40

597 41 6
                                    

Kondisi Naira mulai meningkat dan stabil, ia sudah melawati masa kritis. Tetapi harus tetap waspada dan melalui tahap pemulihan. Mata Naira masih terututup rapat, belum menunjukan ia ingin sadar. Suhu tubuhnya mulai mengahangat, berbeda dari sebelumnya dimana suhu tubuhnya rendah dan kulitnya sedingin es.

"Bang, ngopi dong bang." Kata Jaehyun sambil menepuk pundak Sehun sehingga mengaggetkan Sehun yang sedang duduk di bangku di samping tempat tidur Naira.

"Sialan lo Jepri. Gaada adab, gue kaget." Keluh Sehun sambil menjitak kepala Jaehyun. "Kalo mau ngopi, ya tinggal beli." Lanjutnya.

"Iya sih bang tinggal beli, tapi-" Jaehyun memotong pembicaraannya dan memberikan sinyal dengan menggesakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya kepada sehun. "Money bang, money~" Katanya.

Sehun cuma bedecak sebal dengan kelakuan adik sepupunya itu. Tapi Sehun masih membutuhkan Jaehyun untuk menjaga adiknya. Sehun bisa saja menyuruh orang lain menjaga adiknya tapi untuk saat ini tidak ada yang bisa dipercaya. Orang tuanya sibuk karena keadaan perusahaan juga sedang tidak baik-baik saja. Hanya Jaehyun yang bisa ia andalkan. Sehun mengeluarkan dompetnya dari saku belakang celananya. Ia membuka dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan dan memberikannya kepada Jaehyun.

"Ganteng doang tapi kere." Kata sehun sambil memberikan uang kepada sepupunya itu.

"Gapapa bang, dengan muka ganteng dunia bisa gue taklukan." Jawab Jaehyun sambil mengepalkan tangan kanannya di depan wajahnya.

"Najis, enek banget gue liatnya." Ucap Sehun sambil tertawa. "Gitu dong bang, ketawa, kan jadi ganteng. Jadi demen nih gue." Jawab Jaehyun dengan wajah menyebalkan.

"Jepri anjing, geli banget bangsat. Pergi lo sekarang." Sehun langsung menunjuk ke arah pintu dan menyuruh Jaehyun pergi. Jaehyun pergi meninggalkan ruangan. Kemudian Sehun duduk kembali di bangku di samping tempat tidur Naira.

"Muah." Kata Jaehyun yang tiba-tiba membuka pintu dan memberikan flying kiss ke arah Sehun. "Hehe, tadi lupa kasih kiss bang."

Sehun memijat pelipisnya karena pusing dengan kelakuan Jaehyun yang aneh. Ingin rasanya ia mengutuk Jaehyun menjadi gagang pintu.

Sehun berdiri dengan muka pura-pura marah dan ingin menghampiri Jaehyun yang menampakan sedikit wajahnya dibalik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sehun berdiri dengan muka pura-pura marah dan ingin menghampiri Jaehyun yang menampakan sedikit wajahnya dibalik pintu. "Pergi gak lu Jepri?!". Baru beberapa langkah Sehun berjalan, Jaehyun langsung kabur dan menutup pintu karena takut dipukul oleh Sehun.

Jaehyun dari dulu kelakuannya memang tidak pernah berubah. Selalu terlihat cool, cuek dan dingin di depan teman-temannya. Tapi menjadi aneh di depan keluarganya. Meskipun begitu Jaehyun adalah orang yang hangat dan sayang kepada keluarganya. Sebenarnya kelakuan Jaehyun tadi cukup menghibur Sehun yang sedang berantakan dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Mulai dari adiknya yang koma, perusahaan yang berantakan dan masalah-masalah lainnya yang turut mengikutinya lagi dan lagi.

Sehun menatap wajah adiknya yang sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit dengan mata terpejam. Banyak pertanyaan yang ingin ia keluarkan. Tapi ia bingung dengan siapa harus ditanyakan dan siapa nanti yang menjawabnya.

Disisi lain Jaehyun berjalan melewati koridor rumah sakit untuk menuju lantai dasar dan memberi kopi untuknya dan Sehun. Untuk menghindari perawat-perawat nakal yang suka menggodanya dia menggunakan earphone dan pura-pura asik dengan handphone-nya. Padahal jelas sekali tidak ada yang menghubunginya. Saat ia pura-pura asik dengan handphone-nya, ia menabrak seseorang.

"Maaf, maaf, saya gak ngeliat." Kata Jaehyun sambil membungkukan tubuhnya dan meminta maaf. Orang itu hanya mengangguk singkat dan melewati Jaehyun begitu saja. Jaehyun kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kedai kopi. Ia masuk ke lift dan memencet tombol yang menunjukan lantai 1 dimana kedai kopi berada.

"Ice Americanonya 2 ya mba."

"Baik mas, atas nama siapa ya?" Tanya penjual kopi itu pada Jaehyun.

"Brad Pitt ya mba."

"Baik mas, totalnya 70 ribu."

Jaehyun memberikan selembar uang seratus ribu kepada penjual kopi itu dan menunggu dibangku tepat di sudut kafe. Tidak sampai 15 menit, pesanannya pun jadi.

"Mas Brad Pitt." Panggil salah satu pelayan.

"Saya mas, saya." Jawab Jaehyun sambil mengangkat tangannya dan berjalan ke arah meja. Perasaan bahagia yang ia rasakan ketika pelayan tersebut memanggilnya dengan sebutan aktor tampan itu. Karena saat pelayan itu menyebut nama Brad Pitt, seluruh pelanggan di kedai kopi menatap ke arahnya. Ia merasa sangat tampan dan keren ketika berjalan menuju meja dan mengambil pesanannya. Tapi perasaan bahagia itu tidak ia tampilkan secara explisit, wajah Jaehyun terlihat datar saja padahal dalam hatinya ia sangat bahagia.

Jaehyun mengambil kedua kopi yang diletakan oleh pelayan tersebut. Dan membaca nama yang tertulis digelas itu.

"Bread Pitt." Jaehyun hanya terdiam dan terpaku. Entah apa yang harus ia katakan lagi, sepertinya sudah tak sanggup. Jika ada kamera, mungkin ia akan melambaikan tangannya ke arah kamera, tanda sudah tak kuat lagi.

"Mas..."

"Iya mas Bread Pitt?" Tanya pelayan itu.

"Serius ini mah mas, saya udah gak kuat. Saya malu mas." Kata Jaehyun dengan senyum terpaksa yang ada di wajahnya.

"Ada apa ya mas?" Tanya pelayan itu lagi.

"Saya request namanya Brad Pitt mas, bukan Bread Pitt." Jelas Jaehyun.

"Loh kan sama aja mas dibacanya."

"Mas belum pernah saya pukul dadanya sampe bunyi Nyoh~, ya mas?" Lagi-lagi senyum terpaksa itu terukir jelas di wajah Jaehyun.

"Belum mas." Jawab pelayan itu dengan wajah bingung.

"Mau coba mas?" Kata Jaehyun sambil memiringkan kepalanya dan melotot ke arah pelayan kedai kopi itu.

"Jangan mas, saya minta maaf. Biar saya ganti sama yang baru."

Jaehyun hanya menghela nafas pasrah. "Jangan mas, mending mas ikutin perintah saya aja. Mas teriak 'NYOH~' yang kenceng mas, jangan lupa mulutnya majuin biar mirip ikan koi. Yuk mas 3 2 1."

Pelayan kedai kopi hanya mengangguk tanda mengerti dengan instruksi yang diberikan oleh Jaehyun. Hitungan mundur yang jaehyun berikan membuatnya beraba-aba untuk teriak.

"NYOH~" Teriak pelayan kedai kopi itu. Teriakannya membuat seluruh pengunjung menatap bingung kearah mereka berdua. "Makasih mas, saya pergi dulu." Salam Jaehyun pada pelayan kedai kopi.

Setelah itu Jaehyun kembali ke kamar Naira dan memberikan kopi yang ia pesan pada Sehun.

"Berapa totalnya, Jae?" Tanya Sehun.

"500 ribu bang." Jawab Jaehyun acuh sambil menyeruput Ice Americanonya.

"Korupsi lo kampret." Balas Sehun sambil mencaci Jaehyun dengan umpatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dinikahin❌SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang