Seaflo back!
Happy reading, dear<3
***
Manhattan, New York - 7:30 PM
Dating? Entahlah Florence tidak bisa mengatakan kalau malam ini ia dan Sean sedang berkencan. Memangnya orang normal mana yang pergi berkencan ke sebuah wahana permainan? Meskipun permintaannya cukup aneh tetapi Sean terlihat tidak keberatan namun tetap saja ia selalu melihat kerutan di kening Sean.
Pria itu sepertinya baru pertama kali pergi ke wahana permainan jika dilihat dari ekspresi kebingungan yang Sean tunjukkan.
"Ice Cream!" pekik Florence semangat, kedua matanya membulat diiringi satu tangannya yang menunjuk sebuah kedai Ice Cream yang tak jauh darinya.
Alis tebal Sean menaik, tatapannya beralih pada Florence. "Kau mau?"
Kepala Florence mengangguk otomatis. Ia menyukai Ice Cream—sangat.
"Tunggu disini, akan ku belikan..."
Sean melangkah menjauhi Florence, awalnya pria dengan balutan jas itu mengernyit heran karena ia berpikir tempat ini adalah tempat tertutup tapi ternyata tempat terbuka dan masih sangat ramai. Sean menyesal karena mengiyakan permintaan Florence yang mengajaknya ke tempat ini, kalau saja ia tahu mungkin ia sudah menolaknya saat di perjalanan tadi.
Sean harus menahan malu karena penampilannya yang cukup mencolok disini... Well, bagaimana bisa ia pergi ke sebuah wahana permainan dengan memakai kemeja dan jas formal? Memalukan, disaat semua orang yang berkunjung hanya mengenakan kaus atau sweater biasa justru dirinya mengenakan jas formal layaknya seseorang yang ingin melaksanakan meeting.
Setelah beberapa menit menunggu Sean kembali, Florence akhirnya mengeluarkan senyum manisnya dengan kedua tangan yang meraih lalu menggenggam sebuah cone yang berisi ice cream rasa vanilla sedangkan di sampingnya ada Sean yang dengan setia selalu menemaninya kemanapun, bahkan pria itu ikut bermain komedi putar bersamanya. Pria itu seakan tidak peduli jika dijadikan tontonan oleh orang lain. Ah, lebih tepatnya Florence memaksa Sean untuk ikut naik.
"Terima kasih," ucap Florence kemudian ia menjulurkan lidahnya untuk merasakan ice cream miliknya.
Sean yang melihat itu ikut membasahi bibirnya menggunakan lidahnya lalu memperketat pelukannya di pinggul Florence dan menatap tajam pria bajingan yang diam-diam melirik wanitanya.
Fuck! Seharusnya ia menyuruh Florence untuk mengenakan pakaian yang tertutup tetapi ia tidak bisa melakukannya karena ia pun seakan terhipnotis oleh kemolekan tubuh Florence saat pertama kali melihatnya.
"Terima kasih untuk apa?" tanya Sean setelah beberapa menit ia membungkam mulutnya.
Florence menghentikan langkahnya lalu menghadap ke arah Sean dan mengangkat kedua tangannya tepat di depan wajah tampan Sean. "For this," kata Florence dengan senyum yang merekah.
Sean ikut tersenyum kecil lalu tanpa aba-aba ia mengecup pipi Florence, membuat tubuh wanita itu membatu seketika namun beberapa detik kemudian Florence kembali tersadar.
"Kau pamrih ya?" cetusnya seraya menyiniskan pandangannya.
Sean tertawa lebar lalu mengusap puncak kepala Florence hingga rambut wanita itu berantakan. "Kenapa harus berterima kasih hanya untuk dua cone ice cream, hm?"
"Itu kan karena kau sudah mentraktirku jadi aku berterima kasih."
"Itu bukan mentraktir, baby... Aku hanya membelikanmu dua cone saja," ucap Sean lalu ia mengajak Florence untuk duduk di sebuah kursi yang kebetulan letaknya berada di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youth Is Yours [#3 JEFFREY]
Любовные романыMature, Romance Sequel Me and Mr Billionaire Cerita ini terinspirasi dari lagu Troyee Sivan •DON'T BE SILENT READER• • • • Aku pernah berpikir bagaimana jika aku sudah dewasa aku akan bertemu dengan seorang pria yang tampan dan seksi seperti Daddy...