-kacir.

Thomas yang menyaksikan kejadian itu hanya melongo tak percaya. Dia yang hendak menolong, tapi kini malah dia yang ditolong.

"Lo nggak papa?" tanya siswi itu.

Thomas mengangguk lemah sambil meringis menahan sakit di bibirnya yang sepertinya sedikit robek.

"Bibir lo robek, mau gue bawa ke rumah sakit atau gue bawa pulang?" tanya siswi itu lagi.

Thomas menggeleng, "Gue mau ke sekolah. Gampang nanti gue obatin di UKS."

"Ya udah, gue anter pake motor lo, takut kenapa kenapa kalo lo nyetir sendiri. Lo sekolah dimana?"

Thomas melirik bet nama sekolah di seragam siswi itu, "Sama kaya lo."

Siswi itu nampaknya sedikit terkejut, terlihat dari matanya yang sudah lebar kini makin melebar. "Tapi kok gue nggak pernah liat lo, ya? Seragam lo juga beda sama gue."

"Gue anak baru. Ya udah yuk berangkat, lima menit lagi gerbang ditutup." kata Thomas sembari berjalan ke arah motornya.

Thomas baru saja hendak duduk di jok motornya ketika siswi itu langsung menyerobot di depannya. "Kan gue udah bilang, gue yang nyetir."

Thomas yang tak mau ambil pusing hanya mengikuti apa kata gadis itu. Siswi itu menge-gas motor Thomas Thomas dengan kecepatan di atas rata-rata, menyebabkan Thomas harus berpegangan di belakang joknya. Di sepanjang jalan, mereka hanya diam dan tak ada satupun yang memulai percakapan. Mungkin siswi itu terlalu fokus ke jalan sedangkan Thomas terlalu sakit untuk menggerakkan mulutnya.

Tak sampai sepuluh menit, merekapun sampai. Dengan sedikit tertatih, Thomas turun dari motornya.

"Hmm, maaf ya soal yang tadi. Karena gue lo jadi bonyok gini. Mau gue anter ke UKS?" tanya siswi itu sambil menyodorkan kunci motor Thomas.

Thomas menggeleng, "Gue langsung ke kelas aja, nanti gue ke UKS pas istirahat aja."

"Beneran? nggak papa?"

Thomas mengangguk. "Ya udah, gue ke kelas dulu ya."

"Eh tunggu, bareng dong." seru Brenda sembari menghampiri Thomas.

"Lo kelas berapa?" tanya Thomas menoleh.

"XII IPA 3, kalo lo?"

"Wah, sebelahan dong. Gue XII IPA 2." kata Thomas sambil tersenyum, menunjukkan lesung pipinya.

Brenda turut tersenyum, lalu mulai berjalan menyeimbangi langkah Thomas. Sepanjang jalan, mereka berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Meninggalkan seorang siswa yang diam-diam memperhatikan dengan kepalan tangan dan tatapan sengitnya.

🏃🏻‍♂️🏃🏻‍♂️🏃🏻‍♂️

The Maze RunnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang