KDP Bab 1

6.2K 1K 458
                                    

Sudah pagi padahal, tapi Pujki masih saja kepikiran bagaimana kelanjutan drakor yang ia tonton tadi malam. Sepanjang koridor dia terus bergumam tidak jelas, banyak spekulasi yang tersimpan dalam benaknya dan ia sedang mencoba menyusun walau sadar kapasitas otak yang ia miliki sangatlah minim.

Tentang bagaimana perlakuan bullying, perselingkuhan, perebutan harta, penindasan kaum lemah, manipulasi dan juga banyaknya pembunuhan.

Mengingat dua season sebelumnya, psikis gadis itu semakin kuat bagai baja. Bahkan saat salah satu tokoh dinyatakan mati, lalu beberapa episode ke depan muncul lagi walau dengan nama dan gaya yang berbeda, ia sudah menganggap itu hal wajar. Kadang Pujki bingung, ini penthouse atau pentwins.

"Tumben bener, nih, muka pagi-pagi udah mikir keras?" Pujki tertoleh ke kiri tepat pada Candy yang barusaja mencolek bahunya. Dia sudah tiba di kelas tanpa sadar.

Gadis itu menghiraukan, dia menggigit bibir bawahnya, kembali berfikir. "Menurut lo, Mba Yun, beneran mati nggak, sih?" Pujki mengangkat tinggi alisnya, bertanya pada Candy.

"Mba Yun, siapa?" Candy malah balik bertanya.

"Oh Yoon Hee."

"Keluarga lo?"

"Bukan!"

Pujki yang salah, tak seharusnya ia bertanya pada gadis berambut pirang itu, jelas saja Candy tak tau sebab ia bukan pencinta drakor.

Lalu terdengar sapaan pagi dari belakang Pujki. Suaranya begitu nyaring, menggelegar hingga mampu di dengar anak kelas sebelah.

"PAGI EPRIBADIHHHH! AWALI HARIMU DENGAN MELIHATKU!"

"Pagi juga, Moy." balas teman sekelasnya.

Delyse Amoy namanya, heboh anaknya.

Sebenarnya Pujki dan Amoy mirip, sama-sama heboh. Cuman hari ini Pujki mood- nya lagi hancur gara salah satu tokoh kesayangannya mati dengan tragis. Mana itu tokoh sejak awal nggak pernah bahagia.

Pujki melihat pada Amoy, gadis itu sedang nyengir lebar, memberi lambaian sapaan kepada satu-satu teman sekelas. Dua puluh lima jumlah murid kelasnya, dua puluh lima kali pula Amoy menyebut nama yang berbeda.

"Hai, Candy!"

"Uang kas! Lo nunggak dua Minggu, berarti totalnya 50 ribu."

Candy Arumi, anak kelas mereka memanggil Candy dengan sebutan Bu Bend. Si pengatur keuangan kelas, punya sifat dingin, galak, namun pengertian— but, no untuk masalah uang kas.

"Yaelah, Can.. baru juga gue nyampe, tega amat lo?" Amoy memelas, Candy memutar bola mata malas. "Duduk dulu kek gue, duduk yuk!"

Amoy melewati Candy begitu saja, dia memilih menarik Pujki yang tertawa kecil melihat padanya menuju bangku mereka yang letaknya dua meja dari belakang persis posisinya dibawah ac. Tadi itu mereka masih nangkring di depan pintu kelas.

"Eh, sumpah, menurut lo.. Mba Yun beneran mati nggak, sih?!" Kembali pada masalah penthouse.

Syukur, Pujki punya teman yang hobi drakor juga. Terus mereka juga punya fandom-nya masing-masing. Pujki yang EXO-L dan Amoy yang ARMY. Bias Pujki, Sehun, sedangkan Amoy, Suga. Kalau kalian?

"Keknya beneran, deh." Amoy bersedih. "Soalnya ada mayatnya."

Pujki mengangguk, "gue mikir juga gitu, tapi gue masih berusaha ga bawa hati. Lo tau sendiri kalau ini penthouse. Keknya tiap tokoh punya kembaran, deh!"

Gadis berponi dengan bando putih itu, menggebrak meja pelan. "Tapi kalau beneran mati dan nggak ada kembarannya, jujur gue bakal ngamuk!"

Pujki setuju, sangat.

Kisah dari PujkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang