chapter 9

519 16 0
                                    


Happy reading!!!


•••


Bel pulang sekolah telah berbunyi dengan segera Della melangkahkan kakinya ke arah parkiran.

Tadi Vano memberitahunya jika hari ini dirinya akan menunggu Della di parkiran untuk mengantarnya pulang.

"El," panggil Della saat melihat Vano telah duduk diatas motornya.

"Hm"

"Ayo Della udah siap pulang."

Mendengar ucapan Della,Vano segera menyalakan motor miliknya. Della yang melihat Vano telah menyalakan motornya segara naik di belakang punggung Vano.

"El kenapa gak jalan?." tanya Della karena Vano belum menjalankan motornya.

"Pegangan"

Mendengar kata tersrbut Della segera melingkarkan tangannya di pinggang Vano, Vano pun menjalankan motornya.

"El Della pengen es krim." ucap Della di tengah lampu merah.

"..."

Tak menjawab balasan apapun dari Vano, Della mencibikkan bibir nya kesal.

"El kalo gamau ke kedai es krim setidaknya jawab pertanyaan Della, kata mamah kalo orang nanya harus dijawab nanti dosa, emangnya El mau dapet dosa." cerosos Della tanpa menyadari bahwa Vano telah menghentikan motornya didepan kedai es krim.

"Turun" suruh Vao.

"Sekarang El mau nurunin Della tengah jalan? Hikss El jangan turunin Della, Della gatau arah kalo El ga niat nganterin Della pulang kerumah harus nya El gausa anterin Della biar tadi Della minta jemput bang Ardhan aja hikss." ucap Della sesenggukan yang masih belum menyadari jika Vano berhenti didepan toko eskrim karena menundukkan kepalanya.

"Gausah nangis." ucap vano terlihat frustasi.

"Della gak nangis ko El, kalo El emang mau turunin Della disini gapapa ko nanti Della tanya aja sama orang yang lewat hiks."

"Dell liat kedepan lo."

"Iyan El nanti Della jalannya ke arah depan, makasih udah ngasih tau Della."

Vano ingi sekali rasanya mencubit hidung gadis itu hingga merah, tapi Vano harus menahan diri dan memperbanyak sabar.

Vano mengangkat kepala della agar tidak tertunduk terus menerus kemudian mengarahkan agar pandangan Della dapat melihat kedai es krim didepannua.

"Lo mau es krim kan? Ayo masuk." suruh Vano diakhir kalimat.

Melihat kedai es krim didepan mata membuat Della cepat-cepat menghapus air matanya dan menarik tangan Vano semangat.

Vano hanya menggeleng kecil dengan tersenyum tipis, dirinya tak menyangka akan mendapatkan kekasih yang sangat menggemaskan seperti Della.

"El, Della mau es krim rasa vanilla tiga yang cup nya besar" ucap Della dengan semangat menyebutkan pesanannya.

"Pesen aja" jawab Vano seadanya.

"El yang bayar kan?." tanya Della membuat Vano mengerutkan dahi nya bingung.

"Kenapa harus gue yang bayar?."

"Kata Elina kalo Della lagi jalan sama pacar Della, Della akan dibeliin apa aja yang Della mau. Kan El pacar Della jadi El yang bayarin es krim nya Della."

"Gue pacar lo bukan orang tua lo jadi bayar sendiri"

Della menundukan kepalanya, "Yaudah gausah jadi beli es krimnya." Della ingin sekali membeli es krim itu, tapi apalah daya Della tidak membawa uang karena uangnya tertinggal di rumah. Tadi pun saat makan dikantin Della di traktir oleh Clarissa.

Vano yang melihat Della menundukan kepalanya merasa kasihan, "Yauda beli aja biar gue yang bayar."

Della mengangkat wajahnya cepat dengan mata berbinar.

"Tapi cuman satu gak lebih" Della hanya mengangguk patuh daripada tidak mendapatkan es krim sama sekali

Bukannya pelit hanya saja Vano khawatir jika Della sakit karena terlalu banyak makan es krim.

Dan soal perihal tadi yang katanya Vano tidak mau membayar es krim pesanan Della hanya ingin mendengar jawaban kenapa Della meminta Vano yang membayarnya.

Sepertinya mulai sekarang Vano harus terus memperhatilan Della bersama teman-temannya karena takut membawa pengaruh buruk terhadap Della.

•••

Setelah memakan es krim di kedai tadi Vano segera mengantar Della pulang ke rumahnya.

Saat di memasuki perkarangan rumah, Vano telah berdiri di hadapan pintu sepertinya menunggu Della pulang.

"Dell kemana aja? Kenapa gak telpon abang buat minta jemput?." tanya Ardha saat melihat adiknya turun dari motor tak dikenalinya.

"Tadi Della pulang bareng El bang, terus El ngajakin dulu Della mampir ke kedai es krim hehe." jawab Della dengan cengiran nya.

"temen kamu yang ngajakin atau kamu yang minta di traktir." tanya Ardhan menggoda, karena sudah tahu tabiat adik perempuannya.

"Abang ish." kesal Della dengan mencibikkan bibirnya.

Ardhan tertawa terbahak melihat Della yang mulai kesal.

"Oh ya ini siapa Dell?." tanya Ardha saat menyadari kehadiran Vano.

"Vano, pacar Della." bukan Della yang menjawab melainkan Vano sendiri meperkenalkan dirinya.

"Pacar?." beo Ardhan. "Yaampun adik abang yang cute ini udah punya pacar." ucap Ardhan heboh sambil mencubit kedua pipi Della gemas.

Della mendelik tajam kearah Ardhan saat Ardhan telah melepaskan cubitannya, bukannya menyeramkan tetapi Della terlihah lebih lucu.

"Em Vano ayo masuk." Suruh Ardhan pada Vano.

Vano mengangguk kemudian mengikuti Ardhan. Della? Sudah ngacir duluan untuk mengganti pakaian.

"Mau minum apa Van?." tanya Ardhan menawarkan minuman.

"Gausah repot-repot bang."

"Hm yaudah." balas Ardhan seadanya.

Ardhan mulai menatap Vano dengan serius. "Lo beneran pacarnya Della?"

"Iya bang"

"kenapa?"

"Kenapa apannya?." bingung Vano.

"Kenapa mau pacaran sama Della?."

Vano mengangguk mengerti. "Gue juga gatau bang, tapi gue merasa ingin aja ngelindungin dia."

"Maksud lo"

"Lo denger penjelasan gue barusan bang, gue males mengulang"

Giliran Ardhan yang mengangguk mengerti. "Jadi lo gak suka sama adek gue?"

"Bukan gak suka tapi belum. Pasti lo pernah denger istilah cinta datang karena terbiasa kan? Sepertinya itu akan tumbuh antar gue dan Della karena jujur gue merasa nyaman berada didekat dia."

"Gue suka sama jawaban lo." Ardhan berdiri dan menepuk bahu Vano. "Gue mohon jaga Della jangan buat dia nangis"

Setelah mengatakan itu Della datang dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

Melihat Della menangis membuat Vano dan Ardhan khawatir.

"Kenapa Dell?." tanya Ardhan

Della segera berhambur ke pelukan Ardhan. "Abang hikss"

"kenapa Dell?

Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang