"Ra, kamu mandinya lama banget."
Aku terkejut dengan ketukan di pintu kamar mandi. Duh aku kan malu, ini hari pertamaku datang bulan. Untung aku bawa kemana-mana pembalut meskipun satu atau dua di tas. Untuk berjaga-jaga kalau aku tiba-tiba datang bulan. Pasalnya siklus datang bulanku itu tidak teratur, kadang awal, dan juga akhir bulan. Dan sekarang, saat tadi bangun dan merasakan perutku terasa sakit, langsung aku berlari ke kamar mandi. Semalam tidur di atas kasur dan tidak tahu Novan memejamkan mata jam berapa. Tapi saat aku bangun tadi, Novan sudah meringkuk di sampingku dan memelukku mesra. Ah rasanya kok masih ingin dalam pelukan Novan lagi, hangat dan nyaman. Aku memang sempat ketakutan karena cumbuan Novan yang begitu intim. Aku memang masih polos dalam artian bersentuhan terlalu intim, kalau hanya sekedar ciuman di pipi, bibir itu sudah hal yang wajar, mengingat sejak jadi satu dengan Novan, dia sering curi-curi kesempatan itu. Tapi yang aku rasakan kemarin itu karena keintiman yang memang cepat atau lambat harus aku jalani. Aku sudah istri sah dari Novan, dan memang itu kewajibanku untuk memberikan semuanya. Hanya saja aku ingin perlahan, tidak semua cewek itu sudah biasa skinship dengan lawan jenis meskipun itu suaminya sendiri. Memang banyak di luar sana, masih smp saja sudah sangat mesra gaya berpacarannya, tapi bukan aku. Kedua orang tuaku dulu mendidikku dengan sangat baik. Aku tahu batas-batasnya dan alhamdulilah lingkunganku juga baik. Terlebih aku mendapatkan suami yang baik juga. Keluarga yang religius sehingga aku makin menjadi pribadi yang baik. Aku bukan takut dengan sentuhan Novan, tapi memang ingin perlahan melakukannya. Toh aku juga masih berusia 19 tahun, masih wajar kalau aku seperti ini. Teman-temanku ada yang lebih berani dari aku, bahkan aku juga sering melihat informasi dari internet, mempelajari semuanya, aku tahu tapi aku masih perlu belajar lagi. Aku harap Novan bisa bersabar sedikit lagi untuk membimbingku.
"Kak..."
Aku membuka pintu kamar mandi setelah selesai membasuh diri. Mendapati Novan yang menatapku dengan khawatir.
"Kamu sakit atau gimana? Kok lama banget di kamar mandi?"
Novan menyentuh kepalaku dan mendekat ke arahku lagi. Dia sudah terlihat rapi dengan kaos dan celana santainya. Sehabis subuh tadi Novan memang sudah mandi.
"Ehmm Ara datang bulan. Sakit."
Aku memegang perutku yang terasa kram. Novan tampak terkejut tapi kemudian tersenyum.
"Oalah. Perlu beliin pereda nyeri?"
Dia sudah paham, kalau hari pertama aku pasti kesakitan. Aku menganggukkan kepala.
"Ara ada kuliah nanti jam 10, tapi sekarang mau berbaring dulu. Boleh?"
Novan kembali menganggukkan kepala dan merangkul bahuku lalu memapahku untuk melangkah ke arah kasur. Bahkan dia membaringkanku dan menyelimutiku lagi.
"Kamu itu sakit, masih demam, eh ditambah datang bulan. Gimana kalau nanti nggak usah masuk kelas aja?"
Tapi aku langsung menggelengkan kepala."Enggak mau, pokoknya Ara nggak mau bolos."
Novan langsung menoleh ke arahku, dia mengulurkan tangan untuk mengusap perutku dengan perlahan.
"Masih awal masuk kuliah nggak apa-apa bolong. Lagian kamu kan sakit gini. Kalau nggak kuat di kelas gimana? Kakak malah jadi kepikiran."
Tapi aku masih menggelengkan kepala. "Ara bisa kok, minum pereda nyeri pasti nanti sakitnya berkurang."
Novan ingin memprotes tapi akhirnya dia menghela nafas dan menganggukkan kepala."Ya udah, Kakak belikan dulu, kamu tidur dulu, masih pukul 7. Kakak mau beli sarapan dan obat."
Akhirnya aku menurut dan memejamkan mata, tapi kemudian membuka mata lagi saat Novan membuka pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal
RomanceNara tidak pernah tahu kalau pria yang sudah menjadi suaminya itu kuliah di kampus dan fakultas yang sama dengannya. Setahu dia, sang suami menuntut ilmu di luar negeri seperti pamitnya dulu. selama itu mereka berkomunikasi lancar, tapi Novan tidak...