BAB 02 SIAPA?

11K 2.4K 155
                                    

"Kamu kenapa Nara?" 

Pertanyaan Tante Imel membuat aku mendongak dari ponsel yang sedang aku amati. Sejak menerima surat yang pasti dari Kak Novan. Dia susah untuk aku hubungi, dan sampai hari ini juga belum ada kabar.

"Nte... tahu nggak Kak Novan itu sekarang dimana?"
Tante Imel mengernyitkan kening, lalu duduk di sebelahku dan kini mengusap rambutku.

"Kenapa? Kangen?"

Pertanyaan Tante Imel membuat pipiku langsung terasa panas. Tante Imel kini merangkul bahuku.

"Nggak usah bingung Novan dimana, pastinya dia hanya untuk kamu. Nara kan pingin Novan cepet selesai kan?"
Aku menganggukkan kepala lalu menghela nafas. "Iya nte, tapi kan..."

Usapan lembut di rambutku membuat aku menghentikan ucapanku lagi.

"Udah sana. Nanti telat lagi loh. Dianterin Mang Kosim aja ya? Udah nggak OSPEK kan?"
 Aku langsung menganggukkan kepala. Tante Imel ini sangat baik kepadaku. Mungkin karena dia juga hidup di sini sendiri, karena suaminya sudah meninggal. Jadi aku dianggap anak kandung sendiri olehnya. 

***** 

Sampai di kampus, aku sekarang mencari sosok Kakak senior yang kemarin memberikan aku surat. Aku tahu dia ada hubungannya dengan Kak Novan. Tapi namanya maba juga pasti bingung kan mencari keberadaan senior dimana? Lagipula aku nggak hafal dia anak fakultas apa.

"Lu cariin Kak Mahardika? Yang ganteng itu? Naksir lu?"

Meta menatapku dengan tak percaya. Kami sedang duduk di depan pintu kelas. Hari ini mulai materi baru. 

"Enggak. Mau bicara aja."

Aku membenarkan tas ranselku dan Meta makin menggelengkan kepala mendengar jawabanku.

"Pasti ada sesuatu kan kalian? Kemarin itu, kenapa lu dipanggil sendiri aja? Atau Kak Mahardika yang suka sama lu? Wah hebat maba langsung dapat tangkapan keren. Kak Mahardika itu termasuk populer dia."

Aku menatap Meta dengan penuh perhatian "Lu tahu dia dimana?"
Meta tampak mengernyit "Maksud lu dia mahasiswa apa?"

Kuanggukan kepala dengan mantap. 

"Fakultas Biokimia."

Aku langsung beranjak berdiri. "Ok, aku ke sana."

"Eh ini anak...hei Raaa.... lah..."

Aku tidak  mempedulikan teriakan Meta, aku terus berlari dan akan mencari Kak Mahardika. Harus.

***** 

Setelah berputar-putar ke sana sini, dan menanyakan kepada setiap orang akhirnya aku sampai di depan kelas Kak Mahardika. Entah ini benar atau enggak, tapi aku sudah lelah sekarang ini.

"Ngapain cari Dika?"

Seorang cewek cantik yang baru saja aku tanyakan keberadaan Kak Mahardika kini menatapku dengan sinis. Aku menvoba menghempaskan semua rasa tidak nyaman itu. 

"Ehm ada perlu Kak."

Dia menatapku makin sinis, lalu menunjukku.

"Maba kan? Nggak ada sopan santunnya. Sama senior kok gampang banget bilang ada perlu."

Duh. Apalagi sih ini? Kan udah nggak OSPEK, jadi apa salahku?

"Nara?"

Sebelum aku menjawab cewek tadi, dari arah belakangku Kak Mahardika memanggilku dan melangkah ke arahku berdiri. Aku langsung berbalik dan menatapnya.

"Kak, Ara perlu bicara."

Kak Mahardika menganggukkan kepalanya "Oke..."

"Dik, ini siapa sih?"
Cewek cantik tadi langsung bertanya kepada Kak Mahardika. 

Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang