16

549 67 26
                                    

DALAM perjalanan ke markas, Chanyeol mampir di loket drive-through untuk membeli kopi lagi. Kopi dari Mrs. Gibson tawarkan adalah kopi biasa, bukan kopi dengan tambahan rasa, tetapi begitu encer sehingga Chanyeol bisa melihat dasar cangkirnya melalui cairan itu. Dia membutuhkan kafein. McDonalds membuat kopi yang enak, dan dia tidak ingin mengambil risiko mengunjungi toko serba-ada lainnya. Sebuah drive-through pasti sama sekali tak menarik, bukan?

Sang kasir, gadis remaja kurus yang sepertinya memiliki tinggi 180 sentimeter membuka jendela loket. “Krim atau gula?” dia bertanya, kemudian membelalakkan matanya yang sudah menonjol dan memutarnya dua kali ke arah meja kasir sebelum berkata tanpa suara : Panggil polisi.

“Tidak, hitam saja,” Chanyeol menjawab sambil memeriksa interior restoran seklias. Semua orang di balik gerai saji tampak berdiri kaku, bukannya mondar-mandir seperti biasa, mengerjakan pesanan. Dia dapat melihat berapa banyak pelanggan di dalamnya, tetapi semua yang dia lihat melakukan hal yang sama : berdiri kaku.

Tidak mungkin. Tidak lagi. Apa salahnya?

“Bajingan keparat,” dia bergumam, menahan desakan untuk membenturkan kepalanya ke setir mobil. Yang dia inginkan hanyalah secangkir kopi, tetapi seorang pecundang brengsek sedang merampok tempat ini. Apa salahnya hingga alam semesta menghambatnya mendapatkan sedikit kopi dan meminumnya dalam kedamaian?

Dia tidak dapat melihat si perampok, tetapi bisa menduga lokasi si penjahat. Sebenarnya si penjahat berdiri ke sisi pintu yang akan terbuka hampir berhadapan dengan mobil Chanyeol. Yang tidak bisa dia lihat adalah kemungkinan si perampok menodongkan senjata ke kepala seorang anak kecil atau semacamnya.

Dengan cepat dia memandang berkeliling. Ya, itu dia, terparkir di sebelah kanannya: mobil tua yang mesinnya masih menyala, asap mengepul dari knalpotnya. Tidak ada pengemudi, jadi artinya si brengsek bodoh ini sendirian.

Gadis bermata lebar itu menyerahkan kopi kepada Chanyeol. Dia mengangguk kecil kepada si gadis, berpura-pura menyesap kopi, kemudian berkata keras, “Kopi ini sudah lama. Tolong, bisakah membuat kopi baru?”

Gadis itu menatapnya dengan ekspresi menderita. Chanyeol berkata, “Dengar, jika Anda pikir membuat kopi baru adalah masalah besar, saya ingin berbicara dengan manager Anda.” Sambil berbicara, dia membuka dompetnya, membiarkan gadis itu melihat lencana sekilas. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, mengangguk secepat anggukan Chanyeol, kemudian berkata, “Ya, Sir. Tapi, akan makan waktu sebentar.”

“Saya tidak keberatan.”

Sial. Sekarang bagaimana? Mobilnya terlalu dekat ke gedung sehingga dia tidak dapat menyelinap keluar dari pintu pengemudi. Dia bergerak secepat mungkin, menetralkan persnelling, menaruh gelas plastik di penyangga, melepaskan sabuk pengaman, dan menyeret tubuhnya keluar dari pintu penumpang, menyambar gelas kopi itu sambil bergerak. Dia tidak punya waktu untuk disia-siakan. Kekacauan pasti akan berlangsung dengan cepat, dan orang-orang akan terluka. Hal terakhir yang dia inginkan adalah melontarkan serentetan tembakan di restoran cepat saji yang penuh.

Dia membuka tutup plastik gelas kopinya, memutar ke depan mobil, dan sedang menarik senjata dari sarungnya saat bertabrakan dengan bajingan berleher kokoh yang menerobos pintu dengan kantong uang di satu tangan dan pistol di tangan lainnya. Bajingan itu meraung, “Minggir, sialan!” dan menodongkan pistol ke arah Chanyeol.

Dengan tangan kirinya, Chanyeol melemparkan kopi panas itu ke wajah si bajingan, bersama dengan gelasnya. Si bajingan melolong, secara otomatis mengangkat kedua tangan ke wajahnya. Dia begitu dekat, kurang dari setengah langkah, sehingga pistolnya nyaris menghantam hidung Chanyeol saat dia mengayunkannya. Chanyeol mengayunkan tangan kiri dan menangkap pergelangan tangan orang itu, meremasnya dengan keras. Si bajingan memekik bagaikan anak perempuan kecil, suaranya tinggi karena panik, lalu menjatuhkan pistol, yang terus tergelincir di trotoar dengan kecepatan dan suara yang membuat Chanyeol terdiam, lalu menatap senjata itu dengan tidak percaya. Sebuah pistol yang berat tidak akan tergelincir seperti itu. Hanya sesuatu yang ringan, dan terbuat dari plastik—

VEIL OF NIGHT ㅡ CHANBAEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang