Langitku bersedih lagi,
Lagi, lagi menumpahkan tetesan air membanjiri permukaan tanah
Meluapkan aliran air sungai tak terhingga jumlahnya
Kadang ia berhenti sesaat, kemudian lanjut sesenggukkan
Tidak ada gunanya mengeluh,
Bagai sedang memotong irisan bawang merah
Tanpa sebab aku ikut menangisi
Merindu kehangatan sang mentari yang menyilaukan mata
Dibuat menggigil sekujur tubuh oleh hembusan napas hujan
Merintih agar hujan cepat reda, memberi jeda sejenak untuk bernapas lega
Tetapi ia terus turun seperti menghukum kami
Dingin ...
Rasa sakit tak juga sembuh, hati semakin gelisah
Ingin melangkah harus terhambat karena kemalasan
Tapi ... Aku tetap melawan rasa yang mengurung diri ini
Melawan guyuran air hujan yang nakal
Memberikan rasa semangat untuk di sekitarku
Hujan tidak selalu buruk
Awal Septemberku memang menyukai musim dingin
KAMU SEDANG MEMBACA
Senisa (kumpulan puisi)
PuisiMenyalurkan ide sekaligus hobi dalam menulis puisi <333 **** Credit cover by Pinterest.