"Ini bukan tentang empati tetapi tentang hati."
-Raja & Ratu-
👑👑👑
"Perjodohan?" ucap Ratu dan Zidan bersamaan. Mereka saling melempar tatapan bingung."Perjodohan antara siapa om? Ratu belum paham."
Irwan mengangguk sambil tersenyum, "Akan om jelaskan, Ratu. Jadi, dulu om dan ayahmu pernah membuat sebuah rencana kalau nanti kamu sudah lulus sekolah, kamu akan dijodohkan dengan Zidan. Ini amanah dari ayah kamu."
Ratu terkejut bukan main, sama halnya dengan Zidan. Mereka sama-sama terkejut mendengar penuturan Irwan.
"T-tolong ceritakan lebih detailnya om," pinta Ratu yang disetujui oleh Irwan.
"Baiklah, jadi ceritanya seperti ini...,"
"Irwan, sepertinya anak kita cocok ya," ujar Fahri sesekali melirik ke arah Ratu dan Zidan yang sedang bermain bersama.
"Iya, mereka juga sudah sangat akrab dan dekat," jawab Irwan.
"Bener banget. Menurutmu kalau kita menjodohkan mereka bagaimana?"
"Kalau aku sih setuju-setuju saja, bagaimana saat Ratu sudah lulus SMA?"
"Boleh, aku setuju," jawab Fahri sambil tersenyum. "Tapi, jika nanti salah satu diantara keduanya menolak perjodohan ini. Maka kita tidak bisa memaksa mereka, tapi aku berdoa semoga anak kita berjodoh," sambungnya.
"Iya, kalau nanti mereka tidak setuju. Biarlah mereka menentukan pilihan mereka sendiri," jawab Irwan seraya tersenyum.
"Jadi begitu," ujar Irwan menyelesaikan ceritanya. "Bagaimana, apa kalian setuju?"
Ratu benar-benar dibuat kaget dengan semua ini. Bagaimana mungkin ia menikah dengan Zidan yang sudah ia anggap sebagai sahabat sekaligus abang untuknya.
"Ngomong aja nak, jangan sungkan."
Ratu berdehem, tak enak hati. "Ratu minta maaf banget. Tapi, Ratu gak bisa terima perjodohan ini. Ratu gak ada rasa apapun sama Bang Zidan, kecuali rasa sayang sebagai sahabat sekaligus abang."
Ratu menjeda ucapannya. Ia menatap Zidan yang juga menatapnya. "Lagian bang zidan juga cuman anggep Ratu sebagai sahabat sekaligus adek, iya kan bang?"
Ratu menjebaknya. Zidan jelas tidak setuju dengan pernyataan Ratu. Kerena apa yang diucapkan Ratu berbanding terbalik dengan yang dirasakan Zidan. Zidan hanya mampu tersenyum walaupun sakit.
Zidan sadar, ia tak lebih dari seorang sahabat dan abang untuk Ratu. Harapannya pupus, Ratu sama sekali tidak menginginkan dirinya. Zidan hanya bisa diam, ia sakit hati.
Irwan tersenyum hangat. "Om menerima penolakanmu Ratu. Lagi pula om dan ayahmu tidak memaksa," ucapnya membuat Ratu tersenyum lega. Irwan beralih menatap anak sulungnya.
"Zidan?"
Zidan diam, ia tampak melamun.
"Zidan!" Ia menepuk paha laki-laki itu, membuat sang empu tersentak kaget dan langsung menatap sang ayah.
"Hah? Iya, kenapa Yah?"
Irwan geleng-geleng. "Gimana tanggapan kamu tentang perjodohan ini?"
"Tanggapan apa?" ucapnya diakhiri tawa kecil. "Ratu udah nolak, terus apa yang mau ditanggapi?" Ia menatap Ratu dengan dalam.
"Ratu cuma anggep aku sahabat dan abangnya, aku juga gitu. Ratu sahabat sekaligus adikku. Gak lebih. Kalaupun aku terima perjodohan ini kayaknya percuma aja, aku gak bisa maksa Ratu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja & Ratu [REVISI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA] SEMENTARA AKU UNPUBLIK DULU, MAU REVISI Ratu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan mengalami pernikahan saat SMA. Di ajak nikah oleh teman kelasnya sendiri. Laki-laki yang tidak pernah bosan m...