Note : Sebelum baca tolong klik votenya dan follow akun author donk. ^^
Lily langsung membuka mata dan meraih ponselnya, lalu mematikan alarm. Tapi, saat hendak menaruh ponselnya kembali pada nakas, dilihatnya sebuah pesan masuk ke dalam Whatsappnya dan berasal dari nomor asing. Nomor yang tidak tersimpan pada kontaknya. Rasa penasaran memenuhi dirinya.
Lalu, dibukanya pesan tersebut dan sang pengirim pesan yang memperkenalkan dirinya dengan nama Diana, memberi Lily sebuah kabar baik. Wanita itu meminta Lily datang ke Kantor Personalia The Westin Hotel Jakarta yang beralamat di Gedung Gama Tower, Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan. Dia meminta gadis itu datang menemuinya pada pukul sembilan pagi untuk menandatangani kontrak perjanjian kerja.
Rasanya hati Lily melompat kegirangan, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh atmosfer kebahagiaan. Sebuah jalan untuk menggapai mimpinya kini mulai terbuka di hadapannya dan tidak lama lagi ia dapat membantu perekonomian keluarganya.
Gadis itu menutup mulutnya yang sedari tadi ingin berteriak, ia ingin memberitahu semua orang jika ia diterima bekerja, meski hanya sebagai seorang guru privat. Setidaknya, ilmu yang selama ini ia pelajari tidak akan sia-sia, sebab ia menjadi seorang pengajar.
Lily mulai membalas pesan tersebut, "Terima kasih Kak untuk pemberitahuan ini, saya akan datang ke sana tepat waktu. Terima kasih untuk kesempatan yang telah diberikan kepada saya oleh Mr. dan juga Kakak. Sampai jumpa dan selamat pagi."
Setelah membalas pesan tersebut, Lily turun dari tempat tidurnya dan langsung berjalan tergesa keluar dari kamar tidurnya mencari keberadaan orang tuanya.
Ia menelusuri ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan terakhir dapur. Ia tidak menemukan keberadaan papa dan mamanya. Lalu, ia memutuskan untuk mencari keberadaan mereka di dalam kamar.
Sesampainya di depan pintu kamar kedua orangtuanya, Lily mengetuk pelan sambil memanggil, "Ma, Pa. Kalian ada di dalamkah? Boleh Lily masuk?"
Lily mendengarkan dengan seksama, tidak ada suara apapun dan tidak ada balasan apapun. Gadis itu merasa heran dan batinnya bertanya-tanya.
'Ke mana mereka? Kok pagi gini udah menghilang?' gumamnya.
Karena waktu terus berjalan dan ia pun harus segera berangkat, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahukan kabar baik ini kepada mereka nanti.
Gadis itu kembali ke kamarnya dan menelepon Stefan, seorang sahabat yang selalu siap mengantarnya kemanapun. Ia mengirim pesan ke dalam grup Whatsapp yang ia bentuk bersama dengan ketiga sahabatnya, yakni Stefan, Tina dan Debora. Grup Whatsapp itu ia namakan Grup Suka-suka.
"Halo, pagi semuanya," sapa Lily di dalam grup.
"Pagi, Ly. Gimana loe udah dapet kerjaan belom?" tanya Tina.
"Ok, gue mau umumkan satu kabar baik buat kalian semua. Nunggu ngumpul dululah," jawab Lily bahagia.
"Sorry baru gabung, pagi juga semuanya," sapa Debora.
"Dari mana aja loe Deb?" tanya Tina.
"Habis olahraga biar badan bagus berbentuk, khan gue pingin dapat suami kaya. Boss atau CEO gitu ha ha ha," jawab Debora.
"Ya, ya gue doian aja semoga apa yang temen-temen gue pingin terkabul," jawab Tina yang memang jauh lebih dewasa jika dibandingkan dengan yang lainnya dalam segala hal baik itu secara pola pikir, cara berbicara maupun tingkah lakunya.
"Amin, loe baik banget Tin. Oia, kabar baik apa sech, Ly?" tanya Debora penasaran.
"Tunggu si Stefan bentar, gue barusan kirim pesan pribadi sama dia, sekalian gue mau minta tolong juga," jawab Lily.
Tidak lama kemudian, Stefan pun ikut bergabung dalam pembicaraan di grup.
"Halo, pagi ibu-ibu rempong ha ha ha ha," sapa Stefan.
"Kalo kita ibu-ibu, berarti loe bapa-bapa," balas Debora.
"Cie, ngambek dibilang ibu-ibu. Memangnya kamu gak mau jadi ibu suatu saat nanti?" ucap Stefan.
"Udah, udah. Kok malah jadi ribut. Ini Lily mau ngumumin sesuatu. Semuanya diam dulu dan jangan mengetik apapun," ujar Tina.
"Ok, gengs. Karena waktu juga dah mepet, aku langsung aja. Kemarin aku wawancara kerja, terus tadi pagi aku diminta datang lagi tapi ke kantor personalia untuk tanda tangan perjanjian kerja di Hotel Westin," ucap Lily.
"Hotel Westin? Loe kerja di situ," tanya Debora dan Tina bersamaan.
"Gak, gue jadi guru pivat buat anaknya Mr. Eh, berarti Mr, Misterius yang kemarin pemilik The Westin Hotel itu? Oh My God," jawab Lily terkagum-kagum.
"Ha ha ha ha, loe tergiur Ly?" goda Stefan.
"Gak," jawab Lily singkat.
"Dia cakep, ganteng, kaya. Sama gue sebelas dua belaslah," ucap Stefan.
"Iya, lebih banyak dia tapi ha ha ha," ucap Debora.
"Ya udah tunggu apa lagi, langsung loe tandatangan sana," ucap Tina.
"Iya, ini gue mau siap-siap. Ini sambil balas pesan kalian, gue sambil cari baju," jawab Lily yang sibuk mencari baju kerja yang cocok untuk ia pakai pagi itu.
"Pakai yang seksi, Ly," goda Stefan.
"Jangan dengerin dia, Ly. Dandan secantik mungkin, Ly. Siapa tahu dia terpana melihat loe?" ucap Debora.
"Hush, ngaco semuanya. Dia boss gue, oke. Kita sambung lagi ngobrolnya nanti malam, gue mau berangkat kerja dulu. Van, tolong anterin donk," pinta Lily.
"Iya, gue siap-siap juga yah. Tunggu gue yah, Ly," jawab Stefan.
"Oke, bye semuanya."
"Bye, Ly. Good luck."
Lalu, Lily menaruh ponselnya kemudian kembali ke hadapan lemari bajunya, akhirnya ia memutuskan untuk memakai kemeja berlengan pendek berwarna merah muda yang dipadankan dengan celana panjang hitam polos.
Sebuah tote bag berwarna coklat tua dan flat shoes hitam akan ikut mempercantik penampilannya hari itu.
Setelah semua persiapan dirasa telah cukup, ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya, lalu ia berpakaian dan merias wajahnya secara natural, karena ia penyuka riasan yang tampak alami dan tidak mencolok.
Saat ia sedang merapikan dan mengikat semua rambutnya ke belakang, saat itulah terdengar suara klakson mobil milik Stefan dari arah depan rumahnya.
Lily berjalan keluar kamar dan setibanya di depan pintu masuk yang memang telah ia buka sebelumnya, ia meminta Stefan masuk ke dalam dan menunggunya sebentar saja.
Laki-laki itu dengan patuh turun dari mobilnya dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Tidak lama kemudian, Lily keluar dari kamar tidurnya dan menghampiri Stefan.
Lalu keduanya masuk ke dalam mobil dan kini mobilpun telah melaju pergi meninggalkan komplek perumahan Lily.
Tidak lama, keduanya pun sampai di area parkir The Westin Hotel. Stefan menemani Lily masuk ke dalam hotel.
Gadis itu bertanya pada salah seorang resepsionis yang berjaga di lobby, "Permisi, Kak. Saya diminta Bu Diana untuk menemui beliau di ruang personalia. Bolehkah saya tahu di mana letak ruang personalia?"
Salah seorang resepsonis pun menunjukkan arah menuju ke ruang personalia. Setelah Lily mengucapkan terima kasih, ia pun mengajak Stefan ikut bersamanya. Kini mereka berdua berjalan menelusuri lorong hotel mencari suatu ruangan yang berpapan nama ruang personalia.
Akhirnya langkah mereka terhenti di depan salah satu ruang yang tampaknya lebih besar dari ruang-ruang lainnya. Lily menatap pada papan nama yang terletak di atas pintu dan papan itu bertuliskan ruang personalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbawa Hasrat sang CEO
Storie d'amoreWarning {Mature Content 21+}. TAMAT di aplikasi D-R-E-A-M-E atau I-N-N-O-V-E-L Seorang gadis muda bernama Lily Natasha memiliki mimpi untuk meraih keberhasilan dalam hidup demi membantu perekonomian keluarganya yang memburuk. Segala upaya telah ia...