Chapter 2

1.1K 175 44
                                    

WARN : THIS BOOK CONTAINS MATURE CONTENT THAT IS NOT SUITABLE FOR SOME AUDIENCES. PLEASE BE A WISE READER.

©BB922020
_____________________________________

"Ada lagi yang harus kutandatangani?"

Suara berat itu terdengar begitu cocok dengan postur tubuh tinggi nan atletis di balik jas hitam seorang pria berwajah tampan. Rahangnya yang tajam, alis hitam tebal, serta bibir penuh, dan dahi indahnya menjadi bukti nyata kebesaran Tuhan yang mampu menciptakan sosok sempurna tanpa cacat sepertinya.

Pria itu menorehkan tanda tangan di berkas terakhir sebelum melirik sekretarisnya.

"Hmm.. Tidak ada, Sajangnim."

Pria itu mengangguk singkat mendengar jawaban tersebut kemudian beralih menuangkan botol wine ke dalam gelas kosong yang sedari tadi ada di pinggir meja menemaninya.

"Meeting dengan pimpinan cabang di Jepang akan di mulai dua jam lagi." Ujar sang sekretaris mengingatkan seraya dengan sigap mengambil alih tumpukan berkas yang sudah selesai ditandatangani.

Park Chanyeol bangkit dari duduk dan berjalan menuju sudut ruangan kerjanya sambil menyesap wine di tangan dan berhenti ketika tepat berada di depan sebuah meja kecil di samping rak buku tempatnya menaruh vinyl player hitam.

"Omong-omong bagaimana acara kemarin?" Tanya sang sekretaris bernama lengkap Kim Jongin yang juga merupakan teman baik Chanyeol sejak duduk di bangku SMA.

Chanyeol menggeleng sambil memilih piringan hitam. "Kacau. Kekasihnya datang."

Setelahnya terdengar suara merdu penyanyi The Beatles memenuhi seisi ruangan kerja Chanyeol sementara sang pemilik ruangan menyandarkan tubuhnya pada rak buku.

"Sudah kuduga. Adikmu itu terlalu berani merebut Sehun dari kekasihnya. Aku kasihan dengan lelaki itu."

Ucapan Jongin membuat pria berumur 32 tahun itu menghela napasnya.

"Anak itu terlalu mencintai Sehun. Aku bisa apa? Aku hanya bisa memastikan keinginan anak itu terkabul." Balas Chanyeol seraya menggoyangkan gelas wine di tangannya dengan tatapan kosong.

"Kau terlalu memanjakannya, Park." Cibir Jongin. "Lalu bagaimana denganmu sendiri?"

"Apa?"

"Kau tidak ingin mencari cintamu? Tidak ingin menikah? Kau tidak malu dilangkahi oleh adikmu?"

Chanyeol hanya balas menatap sekretarisnya dengan datar tanpa menaruh minat pada pembahasan mereka. "Terima kasih sudah mengingatkanku." Sahutnya.

Jongin mengangkat bahu. "Aku hanya takut kau berniat melajang selamanya. Kau akan menyusahkanku jika begitu."

"Selera, Jongin. Seleraku terlalu tinggi."

Jongin tentu saja mengingat jelas tentang daftar kesempurnaan yang harus dimiliki oleh pasangan Chanyeol.

Karena selain sosok yang pemilih, Chanyeol merupakan seorang CEO ternama paling disegani yang namanya selalu terpampang hampir di setiap perusahaan di segala bidang yang ada di Asia dan Eropa. Kekayaan yang tak bisa diukur dengan pikiran dan kemewahan gaya hidup sudah menjadi bagian dari dirinya. Chanyeol tentu tak ingin memiliki pasangan yang tidak jelas asal-usulnya atau tidak cocok dengan gayanya.

Chanyeol bukan sekadar pria kaya biasa.

"Kau bahkan tidak pernah berkencan lebih dari satu bulan." Jongin menarik sudut atas bibirnya mengejek Chanyeol.

L'AMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang