Langit mengamuk berteriak secara lantang. Badai menerjang mengguncang pepohonan dengan dasyat. Air deras tumpah ke bumi. Sementara dunia tampak murka, hidup seseorang nyaris hancur. Darah menggenang. Tangisnya meraung.
"Azmi!"
Mimpi buruk Azmi seketika buyar ketika namanya dipanggil Ibu. Azmi merasakan dadanya yang bergemuruh dan nafasnya yang sesak seolah dia kehabisan pasokan udara. Lelaki itu mengucap Astagfirullah al-adzim berulang kali sebelum menoleh untuk menatap Ibu yang terbalut mukenah putih terlihat khawatir.
"Abang kenapa? Mimpi buruk?"
Azmi perlahan bangun dengan bantuan Ibu. Tangan Ibu terangkat mengusap wajahnya yang basah karena keringat.
"Iya, Bu," jawab Azmi sedikit mengangguk.
Ibu menghela nafas pelan, memberikan senyum teduhnya. "Ya sudah, kalau gitu Abang bangun sholat Tahajjud. Ini sudah jam 4. Ayo, sebentar lagi waktu Shubuh."
Azmi tidak merespon, dia hanya tatap Ibu yang mengusap rambutnya sesaat sebelum beranjak keluar kamar. Azmi memandang kepergian Ibu sampai pintu ditutup kembali. Lelaki itu menghela nafas panjang. Pikirannya masih tertuju pada mimpi buruk barusan. Mimpi yang sama yang berulang sejak 3 Tahun terakhir.
Melirik bingkai foto yang ada di atas meja belajar, hati Azmi menangis merindukan mereka.
_____
"Mail deo gipeojyeo calm down,
Sangcheoga doeneun malgwa,
Geomge yabeorin maeum Where is love?
Yeah yeah yeah yeah.""KECILIN DIKIT BISA NGGAK?!" kata Angel yang baru selesai dari kamar mandi sengaja berteriak karena beginipun suaranya tetap kalah. "INI LO YANG BUDEG ATAU GUE YANG MAU LO BIKIN BUDEG?"
"Nungwa gwireul maggo,
Eokjiro hemaebwado gyeolguk jeongdabeun love,
Too much egoe jurin baereul bulligo
Bieobeorin han janui compassion
Ije dasi chaewo deureoboja da.""PUJ?"
"It's the love shot,.... Na nanana nananana."
Lagu EXO - Love Shot, menggema di kamarnya.
Di pagi hari ini Pujki menyetel speaker keras-keras untuk menemaninya berdandan. Gadis itu dengan tidak sopannya mengabaikan sepupunya yang merasa terganggu. Lagu Pujki benar-benar merusak gendang telinga hingga membuat tuan rumah minggat.
Pujki terus bernyanyi seraya bergoyang. Sementara kedua tangannya tetap telaten mencatok rambut. Gadis itu menatap pantulan dirinya dicermin, segera menyelesaikan urusan rambut dan beralih pada make up. Pujki memilih untuk duduk agar make up-nya tidak berantakan. Meski begitu, dia beberapa kali terhenti demi memperagakan dance yang sedang ia nyanyikan.
Baru saja akan melanjutkan lirik lagu Aespa – Fancy, Angel datang mematikan speaker.
"Ahhh! Kenapa lo matiin, sih?" Alis Pujki menyatu.
"Nyawa lo gue matiin mau lo?" gertak Angel emosi. Sepupunya menghela nafas kasar. "Nyokap lo barusan telfon gue. Katanya temen lo di rumah lagi ngumpul, mau main."
Pujki seketika menepuk jidat kuat. "Gue lupa! Gue nggak bilang ke mereka kalau sekarang gue tinggal sama lo. Duh, kenapa kemarin gue nggak sadar waktu Amoy atur tikum di rumah gue, ya."
Ingat janji temu dengan sahabat di sekolah lamanya, Pujki harus menebus permintaan maaf karena pindah sekolah tanpa memberi aba-aba. Diakhir pekan ini ia akan menghabiskan waktu bersama sahabat tercintanya.
Bergegas menyelesaikan ritual make up-nya, Pujki mengoles lotion ke tangan dan kaki, terakhir dia menyemprot parfum favoritnya ke seluruh tubuh. Dengan begitu, dia barulah siap dengan aktifitas berdandannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dari Pujki
RomantikMenceritakan sebuah kisah rumit antara Pujki Cantika Maher, Gery Fernando, dan Candrarhe Azmi Gunawan adalah suatu hal yang menarik. Orang pikir kisah mereka terlalu basic dalam kehidupan remaja pada umumnya, namun siapa sangka kisah basic itu terny...