05.

44 5 13
                                    

05. Peristiwa Tak Terduga

Ketahuilah, menyaksikanmu terluka lebih menyakitkan daripada melihatmu bersama orang lain

________________________________________


Daniel mungkin bisa dinobatkan sebagai ayah yang paling bisa menguji kesabaran anak perempuannya. Bagaimana tidak, di saat Nafsa diselimuti rasa gugup sepanjang perjalanan pulang karena perintah mutlak Daniel yang memintanya untuk segera pulang, ternyata hanya untuk makhluk berbulu abu-abu yang sedang menyusui empat makhluk berukuran kecil di sekitarnya.

Ya, Greycia atau yang lebih sering disebut Grey—kucing abu-abu kesayangan Daniel selain Oyen—telah melahirkan empat ekor anak kucing. Menambah pengeluaran keluarga dan mungkin akan memotong uang jajan Nafsa karena kebutuhan tongkol segar dan beberapa bungkus Whiskas yang semakin banyak.

Nafsa mengepalkan tangan geram saat Daniel memperkenalkan empat ekor anak kucing itu sebagai keponakannya. Kenapa keponakan? Karena Nafsa dan Grey adalah saudara kata Daniel. Entah apa yang dipikirkan pria itu sampai membuatan ikatan persaudaraan antara putri semata wayangnya dengan dua ekor kucing peliharaan mereka. Tapi yang jelas, Daniel dan Jiya di sini mengaku berperan sebagai orang tua mereka bertiga.

Nafsa kesal bukan main. Bukan hanya karena merasa dipermainkan, tapi juga rasa tak enak karena meninggalkan Arjuna tanpa penjelasan apa pun. Maka dari itu, karena masih dalam mode marah dengan Daniel, hari ini ia memilih minta jemput Ceisya daripada diantar Daniel.

Setelah Bu Astri mengakhiri pelajaran hari ini, seluruh siswa 11 MIPA 2 kompak berhamburan keluar kelas untuk mengganti seragam sambil mengeluh keras. Banyak yang mengaku kepalanya terasa seperti akan meledak karena mengerjakan ulangan Matematika tadi. Memang benar-benar membuat kepala terasa mengepul. Namun, di antara banyaknya yang mengeluh akan kesulitan mengerjakan soal, masih ada beberapa yang malah asik berdiskusi mengenai jawaban mereka. Tentu saja, yang berdiskusi seperti itu hanya golongan anak-anak pintar. Bagi yang menganggap jika ulangan sudah lewat tak perlu dibahas lagi, lebih baik segera melipir ke kamar ganti sebelum Pak Raja mengamuk.

Nafsa memang tak cukup dekat dengan anak-anak kelasnya. Meski begitu ia masih punya teman dekat, seperti Samantha atau yang lebih dikenal Samy dan Yashinta yang memang berada di satu kelompok yang sama. Dua gadis itu Nafsa rasa punya beberapa kesamaan dengannya, sehingga Nafsa lumayan merasa cocok bicara dan dekat dengan mereka.

Butuh waktu lama untuk para gadis selesai mengganti seragam hijau kotak-kotak yang dikenakan hari ini menjadi seragam olahraga. Berbeda dengan para pemuda yang sudah asik bermain di lapangan, para gadis itu masih butuh menyemprotkan beberapa parfum ke seragam mereka sebelum beranjak dari kamar ganti.

Nafsa, Yashinta, dan Samy berjalan beriringan menuju lapangan. Tiga gadis itu memilih duduk di sisi lapangan yang menjadi batas antara lapangan basket dan lapangan futsal yang sedang digunakan kelas 10 sambil menunggu Pak Raja datang daripada mengacaukan permainan anak laki-laki seperti geng Thiana. Walau berikutnya Samy terpaksa beranjak karena panggilan Abin untuk bergabung bermain basket bersama mereka. Fyi, Samy adalah anggota club basket sekolah.

Semua berjalan seperti biasa. Samy berhasil mengalahkan tim Abin dengan poin yang cukup jauh. Gadis itu tersenyum kemenangan kembali ke tempat Nafsa dan Yashinta duduk. Awalnya dua gadis itu mengira Samy akan istirahat, tapi saat Samy menarik lengan mereka berdua menuju lapangan barulah mereka sadar kalau Samy punya niat lain.

Before It's Too Late (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang