3 - Nongkrong

72 5 3
                                    

Setelah bel tanda pembelajaran berakhir bunyi, Vania langsung bergegas dengan langkah lebar keluar dari halaman sekolah dengan perasaan yang super duper marah, kesel dan benci. Perasaan itu diaduk aduk menjadi satu hingga menghasilkan suasana hati yang sangat-sangat buruk. Mungkin jika ada orang yang membuat kesal Vania pada saat ini, orang itu dapat dipastikan kena semprot habis-habisan.

Kenapa Vania sangat kesal? Ya karena kejadian beberapa saat yang lalu yang terjadi di taman belakang sekolah.

Vania sekarang sedang menunggu jemputan, ia duduk di halte depan sekolah karena cuma di sana yang ada tempat duduknya. Dengan rasa yang masih jengkel ditambah supirnya yang belum datang, udah lumutan nunggunya, Vania tambah kesel pastinya.

" Pak Toyeng mana sih, lama banget" Ucapnya sambil menghentak hentakkan kakinya di tanah dan juga sambil memandangi kanan kiri melihat jalan siapa tau mobilnya datang, tapi nihil belum terlihat sama sekali.

" Apa gue pesen taksi aja yaa...... tapi mahal, mendingan uangnya gue buat beli makan sama di tabung kan lumayan" Ucapnya sambil berfikir

Setelah dipikir pikir lagi " Tapi udah sore juga, masa iya gue disini sampai malem " Ucapnya sedih sambil memajukan bibirnya.

Mengapa Vania tidak menelfon mamah atau papahnya? karena orang tua Vania lagi keluar kota ada urusan bisnis dan mengapa Vania tidak menelfon Pak Toyeng atau pembantu di rumah, karna ia tidak menyimpan nomer mereka. Maklum setiap mau nge save ia lupa terus.

" Bodo gue ngambek sama Pak Toyeng, mending jalan siapa tau ada yang nebengin. " Ucap Vania langsung beranjak dari kursi, disekolah sudah sangat sepi tinggal pak satpam dan anak-anak yang sedang piket.

Ia berjalan dengan santai, walaupun hatinya masih radak jengkel, tapi sekarang ia menikmati jalan kakinya.

Tak lama ada suara gemuruh motor dari arah belakang Vania dan kebetulan sekarang jalannya lumayan sepi dan otomatis Vania sendiri. Semakin lama semakin keras suaranya.

" Huh apa tu, ngapa makin keras suaranya " Gumam Vania, ia tidak takut cuma khawatir aja dijitt.

Vania yang merasa kepo langsung balik badan dan ternyata ada segerombolan orang yang menggunakan sepeda motor menuju ke arahnya, eh tepatnya melaju melewati jalan yang ada disampingnya.

" Bodo kagak peduli gue mending lanjut jalan " Ucapnya santai lalu melanjutkan jalannya.

Saat segerombolan itu melewatinya, Vania sedikit lega, ia tadi sempat berpikir yang tidak-tidak tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.

Siapa sangka yang tadi melewati Vania adalah segerombol anak-anak dari Vanostra. Valeron dengan gagahnya memimpin didepan dengan menggunakan jaket kebanggaan mereka. Sungguh mempesona indah wajahnya

Saat Valeron melewati seseorang, ia seperti tidak asing dari postur tubuhnya dan juga seragam yang dikenakan orang itu.

" Kaya..."

Tanpa pikir panjang ia langsung melihat orang itu dari kaca spionnya. Dan benar dugaannya, Valeron mengenalinya. Saat sampai di perempatan Valeron menghentikan semua anak-anak dengan memberi kode dengan kepalan tangan menjulur keatas.

" Gue ada urusan, kalian semua bisa langsung ke basecamp duluan nanti gue nyusul." Ucapnya dengan tegas, aura sang ketua tidak main-main.

Semua orang mengangguk mengerti dan langsung melanjutkan perjalanan dengan dipimpin oleh sang wakil ketua. Yaitu Brayen, teman-teman Valeron yang lainnya juga tidak berani bertanya karna ya urusan pribadi itu dan juga private, semua tentang Valeron tidak harus mereka semua tahu.

VALERONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang