7. Opheliac

179 25 1
                                    

Ka Suo dengan rela membiarkan adik tirinya menggunakannya sebagai sandera untuk bisa mendapatkan penawar dari ayahnya dan untuk bisa meninggalkan wilayah Ice Tribe dengan aman. Meski begitu, Xing Jiu dan lainnya tahu bahwa Ka Suo sendiri yang menyerahkan diri pada Li Tian Jin, karena Li Tian Jin sedang tidak dapat menggunakan Spiritual Power, sehingga tak mungkin bisa mengalahkan Ka Suo. Dengan berat hati mereka terpaksa mengikuti kemauan Li Tian Jin karena dia melingkarkan pedang The Deicide ke leher Ka Suo. Li Tian Jin segera menelan penawarnya begitu diberikan, dan menyuruh semua orang tidak mengikutinya saat dia membawa Ka Suo pergi.

Setelah meninggalkan wilayah Ice Tribe, Li Tian Jin membawanya ke pegunungan tandus di dunia mortal.

"Sekarang lepaskan Li Luo dan Lan Shang!" Ucap Ka Suo sambil menjauh dari adik tirinya setelah yakin mereka tak diikuti.

"Pikirmu semudah itu?" Balas sang adik dengan licik.

"Jangan ingkar janji, Shi!" Hardik kakaknya, namun merasa pasrah, jika adiknya benar-benar ingkar janji dia tak bisa berbuat apa-apa. Adiknya sudah menelan penawar, dan sekarang mereka hanya tinggal bertanding saja sesuai kemauan sang adik. Ka Suo dengan senang hati ingin mengalah, tapi dia menguatirkan Li Luo dan Lan Shang.

"Kau mudah sekali dibohongi." Ejek adiknya, "Sungguh lugu. Kau tak pantas jadi raja. Kasihan sekali rakyatmu, memiliki raja yang mudah ditipu."

Ka Suo menatapnya dengan kekesalan yang mulai memenuhi dadanya. "Kau ingkar janji." Balasnya, "Itu bukan sifat raja yang baik. Apa itu yang diajarkan ibu dan ayahmu?! Apa kau mau tahu bagaimana ibu dan ayahmu mati? Akan kuceritakan."

"Aku tak ingin dengar ceritamu." Jawab sang adik, "Aku hanya ingin membalasmu."

"Kau bisa membalasku sesukamu setelah kau melepaskan Li Luo dan Lan Shang." Sahut kakaknya, "Kau ragu-ragu, kan? Aku tahu, kau ragu-ragu karena sebenarnya kau tak sanggup melukaiku, Shi, karena di dalam hati kecilmu kau masih teringat persaudaraan kita. Dan selama masih ada keraguan di hatimu, aku akan dapat mengembalikanmu seperti sediakala."

"Jangan banyak bicara!" Bentak Li Tian Jin, merasa dada dan kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan setiap kali Ka Suo mencoba membujuknya. Rasanya otaknya seperti mau pecah. Dia mundur sedikit, sepasang matanya menatap ke bawah tanpa fokus dengan ekspresi seperti panik, alisnya bertaut, tanpa sadar tangannya terangkat ke kepalanya sendiri.

"Shi?" Tegur Ka Suo dengan kuatir, mengulurkan tangan, "Shi, kau tak apa?"

Sang adik terdiam, seakan mematung, tatapannya masih nanar, tak terfokus. Ka Suo semakin kuatir, merasa adiknya mungkin dikendalikan oleh sesuatu yang entah apa. Dia merasa Shi sedang berjuang melawan sesuatu yang berusaha mengendalikannya seperti boneka. Ka Suo maju mendekati sang adik, tangannya terulur ke bahu adiknya.

Tapi, di luar dugaannya, mendadak rasa sakit Li Tian Jin lenyap seketika dan dia bergerak, menghindari uluran tangan Ka Suo sambil mengayunkan pedang The Deicide yang masih di tangannya. Syukurlah dia memang tak bermaksud menebas kakaknya, hanya memukul kepala kakaknya dengan gagang pedang. Ka Suo yang tak memperkirakan serangan itu tidak sempat waspada, berkelit, atau memasang pertahanan apa pun. Pukulan adiknya telak menghantam kepalanya, membuat kepalanya terasa berputar, pusing, dan dia jatuh pingsan.

...

Ketika dia sadar kembali, awalnya kepalanya masih pusing. Dia membuka matanya, melihat langit-langit kelam yang tak dikenalinya, semua seakan berputar. Sekali lagi dia terpejam sambil menggelengkan kepala, lalu kembali membuka mata birunya untuk melihat sekeliling. Tatapannya sudah terfokus sekarang. Dia berada disebuah goa yang asing baginya. Dari udara yang dihirupnya, dia tahu dia masih di dunia mortal. Berikutnya dia mencoba menggerakkan tangannya, tapi sia-sia, ada sesuatu yang menahan. Kemudian disadarinya dia terikat oleh lingkaran sihir seperti rantai yang terbuat dari lidah api putih yang membelenggu kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kakinya dalam posisi terentang, terbaring di lantai goa, beralaskan kain. Hal lain yang lalu dengan segera disadarinya adalah bahwa dia sekarang tidak mengenakan selembar benang pun, karena pakaiannya digunakan sebagai alas tempatnya berbaring.

"Shi!" Serunya dengan marah, memanggil adiknya. Wajahnya memerah karena geram dan malu, merasa terhina, meskipun jelas Li Tian Jin tidak melakukan apa-apa kecuali menanggalkan pakaiannya dan merantainya.

Li Tian Jin melangkah masuk ke dalam goa. "Kau sudah sadar?!" Sapanya dengan acuh tak acuh.

"Shi! Berhenti bercanda!" Bentak sang kakak, "Lepaskan aku!"

"Apa aku tampak seperti sedang bercanda denganmu, Kakak..?" Balas Li Tian Jin dengan nada mengejek, memberi penekanan pada kata 'kakak' sehingga terdengar sangat mengejek, sambil duduk di sebelah kakaknya. "Kau tahu kenapa kulakukan ini padamu? Ini adalah balasan karena kau telah melecehkanku waktu itu." Yang dimaksudkannya dengan melecehkannya adalah ciuman Ka Suo waktu itu.

Ka Suo hanya menggertakkan gigi dengan marah tanpa benar-benar memperdulikan ucapan adiknya barusan. "Shi, kuperingatkan kau! Lepaskan aku sekarang, atau kau akan menyesal!" Geramnya.

"Kurasa sekarang kau yang sedang menyesal telah berani melecehkanku." Jawab adiknya dengan santai, sepasang mata carnelian yang indah miliknya menelusuri tubuh kakaknya dengan ekspresi yang terlihat seakan tanpa minat, tapi diam-diam menyembunyikan kekagumannya. Bagaimana tidak? Tubuh Ka Suo menyerupai miliknya sendiri, dengan kulit putih pualam tanpa cacad dan bentuk yang bisa dikatakan sempurna. Mata carnelian milik Li Tian Jin bergerak mengamati tubuh di hadapannya, kemudian kembali ke wajah kakaknya, dan dengan sengaja memasang senyum yang terkesan agak kurang ajar.

"Ying Kong Shi!!"  Ka Suo sudah benar-benar marah. Dia tak habis pikir setan mana yang merasuki adiknya yang termanis ini. Dia mengeluarkan tenaganya, berusaha melepaskan diri dari belenggunya, tapi sia-sia. Sihir api dan es milik adik tirinya adalah yang terkuat.

"Tak usah buang-buang tenagamu." Ucap sang adik, menyadari kakaknya sedang berusaha menyalurkan tenaga es-nya ke belenggunya untuk memecahkannya. "Kau takkan bisa memecahkannya."

"Ying Kong Shi, seharusnya aku memberimu pelajaran waktu kau di penjara Ice Tribe!" Maki Ka Suo dengan geram, "Seharusnya aku tidak menolongmu! Seharusnya aku mengajarimu sikap sopan santun!"

"Sayang sekali semua itu sudah terlambat." Balas Li Tian Jin tanpa rasa takut sedikit pun pada kemarahan kakak tirinya. Dia bangun, mengambil sebutir apel yang sudah dikumpulkannya di sudut lain goa, lalu kembali kepada kakaknya. Di ulurkannya apel itu ke depan bibir kakaknya. "Makanlah. Aku akan memeganginya untukmu."

Ka Suo menatapnya dengan marah. Karena kesal, dia menggigit apel itu secuil, tapi bukan untuk memakannya, melainkan langsung disemburkannya ke pipi adiknya. Karena Ka Suo menggunakan sedikit tenaga, secuil apel itu tepat menampar pipi sang adik.

Li Tian Jin sempat terkejut juga merasakan tamparan kecil di pipinya, untung tidak sampai membuatnya lecet. Dia berhenti menjulurkan apel pada kakaknya dan membuang buah itu secara asal dengan melemparnya ke arah belakangnya.

"Aku akan mengajarimu tata krama!" Gerutu Ka Suo padanya, "Kau tunggu saja!"

Li Tian Jin bangun. "Kurasa aku akan menantikan itu." Jawabnya dengan sikap menantang.

"Tunggu!" Cegah Ka Suo ketika dilihatnya adiknya hendak berjalan keluar goa, "Ying Kong Shi, kau bilang kau mau bertarung secara adil?! Mari kita bertarung saja!"

Sang adik berhenti melangkah dan menengok sekilas dari bahunya. "Aku berubah pikiran, Kak." Jawabnya ringan, bernada menyindir, lalu kembali berjalan keluar goa, meninggalkan kakak tirinya yang berteriak memanggil-manggil namanya dengan marah di dalam.

...






Redemption 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang