Pada waktu yang bersamaan Hany melihat Gilang keluar dari café, dia segera berlari menghampirinya.Driver ojeg pangkalan itu heran, dia mengira bahwa Hany akan melarikan diri.
“Eh, Neng, jangan kabur bayar dulu.” Ojeg itu teriak seolah Hany akan melarikan diri.
“Bentar, Bang, saya bayar dua kali lipat,” ucap Hany sambil melambaikan tangan kepada ojeg itu.
“Driver gila, balikin dompetku.” Hany berteriak keras saat hampir dekat dengan Gilang, dengan spontan Gilang menghentikan langkah kakinya.
“Mana dompetku?” ucap gadis itu tanpa basa-basi.
“Eh, Nona, jika meminta sesuatu itu harus dengan sopan." Gilang malah sengaja bertele-tele.
Gadis itu tidak sanggup lagi mendengar celotehannya sedangkan disisi lain ada ojeg pangkalan yang menunggunya.
Hany menggandeng tangan Gilang dan menariknya kehadapan driver ojeg pangkalan itu.
“Maaf, Bang, saya bukan tidak punya uang. Tetapi saya harus buru-buru mengejar pria ini yang telah menghamiliku," ucap Hany dengan berpura-pura mengis.
Wajahnya dibuat sedih sedemikian rupa, gadis itu sangat pintar memainkan dramanya.
Sontak semua orang memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik.
“Eh, Mas, kamu sebagai pria itu harus bertanggung jawab, jangan asal tanam benih lalu meninggalkan anak orang begitu saja,” ucap driver ojeg pangkalan itu dengan nada betawinya.
“Sayang kamu kok tega sama aku, sekarang kamu bayarkan ojeg ini seratus ribu. Kalau tidak aku akan teriak sekencang mungkin karena kamu tidak bertanggung jawab atas anakmu ini.” Hany terus berpura-pura menangis dan mengancam Gilang.
Gilang yang terkena jebakannya langsung panik karena malu. Wajahnya menjadi merah bagai tomat. Lelaki itu mencoba menahan amarahnya.
Rasakan suruh siapa kamu mengerjaiku. ucap dalam batin sambil tertawa jahat.
Gilang mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dari dalam dompet merk ternama tebal miliknya.
Wah dompet dia tebal sekali, ucap hany kembali dalam batin sambil sedikit melirik ke arah dompet yang berisi lembar merah serta kartu-kartu berharga.
“Terimakasih, Neng," ucap ojek itu saat menerima uang dari tangan Gilang, "Mas, cepat tanggung jawab jangan mau enaknya saja.” Driver ojeg itu melotot ke arah Gilang seperti ingin menerkamnya.
Akhirnya driver ojeg pangkalan itu pergi meninggalkan mereka berdua. Hany hanya menahan tawa kecil melihat wajah Gilang yang merah seperti akan meledak. Mungkin jika meledak akan mengalahkan bom Hirosima dan Nagasaki pikir gadis itu di benaknya.
Gilang tidak habis pikir bahwa wanita itu akan mengerjainya. Dia mengepalkan tangannya menahan amar dan mulai menyusun rencana untuk balik mengerjai gadis itu.
"lihat saja siapa yang kau kerjai ini. Aku Gilang Adi Pratama pewaris perusahaan properti pertama di Indonesia Pratama Royal Group." Gilang berkata di dalam hatinya.
“Puas, kamu, puas. Mau lihat caranya aku menghamili kamu. Ayo ikut aku,” ucap Gilang kepada Hany yang sedang tertawa puas mentertawakannya.
Gilang menarik tangan gadis itu dan membawanya kedalam mobil.
Wajah Hany yang tadi tertawa kini menjadi pucat pasif.
“Lepasin aku. Mana kembalikan dompetku,” ucap Hany berusaha memlepaskan cengkraman tangan Gilang.
Pria itu memegang begitu kuat tangannya. Gilang dudukan Hany di kursi depan mobil. Lalu dia masuk dan mengunci pintu mobil sehingga Hany tidak bisa keluar.
Gilang melajukan mobil dengan kecepatan tinggi dan terlihat wajah Hany semakin takut. Pria itu sangat gembira melihat ketakutan gadis yang ada di sampingnya.
“Stop, atau aku melompat saja.” Hany berusaha mengancam Gilang. Dia pikir pria itu bodoh jelas-jelas mobil ini terkunci bagaimana bisa dia melompat.
“Jangan Gila, mobil ini aku kunci. Kamu bilang tadi kamu hamil olehku. Ok, aku akan mengabulkan harapanmu. Di depan ada hotel kita akan bermain-main disana," ucap Gilang sambil terawa jahat kepada Hany.
Hany malah memegang kemudi dan membuat mereka hampir celaka dengan sigap Gilang memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
Dan membuka belt yang di kenalannya. Dia mendekatkan tubuhnya kepada Hany hingga hidung mereka berdekatan. Wajah Hany semakin pucat dan berkeringat.
Tiba-tiba hal tidak terduga terjadi. Hany menendang barang berharga miliknya yang selalu pria itu rawat setiap kali dia mandi dan memanjakannya.
“Aaauuu," teriak Gilang sambil memegang adik kecil yang di tendang Hany.
Gadis itu membuka pintu mobil dan mengambil dompet miliknya yang berada di depan Gilang. Dia keluar dari mobil dengan menangis dan berlari.
Hany memberhentikan sebuah angkutan umum yang ada di depan mobil. Dia langsung menaiki angkutan umum itu dan meninggalkan Gilang dalam kesakitan.
Gilang berpikir, bagaimana wanita itu begitu tega melakukan ini kepadanya.
Di sisi lain Gilang merasa sangat bersalah sekali karena bersikap berlebihan terhadap gadis itu.
Wajah Hany terbayang di benak Gilang terlebih saat gadis itu berlari dan menangis
Gilang merasa apa dirinya begitu keterlaluan telah membuat Hany ketakutan.
Tetapi dia merasa itu bukan sepenuhnya salah dia. Lagi pula bukankah wanita itu yang mengerjainya terlebih dahulu.
Jika saja gadis itu tidak berpura-pura menangis dan mempermalukan dirinya seperti tadi di tempat umum. Mungkin Gilang tak akan melakukan hal seperti tadi.
Pria itu juga berpikir mungkin tadi Hany hanya berpura-pura menangis agar mendapatkan simpati. Lagi pula gadis jaman sekarang tak mungkin benar-benar ada yang polos, pasti dia juga sering melakukan kencan gila bersama teman prianya.
Gilang berusaha berpikir itu bukan masalah yang besar untuk dia menjadi merasa bersalah.
Pria itu menahan sakitnya di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Mistake
RomancePesan penting jangan pernah naik kendaraan umum saat sedang galau bisa saja masalahmu yang kecil akan membawamu ke masalah yang lebih besar. Seperti halnya Hanny gadis berusia dua puluh tiga tahun (23 tahun) yang sedang menyusun skripsi ternyata d...