Bab 12 sibuk

10.7K 2.2K 134
                                    

Jadwal kuliah yang sangat padat membuat tubuhku terasa gampang lelah. Padahal kan aku nggak boleh lelah, nanti pulang dari kampus aku nggak boleh langsung tidur. Namanya juga sudah tinggal sendiri dengan Novan. Aku tidak boleh manja dan malas sekarang. Aku seorang istri.

"Adek ipar..lemes banget."

Suara Kak Dika membuat aku langsung menoleh. Novi yang sedang duduk di sebelahku langsung bersembunyi di balik punggungku. Dia lucu.

"Kak, lihat Kak Novan nggak?"

Aku menatap Kak Dika yang yang kini malah duduk di sebelahku sehingga menggeser Novi. Padahal kita tuh lagi duduk di Koridor kelas. Sambil nungguin kelas selanjutnya. Ini juga kenapa Kak Dika sampai ke sini.

"Nah itu, gue ke sini tuh karena Novan sibuk banget. Dia nggak bisa pulang bareng. Udah WA kamu katanya, tapi belum dijawab. Makanya gue disuruh ke sini."

Aku langsung menepuk dahiku dan mengaduk-aduk tas ransel yang baru saja aku pangku. Menatap ponsel yang ternyata mati karena batreinya habis.

"Lobet?"

Aku langsung menganggukkan kepala. Kak Dika malah mengulurkan ponselnya. Aku menatapnya dengan bingung.

"Apa?"

"Pake punya gue. Punya lu siniin. Gue charge dulu deh  gue ada bawa charge. Ntar kalau Novan nelepon, nah dijawab."

sebelum aku bisa menjawab dia sudah beranjak berdiri dan merebut ponselku. Lalu segera pergi begitu saja.

"Cakep bener sih Ra... "

Nah dia baru bisa ngomong setelah orangnya pergi. Aku menatap Novi yang malah meringis geli. Tapi kemudian dia merebut ponsel Dika.

"Gue mau liat fotonya ah."

Tuh kan dasar ini anak. Tapi sebelum dia membuka galeri foto, ponselnya Kak Dika berbunyi. Nama Novan terpampang di situ. Novi langsung memberikan kepadaku.

"Pacar lu nih."

Aku langsung mengambil ponsel dari tangan Novi dan melangkah menjauh.

"Halo... "

"Hai istri."

Aku tersipu malu dan senyum-senyum sendiri. Persis orang gila kalau seperti ini. Novi hanya menggelengkan kepala melihat tingkahku.

"Kak, hpnya Ara lobet."

"Iya. Dika abis ngomong. Maaf ya, aku sibuk banget jadwalnya. Di lab terus, dan nggak bisa keluar sampai nanti sore. Pulang sendiri nggak apa-apa?"

Pertanyaan Novan langsung membuatku menganggukkan kepala. Aish. Dia kan nggak lihat.

"Iya. Deket ini. Nggak apa-apa. Kakak mau makan apa nanti? Ara mau belanja dulu di minimarket dekat rumah."

"Nggak usah. Kamu capek nanti."

Aku menyandarkan punggungku di selasar dinding.

"Iya sih capek. Tapi mau masakin Kak Novan."

"Kamu lelah nanti. Aku nggak mau kamu sakit."

Yah dia memang paling baik. Tapi aku akan masak saja deh, buat surprise.

******

Aku menatap puas masakanku. Rasanya tuh capek banget memang. Tapi aku puas. Aku menguap lagi dan merenggangkan tubuhku. Lebih baik aku mandi dan segera menunggu Novan untuk pulang.

Segera aku memberesi semuanya, masuk kamar mandi dan segera membersihkan diri. Tapi saat keluar dari kamar mandi melihat kasur yang empuk aku segera tergiur. Menatap jam yang menunjukkan pukul 4 kurang. 30 menit lagi Novan pulang. Kayaknya tidur sebentar, nggak masalah. Aku mulai memasang alarm dan memang aku sedang mendapatkan periode. Aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Ah surga dunia memang.

*****

Pelukan hangat membuatku menggeliat. Aku benar-benar terkejut dan langsung membuka mata. Lampu sudah dinyalakan, hah? Ini sudah malam?

"Malam Ara."

Bisikan hangat di telingaku membuat aku refleks menoleh ke sampingku. Novan sudah tersenyum dan berbaring di sampingku.

"Loh, Kakak pulang kapan?"

Novan tersenyum dan menyentil hidungku.

"Udah tadi jam 4. Kamu tidurnya pulas banget jadi aku biarin."

Aku terduduk dan kini menatap jam yang menempel di dinding. Pukul 9 malam. Selama itu aku tidur?
"Loh... Masakan Ara?"

Novan kini menepuk perutnya.

"Udah masuk ke sini. Enak."

Aku mengerjap dan menatap Novan yang tampak puas.

"Jadi Kakak suka?"

Dia kembali menganggukkan kepala.

"Tapi kalau kamu lelah, nggak usah masak. Kasihan Kakak sama kamu."

Ucapannya membuat aku menggelengkan kepala.

"Kata Mama Novia, cinta suami itu dari perut. Kalau kita bisa membuat suami menyukai makanan buatan kita, suami makin cinta."
"
Ucapanku malah membuat Novan terkekeh. Dia menarik ku untuk berbaring lagi di sebelahnya.

"Makin pinter sih istrinya Novan."

Aku langsung  merangkul pinggangnya dan menyandarkan kepalaku di dada bidangnya.

"Iya dong, lha punya suami cerdas, ya nular."

Novan tergelak dan langsung memelukku.

"Kak tapi udah habis semua?"

Pertanyaanku membuat Novan menganggukkan kepala. Aku mengusap perutku yang tiba-tiba lapar.

"Owh maaf. Saking enaknya jadi aku habisin."

Novan tampak bersalah dan aku terkekeh. Dia lucu.

"Yah terus Ara makan apa?"

Novan tampak berpikir tapi kemudian beranjak bangun.

"Aku masakin deh."

"Emang bisa?"
Novan menganggukkan kepala dengan mantap.

"Bisa dong."

"Masak apa?"

"Mie instan."

Dan aku ngakak. Ih suamiku menggemaskan.

Bersambung

Yuk ramein ramein typo dibenerin sendiri ya

Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang