Part 6

11 1 0
                                    


Gadis itu benar-benar merasa terkejut, dia tak yakin bahwa pria yang ada di hadapannya adalah Gilang. Hany menarik napas panjang, matanya terlihat lebih besar dia juga mengkerutkan bibirnya.

"Kamu?" ucap Hany saat melihat wajah Gilang.

"Hay." Gilang tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya.

"Pergi, kamu." teriak Hany sambil memukul-mukul bahu Gilang, gadis itu terlihat sangat kesal.

"Maaf tetapi ini mobil saya, yang seharusnya pergi itu kamu!" ucap Gilang dengan polos kepada Hany.

Gadis itu benar-benar marah dan berniat meninggalkan Gilang, dengan sigap lelaki itu menahan tangannya.

"Ih, kamu mau apa? lepasin gak!" Hany mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gilang.

"Urusan kita yang kemarin belum selesai, Mbak." Gilang terus memegang erat tangan Hany. Gadis itu malah menggigit tangannya seperti harimau yang sedang memangsa buruannya.

"Auuuu." Gilang berteriak sambil melepaskan tangan Hany. Gadis itu segera keluar dan berlari.

"Kenapa wanita itu sangat kejam, sudah dua kali dia membuatku terluka. Lihat saja apa yang akan aku lakukan sama kamu," ucap Gilang sendiri saat Hany keluar dari mobilnya dan berlari meninggalkan dia sendiri dalam kesakitan.

Sudah kedua kalinya Hany melukai pria itu, Gilang benar-benar tidak terima. Padahal tadi dia hanya ingin meminta maaf kepada Hany, tetapi Gilang merasa gadis itu tidak menerima niat baiknya dan malah menggigitnya.

Sedangkan Hany terus berlari ke dalam gedung, dia merasa sangat kesal karena Gilang berusaha melecehkannya lagi untuk yang ke dua kalinya, dia berpikir sial terus mengikutinya terlebih saat dia bertemu dengan pria itu.

Sampai di depan pintu Hany membereskan pakaiannya agar terlihat rapih. Dia berjalan memasuki gedung dan menghapiri seorang receptionist.

"Selamat siang, Mbak, saya Hany yang mendapat panggilan untuk casting menjadi host di acara travel hari," ucap Hany kepada seorang receptionist cantik yang berdiri di belakang mejanya.

" Oh iya, Mbak Hany, silahkan menunggu di studio lima ya, nanti saya akan hubungi bagian talentnya," jawab receptionist itu dengan lembut.

Akhirnya Hany berjalan menuju studio lima yang diberikan arahan oleh sang receptiomist itu. Dia berjalan menaiki lift menuju gedung lantai tiga. Di tengah perjalanan gadis itu lupa harus belok kanan atau kiri. Akhirnya dia memutuskan untuk belok kanan, karena baginya kata pak Ustad kanan adalah jalan menuju Surga.

Di sudut terlihat sebuah ruangan dan di depannya ada seorang wanita cantik. Pikir Hany mungkin itu studio lima yang di maksud wanita tadi. Akhirnya gadis itu berjalan menghampiri wanita yang ada di depan ruangan itu.

"Mbak, apa di dalam sudah ada orangnya?" ucap Hany yang sok kenal dengan wanita cantik itu.

" Maaf, Mbak, apa sudah punya janji dengan, Beliau?" Wanita itu melihat Hany dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Hany merasa sangat risih sekali saat ditatap seperti itu. Dia berpikir apa ada yang salah dengan penampilannya? rasanya dia tidak memakai baju terbalik.

"Iya, Mbak, saya sudah punya janji, tadi kata receptionist dibawah saya harus menunggunya disini," jawab Hany dengan nada ketus.

"Tapi, Pak Gi...." Saat wanita itu akan berbicara tiba-tiba Gilang muncul dan menghentikan wanitanya.

Hany terkejut kembali, matanya membesar dan mulutnya terbuka lebar. "Ya ampun bagaimana bisa dia mengikutiku sampai masuk kesini," ujar Hany dalam hati.

Gadis itu menegakan tubuhnya, dia mengangkat kepalanya dan terlihat sombong. "Eh, Driver mesum, ngapain kamu ikutin aku sampai ke sini," ucap Hany dengan nada lantang.

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu ada di sini?" sahut Gilang yang saat itu tidak mau kalah.

"Maaf, Pak Gilang, kata mbak ini dia sudah punya janji dengan, Anda." Wanita itu terdengar sangat gugup.

Hany diam dan merasa bingung, mengapa wanita yang ada di hadapannya itu begitu sopan dan memangil Gilang dengan sebutan bapak. "Jangan-jangan dia adalah seorang sutradara? atau dia seorang bos? Oh My God, no no no rasanya itu tidak mungkin," ujar Hany dalam hati dengan seluruh kebingungannya.

Hany tak ingin terlihat bodoh di hadapan Gilang, dia kembali membangkitkan percaya dirinya. "Iya, saya mau casting untuk menjadi host di sebuah acara travel, ini studio lima kan?"

Saat mendengar ucapan Hany, Gilang tahu bahwa gadis itu salah tempat. Akhirnya pria itu mempunyai niat jahil terhadap gadis itu. "Akh, iya ini studio lima, saya yang akan meng-casting Anda. Maaf saya tadi lupa silahkan masuk." Gilang dengan senyum liciknya.

Akhirnya Hany masuk keruangan Gilang dengan berjalan tegak melawati sekertaris lelaki itu. Ketika gadis itu masuk, Gilang berbisik kepada sekretarisnya untuk menghubungi talent yang akan meng-casting Hany dan membawakan alat keperluan casting keruangannya.

Jesika sangat bingung dengan kelakuan bosnya itu namun, dia tidak bisa menolak permintaan Gilang. "Dasar Bos aneh, tadi dia meminta untuk membatalkan rapat penting. Sekarang dia malah meladenin pekerjaan yang bukan tugasnya," gumam Jesika karena kesal melihat kelakuan bosnya itu.

"Kamu bicara apa?" ucap Gilang yang akan membuka pintu dan mendengar celotehan Jesika.

"Tidak, Pak!" Jesika terpaksa tersenyum dan terlihat gugup.

Gilang menoleh tajam ke arah sekertarisnya itu dan dia pun masuk keruangannya untuk menemui Hany. Gadis itu masih berdiri saat Gilang menghampirinya.

"Ok, Mbak Hany, silahkan duduk," ujar Gilang dengan angkuh dan sombong, lalu dia duduk di kursi layaknya seorang bos.

Hany duduk di hadapan Gilang, dia merasa kesal saat melihat pria yang di hadapannya itu. Mereka saling menatap. Gilang tersenyum licik dan menaikan alisnya. Hany hanya diam dan terus berdoa agar dia tak lagi mengalami kesialan saat bertemu dengan Gilang.

Gilang mencari akal apa yang akan dia lakukan untuk mengerjai gadis yang ada di hadapannya agar tidak ketahuan olehnya. Akhirnya dia mendapat ide untuk berpura-pura meng-interview gadis itu.

"Langsung saja ya, Mbak Hany. Apa motivasi kamu untuk mengikuti casting ini? sedangkan wajahmu saja tidak menarik." Gilang melontarkan pertanyaan yang tak sesuai dengan sistem sambil melihat Hany dari bawah hingga atas dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.

Hany menarik napas panjang dan mencoba menahan emosinya. "Sabar, Hany, sabar. Demi sebuah angan dan cita-cita," ucap Hany dalam hati.

Hany menunjukan senyum yang sangat terpaksa. "Saya suka sekali travel, selain itu saya membutuhkan pekerjaan ini agar saya bisa mendapat uang," jawab Hany dengan tegas.

"Oh... jadi kamu sudah tidak cantik juga tidak punya uang, pantas saja kamu sering menggoda pria." Gilang menatap tajam Hany dan membuatnya semakin jengkel dengan pertanyaannya.

"Maaf ya, Pak Gilang, yang terhormat saya disini untuk casting, interview apa yang Anda berikan macam ini?" Hany kesal dengan pertanyaan yang Gilang lontarkan.

Melihat wajah kesal Hany yang lucu dan menggemaskan Gilang tersenyum kecil. Pria itu semakin bersemangat untuk menjahilinya. Gilang berlagak mengendorkan dasi dan mengangguk saat Hany berbicara, wajahnya terlihat sombong dan mengesalkan bagi Hany.

Married by MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang