Ngaji jomblo 01: Mencari kayu di hutan

1.1K 46 5
                                    

By: Ust. Felix Siauw

Ngaji jomblo 01: Mencari kayu di hutan (biar ngak nyesel setelah nikah)

.

.

.

Alkisah, di suatu negeri hiduplah seorang pencari kayu yang pekerjaannya mencari kayu (lah iya😔)

Suatu hari, si pencari kayu diminta untuk masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu, namun dengan aturan:
1. Dia hanya boleh ambil SATU kayu yang menurutnya kayu paling baik dan paling bagus.

2. Dapet gak dapet, dia harus terus maju ke depan tidak boleh kembali ke belakang.


Apa yang terjadi?

Begitu si pencari kayu masuk ke dalam hutan dan memulai pencariannya, tak berapa lama ia menemukan satu kayu yang bagus banget.
Si pencari kayu seneng, namun pikirannya berkata;

"kayaknya di depan, kayunya bakal lebih bagus. Gak pa-pa deh ini didiemin aja, kan baru mulai, sayang nanti kalo aku dapat kayu yang lebih bagus aku akan nyesel" akhirnya kayu itu ditinggalkan dan si pencari kayupun melanjutkan perjalanannya.

Tak berselang lama, si pencari kayu menemukan kayu yang jauh lebih bagus dari kayu yang pertama. Kayu kedua ini lebih mulus, lebih keren, lebih indah, beda-lah dengan kayu pertama.
Namun, apa pikir si pencari kayu itu?
"Ini kan ini belum setengah jalan, pasti akan ada kayu yang lebih bagus sedang menanti di depan"

Akhirnya ia kembali meninggalkan kayu yang bagus itu.

Di pertengahan jalan, ia kembali menemukan kayu, dan kali ini lebih bagus dari kayu ke dua, lebih cerah warnanya, lebih keras teksturnya, sampai si pencari kayu berpikir "apa aku ambil yang ini saja ya?"

Tapi kemudian ia berpikir lagi, "kalau seandainya begini terus tracknya (bagus terus dari awal) di depan ini mesti ada kayu yang lebih bagus lagi!"
Maka si pencari kayu kembali meninggalkan kayu yang bagus itu dan melanjutkan perjalanannya.

Ternyata benar, si pencari kayu memang sedang beruntung. Lagi-lagi ia menemukan kayu yang jauh lebih bagus dari sebelum-sebelumnya.

Namun bukannya diambil, kayu yang ia temukan kali ini justru membuatnya makin berharap kalau di depan nanti, ia pasti akan mendapatkan kayu yang jauhhhh lebih bagus lagi, maka lagi-lagi ditinggalkannya kayu tersebut.

Hingga tanpa terasa, si pencari kayu hampir sampai di ujung hutan.

Begitu ia mendapati kayu kembali, ternyata kayu yang ditemukan kali ini tidak sebagus kayu-kayu sebelumnya.

Kayu yang ini lebih getas, lebih gelap, tidak seperti yang dibayangkan.
Si pencari kayu jadi perpikir "harusnya aku ambil yang tadi! Tapi tidak apa-apa, daripada aku ambil yang ini, lebih baik aku cari lagi yang di depan"

Begitulah perjalanan si pencari kayu, ia tinggalkan kayu yang tak bagus tadi, dan mengulang kejadian yang sebelum-sebelumnya, menemukan kayu-kayu yang lebih bagus dari kayu yang terkahir, namun membuat si tukang kayu kembali berpikir bahwa di depan, ia akan mendapati kayu yang lebih bagus lagi.

Bahkan, si tukang kayu juga berpikiran;
"ini bagus sih, tapi gak sebagus yang di tengah! Kalau aku dapat lagi seperti yang di tengah, aku pasti akan langsung ambil dan keluar dari hutan ini!" .

Si tukang kayu kembali melanjutkan perjalanan.
Akhirnya apa yang terjadi pada si tukang kayu? Hingga keluar dari hutan, tak ada satupun kayu yang bisa ia bawa pulang ke rumah.


Selesai.

.

Ini adalah sebuah analogi orang yang mau nikah, tapi dia ngak ngerti kenapa dia mau nikah, dan ngak ngerti juga tujuan menikahnya untuk apa.

Kajian pra nikah dan parentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang