9. Flawless

326 30 2
                                    

Shi mengerjapkan mata. Kelopak matanya terasa berat, tapi dia berusaha membukanya dan berkedip beberapa kali sebelum sepasang bola mata safir birunya menerawang menatap langit-langit goa. Awalnya pandangannya buram tak terfokus, semua terasa berputar. Rasa sakit masih menghantam kepalanya.

"Shi...." 

Di dengarnya suara yang akrab di telinganya, suara yang sangat dirindukannya. Shi mengernyit, berusaha mengusir rasa sakit di kepalanya, dan setelah sesaat dia berhasil juga memfokuskan dirinya pada sekitarnya. "Kak..." Balasnya lemah, menengok menatap wajah kakaknya yang sedang duduk di sampingnya.

Ekspresi kuatir yang sebelumnya memenuhi paras Ka Suo menghilang, diganti senyum lega penuh kerinduan. "Shi, syukurlah." Bisiknya, kedua tangannya menangkup wajah adiknya. Kemarahan dan dendamnya pada sang adik sebenarnya sudah sirna seutuhnya semenjak wujud Li Tian Jin kembali menjadi Shi yang disayanginya, padahal sebelumnya dia begitu marah sampai rasanya ingin menampar pipi adiknya itu.

Senyum penuh kerinduan juga menghiasi wajah Shi. Dia hendak mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi kakaknya, tapi kemudian disadarinya sesuatu menahannya. Shi terkejut, detik berikutnya disadarinya bahwa kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kakinya terikat dan tertahan oleh rantai yang terbuat dari sihir es, dan dengan mata terbelalak karena shock dia juga menyadari bahwa dia tidak mengenakan selembar benang pun. Semua pakaiannnya di gunakan sebagai alas tempatnya berbaring di lantai goa ini.

Ekspresi muka Shi seperti campuran antara kaget, marah, malu, dan nyaris seperti mau menangis, sehingga Ka Suo hampir tertawa geli menyaksikannya. Adiknya itu lalu menatapnya dengan mata masih terbelalak, mulutnya terbuka, tapi sesaat tak ada kata-kata yang bisa dikeluarkannya.

"Kenapa? Aku hanya membalas perbuatanmu padaku." Ucap sang kakak dengan ekspresi geli menahan tawa, "Kau pasti masih ingat perlakuanmu padaku, kan?" Dia mengamati wajah adiknya yang mulutnya ternganga karena keterkejutan tanpa kata-kata. Secercah pemahaman membias di wajah sang adik, disusul oleh rona merah. Itu cukup memberi arti bahwa adiknya mengerti dan ingat apa yang telah dilakukannya sebagai Li Tian Jin.

Beberapa detik kemudian, Shi baru bisa mengeluarkan suaranya. "K..Kak, a..aku tidak sengaja... waktu itu...." Ekspresinya tampak tegang.

"Sengaja atau tidak, aku harus membalasmu." Jawab sang kakak dengan tegas, namun masih geli, "Apa yang kau lakukan itu tidak benar, jadi biar kau rasakan sendiri bagaimana rasanya."

Dua pasang mata sewarna aquamarine itu bertemu, tapi jelas ini bukanlah jenis pertemuan-kembali yang mereka masing-masing pikirkan sebelumnya.

"Jangan kuatir," Lanjut Ka Suo, membelai lembut kepala adik tirinya, "Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu, karena kau juga tidak melakukan apa-apa padaku. Aku hanya akan membiarkanmu seperti ini sehari semalam, agar kau tahu rasanya. Tapi aku juga telah menyihir goa ini agar tak ada yang bisa menemukannya. Kau aman."

Entah kenapa penjelasan sang kakak itu membuat Shi merasa lega dan menjadi rileks lagi. Setidaknya hanya kakak tirinya itu yang akan melihatnya seperti ini, tak ada yang perlu dikuatirkannya. Sesaat dia memejamkan mata, mengatur kembali detak jantungnya yang sebelumnya terpacu begitu cepat. Kemudian, saat dia membuka kembali matanya untuk menatap kakaknya, dilihatnya kakaknya sedang termangu mengawasi tubuhnya yang terbuka. Shi menahan nafas sedetik, kembali merasa tegang. Jantungnya kembali berdetak dengan irama yang bertalu-talu, membuat dadanya naik turun, darahnya terasa berdesir, rona merah merayap memenuhi kedua pipinya. Rasa malu dan tak nyaman memenuhinya. Secara naluri dia berusaha menarik kakinya agar menutup, tapi tertahan oleh belenggu dari sihir Es yang dibuat kakak tirinya. Udara bebas yang menerpa kulitnya secara langsung yang kini tak terselubung apa pun membuatnya merasa makin tak nyaman, nyaris gemetar.

Redemption 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang