b e r t a h a n

506 43 3
                                    

_________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________


KAU tahu apa yang paling menyakitkan? Menguatkan diri untuk orang-orang yang kehilangan di saat dirimu juga berada di posisi yang sama.

Hari itu, bukan satu atau dua, tetapi hampir seratus orang mati sia-sia. Sia-sia, karena mereka belum mendekati kemenangan, semili pun tidak. Kenyataan yang dia telan bulat-bulat saat mengedar pandang dengan sebelah netra yang masih tersisa.

Mati. Semua mati.

Kedua kaki dipaksanya untuk bergerak, kepalanya menoleh ke segala arah—berharap menemukan orang lain yang masih bernapas.








"... di mana ... Moblit?"










Dia ingat. Dia yang berteriak saat tahu akan terjadi ledakan besar akibat Titan Kolosal. Dia ingat. Bahwa kemudian dia tahu kematian akan segera menjemputnya. Berbisik, "Akhirnya kau sampai di sini, Hanji Zoe." Mengumpat padanya, "Kau lama sekali, sialan."

"Peganglah tanganku. Kita akan pergi ke tempat yang lebih baik."

Mungkin dia akan benar-benar menyerah, menyambut uluran tangan kematian, melupakan segala sesal yang selalu menyulut semangat hidupnya. Sebelum dia mendengar dan merasakan.


"Hanji-san!"



Ah.

Dia jatuh terduduk, memeluk jubah hijau yang koyak penuh darah. Meringis tanpa menangis. Meraung tanpa suara.


"Buntaichou! Jangan dekat-dekat!"

"Duh, Buntaichou! Lima menit lagi kita akan berangkatt! Apa yang sedang Anda lakukan?!"

"Ini bisa kita lakukan nanti! Sekarang ayo berangkat, Buntaichou!"




Sekali lagi.

Sekali lagi, dia—

"Hanji-san!"

____



sekali lagi,

sekali lagi dia kehilangan,

sekali lagi dia menyesal,

sekali lagi dia bertahan,

sekali lagi dia harus bertahan,







["Kalau terjadi sesuatu padaku, komandan selanjutnya dari Pasukan Pengintai adalah kau, Hanji Zoe."]








sekali lagi,

dia harus berdiri di garis terdepan,

sekali lagi,

dia harus memasang punggung tegar,

sekali lagi,

dia harus mengucap salam perpisahan,

tetapi tenang saja,

hanya tinggal sekali lagi.











["Moblit, maafkan aku."]












sekali lagi saja,

izinkan dia untuk kembali kuat,

sekali lagi saja,

izinkan dia kembali bertempur untuk semua,







["Maafkan aku, karena belum bisa menyertaimu."]
















semua yang telah meninggalkannya.






_______

f l y – a w a y

[ untukmu yang sekali lagi masih b e r t a h a n,

h i d u p l a h. ]

_____



_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
fly awayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang