03

333 34 13
                                    


"Kalian?"

Sontak tubuh Vanya dan Aldo tersentak dengan ciuman yang terlepas mendengar suara itu.

Vanya hampir syok melihat pemilik suara tersebut. Pak Reygan pemilik suara itu. Berbeda dengan Aldo yang tampak santai, malah menaikkan satu alisnya.

"Maaf mengganggu, lain kali harus tau tempat untuk berpacaran."

Vanya hendak membuka mulutnya, tapi Aldo mengelus lengannya pelan, pertanda kalau jangan bersuara. Ia langsung berpikir, kenapa Pak Reygan nggak marah? Tumben? Apa dia? Tersadar akan pikirannya, Vanya menggeleng pelan. Lalu ia kembali menatap punggung Reygan yang kini berjalan semakin menjauh.

"Sayang. Ayo."

"Oh iya."

Sedangkan Reygan dengan kepala mendidih meninggalkan sepasang kekasih yang berhasil membuat dadanya sesak. Bayangkan, kali pertamanya ia melihat istri sendiri berciuman dengan pria lain. Berciuman?!

Bahkan dirinya tidak pernah menyentuh istri sahnya itu.

"ARGHHH!" Reygan berteriak frustasi di dalam mobilnya, tak lupa memukul keras setirnya. Ia ingin marah, cemburu melihat Vanya masih mencintai Aldo, dan parahnya dirinya tidak bisa melakukan apa-apa. 

Dering ponsel mengambil perhatiannya, masih dengan amarah yang mendidih, ia mengangkat panggilan yang tak lain dari asistennya.

"Iya, ada apa?"

" .... "

Reygan menghembuskan nafas kasar, "kenapa bisa begitu? Jelas-jelas ini bukan salah perusahaan kita, kenapa harus kita yang ganti rugi?"

" .... "

"Jangan-jangan ada yang me-sabotase dari klien kita. Saya segera ke sana." Ia membanting ponselnya ke kursi sebelahnya. Ia memejamkan kedua matanya dengan amarah yang kian meledak.

Menjadi direktur salah satu perusahaan sudah memiliki apartemen di mana-mana, bukanlah hal yang mudah. Nirwana company, perusahaan yang ia dirikan bersama sang ayah dari nol setelah mengalami kerugian besar yang disebabkan kebakaran itu, kini telah bangkit lagi. Bahkan lebih jaya, membuat banyak perusahaan lain yang iri dengan Nirwana company.

Dosen? Adalah cita-citanya dari dulu. Dan setelah ia berhasil menjadi wakil direktur, karena ia tetap menjadikan sang ayah direktur utama, Reygan memutuskan untuk menjadi dosen. Dan betapa beruntungnya ia satu kampus dengan sang istri.

"Vanya, I love you." Dengan kepala yang hampir meledak, ia melakukan mobilnya menuju kantor, ia segera menyelesaikan masalah yang terjadi.

***
Sudah pukul setengah dua belas, Vanya tak kunjung tidur, bahkan ia semakin gelisah di balik selimutnya. Mengingat tidak ada tanda-tanda sosok Reygan di dalam rumah mewah ini.

Kira-kira kemana ya? Atau mungkin? Ia menggeleng pelan.

"Gue mikir apa sih? Ah, bodoh amat. Terserah dia mau pulang atau enggak. Gue gak peduli," tegasnya seraya menutup wajahnya dengan bantal. Berharap ia bisa tertidur pulas tanpa memikirkan sosok itu.

Sial!

Bahkan, sampai ia kembali membuka kedua matanya, yang mana sinar mentari muncul malu-malu melewati gorden nya.

Sudah pagi? Rasanya ia mengantuk, tidak tahu semalam tidurnya nyenyak atau tidak.

"Bagus deh kalau dia gak pulang. Kalau gini kan gue bebas!" serunya begitu lega. Lalu ia melangkah keluar rumah, dan menghampiri Aldo yang sudah menjemputnya.

***

Saat ini Vanya sedang berada di kantin bersama Aldo, tapi sayang, pikirannya tengah kemana-mana, dan ia tidak fokus selama kelas.

Istri Dosen [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang