KDP Bab 3

1.3K 228 46
                                    

Hufttt...

Mungkin ini adalah helaan nafas yang kesekian kalinya cowo itu lakukan. Tidak bohong, menghadapi gadis dihadapannya ini benar-benar menguras tenaga.

Bawel, itu satu kata untuk mendeskripsikan si anak baru di awal pertemuan keduanya.

Dan sedikit... centil?

"Candrarhe Azmi Gunawan." Si gadis menyebut nama lengkapnya usai melihat name tag di almamater OSIS yang ia kenakan. "Loh kok elo malah di panggil Gus, sih? Nyambung dari mananya? Dari Gunawan, ya?"

"Ayah saya seorang Kyai." Lelaki itu menjawab sopan tanpa melakukan kontak mata.

"Oh?" Gadis didepannya terlihat syok. "Ohh, lo ... seorang Gus."

"Iya," jawabnya sedikit ragu. "Enggak. Jangan panggil saya Gus, Azmi aja."

"Kok gitu? Tadi guru BK manggil lo Gus?"

Dia menggeleng pelan. "Nggak papa." Kemudian dia memberikan gerakan menyuruh Pujki untuk segera masuk ke Perpustakaan. Karena saat ini mereka sudah berdiri di depan pintu Perpus sejak 3 menit yang lalu.

"Oiya. Gue dihukum ke Perpus ngapain?"
Azmi yang baru ingin melangkah meninggalkan Perpustakaan terhenti. Dia menatap Pujki sekilas. "Bantu guru perpus memilah buku-buku baru untuk disusun di rak."

Pujki mengangguk paham. "Oke, thanks."

Azmi pun mengangguk sebagai respon. Dia kembali melangkah. Sekiranya baru 3 langkah dari perpus, dia harus kembali terhenti karena gadis itu. Azmi menoleh.

"Amii? Lo single nggak?"

Azmi menghela nafas lagi. Tau pertanyaan Pujki sangat tidak penting, Azmi tanpa ingin berlama-lama segera saja bergegas melanjutkan langkahnya. Habis sudah 15 menit pertamanya dijam pertama ini.

Tanpa peduli, gadis yang dia tinggalkan diperpustakaan terus menatap kepergiannya dengan menggulum senyum malu.

_

Pujki pikir dipindahkan ke SMA Cendrawasih oleh sang papi adalah hal buruk, mengingat dia jadi tidak bisa bersama-sama dengan Candy, Amoy, dan Umai lagi. Apalagi kepindahannya yang mendadak ini tidak sempat melakukan perpisahan yang dramatis dengan tiga sahabat seperjuangannya itu.

Pujki jadi sedih memikirkannya.

Tapi sepertinya ini tidak terlalu buruk juga. Siapa yang bisa menduga? Di sekolah barunya Pujki malah bertemu dengan Mas Crush yang tampan dan sholeh. Astagaaa, membayangkan suaranya yang rendah dan aduhai itu, wajahnya yang tampan, dan tutur katanya yang sopan membuat pipi Pujki merona.

Eh... Mas Crush?

Dia tersenyum menatap kepergian Azmi. Terus menggulum senyum, sampai Azmi hilang dari pandangannya. Si gadis akhirnya memutuskan masuk ke Perpustakaan. Sebelum sadar, apakah gadis sepertinya pantas bersanding dengan Azmi?

Pujki menggigit bibir bawahnya. "Buset, Puj? Anak Kyai loh itu! Halu ya lo? Ngaji aja nggak pernah. Jangankan ngaji, lo solat aja kalau inget."

And ya... it looks impossible.

🐱🐱🐱

Kisah dari PujkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang