“Hallo, Mas, posisi sudah dimana ya?” ucap Hany saat menghubungi driver ojek online yang dia pesan.Langit sudah mulai mendung dan gelap mungkin tinggal hitungan detik hujan lebat akan turun.
“Iya, Mbak, sebentar ya, disini macet,” ucap driver itu dibalik telepon.
“Cepat ya, Mas, sudah mau hujan. Di halte Fatmawati,” ucap Hany tegas kepada driver itu.
Pikir Hany driver itu mengendarai sepeda motor dan apa iya dia tidak bisa menyalip di tengah kemacetan. Hany sangat kesal sakali saat itu.
Lima menit sudah dia menunggu dan hujan deras sudah mulai turun membasahi tubuhnya, angin kencang dan petir yang menyambar membuat gadis itu semakin takut dan gelisah.
Ojek yang dia pesanpun tidak kunjung datang, lengkap sudah penderitaannya hari ini.
“Mbak Hany, ya?” ucap seseorang dibalik kaca mobil berwarna biru metalic.
“ Iya, Mas," jawab Hany kepada pengendara itu.
“Ayo, Mbak, naik!” ucap orang itu membukakan pintu mobilnya.
“Maaf, Mas, saya tidak kenal Anda, lagipula saya sedang menunggu ojek yang saya pesan,” ucap Hany dengan nada sinis kepada pengemudi itu.
“Iya memang kita tidak saling kenal, saya driver yang anda pesan. Coba cek saja di ponsel Anda wajah saya miripkan dengan yang di profil driver itu?" ucap si pengemudi dengan lantang agar bisa terdengar oleh Hany, karena hujan sangat lebat sekali.
“Saya pesan SOBike, Mas! bukan SOCar.” Hany membuka ponsel untuk mengecek aplikasi.
Astaga ternyata gadis itu salah memesan, dengan wajah merah karena malu dia langsung sigap naik ke mobil itu lagipula hujan dan petir ini membuatnya takut.
“Bagaimana? Mbak, saya sama tampannyakan dengan photo di profil itu?” Dengan sangat percaya dirinya driver itu berbicara sambil tersenyum menunjukan giginya yang cukup rapih dan bersih.
Hany menghela napas pendek dan mengkerutkan dahinya. "Ya, sudah jalan tunggu apalagi!" ujar Hany dengan nada sinis.
“Jangan galak–galak, Mbak! nanti jodohnya kabur," ucap sang driver itu sambil mengulurkan tangannya, "saya Gilang." Lanjutnya mengajak berkenalan
“Heuumm” Hany menghiraukan uluran tangannya dan tidak sedikitpun melirik pria itu.
Gilang langsung menarik lagi uluran tangannya dan menjalankan mobilnya.
Jalan sangat macet karena hujan lebat dan juga banjir. Gilang sepanjang jalan tidak berhenti bernyanyi. Suaranya sangat merdu namun, Hany merasa risih. Lagu yang dia nyanyikan belum kelar sudah berganti lagu lain dengan seenaknya.
“Mas, bisa tidak Anda tak usah menyanyi! saya pusing mendengarnya.” Hany menutup telinga, entahlah hari ini dia sangat emosi.
Awalnya gadis itu akan menjenguk kekasihnya yang sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Fatmawati namun, saat baru saja dia tiba di pintu kamar perawatan, gadis itu melihat kekasihnya sedang bermesraan bersama teman satu kantornya.
Mengingat kejadian itu Hany tiba-tiba menangis dan tidak bisa membendung lagi air mata yang ia tahan sejak tadi.
“Mbak jangan nangsi dong, masa iya gara–gara saya menyanyi Anda sampai menangis terharu seperti itu.” Gilang dengan wajah bingung dan kikuk memperhatikan Hany yang menangis tersedu-sedu.
Gilang berpikir sepertinya dia salah mengambil penumpang, wanita itu terlihat cantik tetapi sepertinya dia tidak waras. Gumam Gilang dalam hati.
Gilang memberikan tisu kepada Hany. Sesekali Hany mengusap air mata dan kotoran hidungnya dengan tisu itu dan membuang sembarang di mobil Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Mistake
RomancePesan penting jangan pernah naik kendaraan umum saat sedang galau bisa saja masalahmu yang kecil akan membawamu ke masalah yang lebih besar. Seperti halnya Hanny gadis berusia dua puluh tiga tahun (23 tahun) yang sedang menyusun skripsi ternyata d...